Home » » Ekonomi; Kapitalis, Sosialis, Islam

Ekonomi; Kapitalis, Sosialis, Islam

Written By el_mlipaki on Rabu, 13 Februari 2013 | 16.25




Sejalan dengan laju deras waktu yang berjalan, semua hal pun mau tak mau harus terus melangkah maju walaupun terkadang hal-hal yang substansial itu telah tereduksi dalam makna yang berbeda dari aslinya. Seperti pada pemaknaan “ekonomi”. Kebanyakan orang sekarang lebih menyebutnya sebagai kegiatan yang hanya berhubungan dengan uang, seperti jual-beli, aktifitas perbankan, dan hal lain seputan kegiatan keuangan. Akhirnya orang mengatakan sedang melakukan kegiatan ekonomi ketika dia sedang melakukan hal-hal tersebut diatas. Jadi ekonomi itu uang an sich.

Makna tersebut telah tersempitkan dari makna aslinya yang lebih luas dari pada itu. Seperti apa yang dikatakan oleh Awalil Rizky  Sebagai Ketua Perhimpunan BMT (Baitulmal wattamwil) se-Indonesia di Jakarta. “ Sebenarnya yang disebut ekonomi itu adalah semua kegiatan manusia yang berkaitan dalam rangka melakukan pemenuhan kebutuhannya. Dalam kegiatannya melingkupi produksi, distribusi, dan konsumsi. Jadi ketika kita sedang membuat makanan, atau kita membeli lontong dan memakannya, itu kita sedang melakukan kegiatan ekonomi. Oleh karenanya bukan hanya ketika kita membeli dan menjual saja, sedangkan seperti yang dikenal masyarakat, ada mudhorobah, morobahah itu hanya sebagian dari produk perbankan yang jauh lebih sempit pembahasannya dalam Konsep Ekonomi Islam” Paparnya yang sudah menjabat Ketua Perhimpunan BMT se-Indonesia sejak tahun 2010.

Konsep Ekonomi; Kapitalis, Sosialis, dan Islam
            Dalam hal akademisi hingga praktek kegiatan ekonomi dewasa ini kita kenal beberapa penggolongan konsep ekonomi yang berlaku dan dijalankan oleh masyarakat kita. Dari konsep-konsep tersebut berkembang atas turunan dari ideologi besar dunia seperti kapitalis, sosialis, dan Islam. Para penganut kelompoknya memiliki prinsip sendiri-sendiri dalam menjalankan kegiatan ekonominya yang mengacu pada ideologinya masing-masing.
Nampaknya penggolongan tersebut terlampai menyulitkan bagi sebagian masyarakat Indonesia yang kebanyakan berSDM sedang hingga Awalilpun menyederhanakan pemaknaannya, “Sedangkan penggolongan terhadap konsep tertentu seperti Kapitalis, Sosialis, dan Islam menurut saya kurang sesuai, karena itu hanya sebuah kolaborasi dari pemikiran manusia tentang suatu hal termasuk ekonomi sehingga teridentifikasilah pada kelompok ekonomi A, B, C, dan seterusnya. Bagi saya lebih baik dan lebih mudahnya  kita menyebutnya  konsep ekonomi yang Islami dan non islami saja, pengertian ini semua lebih pada pemikiran substansial pada apa yang terjadi di realitasnya.”
Penyederhanaan itu akan lebih memudahkan masyarakat untuk memahami seperti apa kegiatan ekonomi yang berkembang dan terlaksana di sekitar mereka, dan masuk pada kriteria mana kegiatan ekonomi yang mereka lakukan, berkonsep islamikah atau non islami, “ Al qur’an dan hadits telah mengatur itu semua, dalam hal seluruh kegiatan ekonomi baik ditingkat produksi, distribusi dan konsumsi. Atas dasar itu akan sedikit memudahkan bagi kita semua dalam mengidentifikasikan mana konsep yang Islami dan mana konsep yang bukan islami, karena lebih banyak kita membedakannya akan menyulitkan kita juga dan lebih mudahnya bagimana pola Al Qur’an saja menyebutkannya.  Berbeda kalau untuk keperluan analisis mungkin bisa kita mengidentifikasi untuk keperluan keilmuan pada penggolongan itu, namun masyarakat juga harus lebih mudah difahamkan, mana yang boleh dan mana yang tidak, mana yang syar’i dan mana yang non syar’i.” ungkap pengamat ekonomi lulusan UGM ini.
Ciri-ciri
Konsep
Kapitalis
Islam
Sosialis
Sumber Kekayaan
Sumber kekayaan sangat langka (scarcity of resources)
Sumber Kekayaan alam semesta dari ALLAH SWT / Tauhid
Sumber kekayaan sangat langka (scarcity of resources)
Kepemilikan

Setiap pribadi di bebaskan untuk memiliki semua kekayaan yang di perolehnya


Sumber kekayayan yang kita miliki adalah titipan dari ALLAH SWT

Sumber kekayaan di dapat dari pemberdayaan tenaga kerja (buruh)

Tujuan Gaya hidup perorangan

Kepuasan pribadi / nafsu
Untuk mencapai ke makmuran / sucess, di dunia dan akhirat atas ridho
Allah SWT
Ke setaraan penghasilan di antara kaum buruh

            Untuk lebih mengerti akan ciri-ciri masing-masing konsep ekonomi seperti bagan di atas Awalil melanjutkan. “Kalau cirri-ciri yang terkait dengan konsep ekonomi islam secara sederhana bisa kita sebutkan bahwa segala sesuatu yang berkait dengan kegiatan ekonomi baik itu di tingkatan produksi, distribusi, dan konsumsi harus ada upaya pada pencapaian ridlo Alloh SWT / Alloh oriented, dan diluar itu secara otomatis kita menyebutnya belum atau tidak Islami. Seperti Kapitalis yang lebih pada kepuasan nafsu karena keserakahan untuk penguasaan yang tak terbatas hingga lebih pada nafsu semata. Sedangkan Sosialis menganggap bahwa semua kekayaan tidak ada yang memiliki kecuali yang diperuntukan untuk buruh. Selanjutnya yang menjadi pembahasan bagaimanakah kegiatan ekonomi yang di dalamnya memuat ridlo Alloh SWT. Jelas bapak 4 anak ini.
            Lebih jelasnya lagi Awalil merincikan bagaimana langkah-langkah kegiatan ekonomi itu disebut sebagai konsep ekonomi yang memuat nilai-nilai syari’ah secara substansial.
Yang pertama adalah semua lini kegiatan ekonomi haruslah memuat nsur-unsur syar’i, misalnya ketika berproduksi barang-barang yang digunakan haruslah halal dari sifat dan jenisnya. Dari cara mendapatkannya (beli-red), bebas dari unsur-unsur yang membahayakan seperti kandungan kimia (harus ada batas-red), zat halal ataupun tidak mengandung unsur zat daging babi dan sejenisnya. Orientasinya juga diperhitungkan kemanfaatannya bukan untuk merusak. Begitupun dalam ketenagakerjaan juga harus memuat prinsip-prinsip syari’at antara hubungan pemodal dan karyawan sehingga prosesnya juga diperhatikan.
Yang kedua adalah barang produksi itu bisa didistribusikan untuk semua orang bukan hanya pada kalangan tertentu saja, hal ini lebih memuat konsep keadilan. Berbeda dengan prinsip kapitalis yang lebih menekankan bahwa Setiap pribadi di bebaskan untuk memiliki semua kekayaan yang di perolehnya. Dan ini yang pada nantinya akan menjadi pembeda pada tataran konsep ekonomi lain yang non islam. Seperti kapitalis yang lebih pada individual yang hasilnya lebih pada hak pembuat terserah mau diapakan (dimungkinkan ada kemubadziran-red), begitu juga dalam sosialis yang dalam penguasaan Negara yang mengcounter kepentingan hak individual.
Yang ketiga adalah persaingan yang sehat dalam menyampaikan hasil produksi, sehingga tidak ada monopoli yang akhirnya merugikan masyarakat.” Pungkas pria asli Banjarmasin Kalimantan Selatan 47 tahun ini.

Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

 
Support : Alfin | Alfin El-Mlipaki | Sciena Madani
Copyright © 2013. el_mlipaki - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Sciena Madani
Proudly powered by Wonder Ummi