Dalam
suatu letusan gunung berapi, beberapa material akan keluar dari kepundan gunung
berapi. Material letusan tersebut antara lain adalah Abu vulkanik, lava, gas
beracun, hingga batuan beku yang terlempar ke atmosfer. Semua material tersebut
memiliki dampak yang berbeda – beda terhadap lingkungan hidup, terdapat dampak
negatif dan ada pula dampak positif yang dapat kita ambil dari bencana yang
melanda.
Abu vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang
disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan dan dapat jatuh pada jarak
mencapai ratusan bahkan ribuan kilometer dari kawah karena pengaruh hembusan
angin. Dalam jangka pendek, abu vulkanik memiliki dampak yang buruk bagi
lingkungan hidup. Namun dalam jangka panjang, abu vulkanik memiliki manfaat
untuk kehidupan manusia khususnya di bidang pertanian. Abu vulkanik memiliki
dampak yang buruk dalam jangka pendek karena di awal keluarnya dari kepundan gunung
berapi, material ini memiliki sifat kimiawi yang akan menurunkan kesuburan
tanah. Abu vulkanik memiliki kadar keasaman (Ph) sekitar 4 – 4,3.
Dengan
kadar keasamannya, tanah yang terkena abu vulkanik akan memiliki kadar keasaman
(Ph) tanah sebesar 5 – 5,5. Padahal normalnya suatu tanah dikatakan subur jika
memiliki tingkat keasaman (Ph) seberar 6 – 7. Turunnya kadar keasaman (Ph)
tanah ini akan turut menurunkan tingkat kesuburan tanah. Sehingga tanah yang
terkena abu vulkanik, akan mengalami penurunan produktivitas lahan, jika
dimanfaatkan untuk bidang pertanian. Di samping itu, dalam jangka pendek abu
vulkanik dapat mengusir hama serangga atau gulma yang biasa menjadi musuh
petani. Hal ini dikarenakan, makhluk hidup tersebut tidak dapat hidup dalam suasana
terlalu asam, sehingga populasi makhluk tersebut akan menurun.
Dalam
jangka panjang, abu vulkanik juga akan memberikan dampak yang sangat positif
bagi peningkatan produktivitas tanah. Saat kadar keasaman dari abu vulkanik
telah dapat dinormalisasi melalui proses alamiah ataupun dengan bantuan manusia
menggunakan dolomit sebagai penetral, maka kandungan mineral yang tersimpan
dalam abu vulkanik akan menjadi pupuk alamiah yang sangat baik untuk
perkembangan tanaman pertanian. Dengan menggunakan metode analisis aktivitas
neutron cepat (AANC) terhadap sampel abu vulkanik, maka didapatkan data
kuantitatif atas kandungan mineral yang terkandung di dalam sampel abu
vulkanik. Terdapat empat buah mineral utama yang terkandung di dalam abu
vulkanik, diantaranya : Besi (Fe), Aluminium (Al), Magnesium (Mg), Silika (Si).
Keempat mineral tersebut adalah zat hara yang dapat membantu menyuburkan
tanaman. Berikut adalah data kuantitatif kandungan mineral di dalam abu
vulkanik :
Tabel 1 Kandungan unsur di dalam abu vulkanik
Grafik 1 Kandungan unsur di dalam abu
vulkanik
Kesuburan
tanah pertanian adalah satu hal penting yang sangat berpengaruh pada produksi
pertanian. Kesuburan tersebut didukung dengan ketersediaan unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman, meliputi unsur hara essensial dan non-essensial. Pada
penelitian ini, unsur yang terdeteksi yaitu Fe, Al, Mg dan Si berpengaruh pada
kondisi kesuburan tanah, dimana pada wilayah sekitar lereng Gunung Merapi
merupakan daerah pertanian yang subur. Unsur Fe dan Mg termasuk dalam unsur
hara essensial sedangkan unsur Al dan Si termasuk dalam unsur hara
non-essensial tetapi hampir selalu ada dalam tanaman. Unsur hara esensial
adalah unsur hara yang kandungan unsur Fe, Al, Mg dan Si yang terdeteksi
pada abu vulkanik merupakan beberapa unsur logam yang ikut mempengaruhi kondisi
kesuburan tanah di sekitar gunug berapi. Selama kadar masing-masing unsur yang
ada pada abu vulkanik masih berada dalam batas aman, maka abu vulkanik tidak bersifat
racun bagi tanaman.
Dampak Lava terhadap Lingkungan Hidup
Sebuah
gunung berapi pasti memiliki magma yang terkandung di dalamnya. Walker (1993)
menjelaskan ciri-ciri magma sebagai dasar parameter di dalam kegunungapian
adalah (a) Densitas relatif magma - litosfera yang membuat kemungkinan
terjadinya vulkanisme dan membantu menentukan posisi intrusi dan dapur magma;
(b) Viskositas dan field strength menentukan geometri, intrusi dan struktur
aliran lava; (c) Kandungan gas mendorong terjadinya erupsi dan menentukan
tingkat letusannya; dan (d) Kombinasi antara kandungan gas dengan viskositas,
dan rheology mengontrol kekuatan letusan erupsi. Pemahaman hal tersebut
diwujudkan ke dalam lima tipe sistem gunung api-basal.
Pada
jangka pendek daerah yang dilalui oleh lava akan terkesan sangat gersang dan
tidak ada kehidupan, hal ini dikarenakan lava adalah benda cair panas yang
memiliki temperature hingga 1.200° C. Makhluk apapun yang dilalui oleh lava
akan musnah, karena panasnya.
Namun,
pada jangka panjang daerah yang dilalui oleh lava akan menjadi daerah yang kaya
mineral. Banyak mineral yang dapat kita temukan dalam magma yang telah membeku.
Lava boleh dikelaskan kepada 4 komposisi berlainan (Cas & Wright, 1987):
Sekiranya magma letupan mengandungi peratusan
besar (>63%) silica, lava ini dikenali sebagai felsik.
Lava
Felsik (atau rhyolite) cenderung menjadi amat likat (tidak begitu cair) dan
meletup sebagai kubah atau aliran putung pendek. Lava likat cenderung membentuk
gunung berapi strato atau kubah lava. Puncak Lassen di California merupakan
contoh gunung berapi terbentuk oleh lava felsic dan merupakan kubah lava yang
besar.
Disebabkan
magma bersilikon amat likat, ia cenderung memerangkap gas mudah meletup yang
ada, yang menyebabkan magma meletup dengan dasyat, akhirnya membentuk gunung
berapi strato. Aliran piroklastik (ignimbrite) merupakan hasil amat merbahaya
dari gunung berapi sebegitu, disebabkan a terdiri dari abu gunung berapi cair
yang terlalu berat untuk pergi tinggi keatmosfera, dengan itu ia mengikuti
lereng gunung berapi dan bergerak jauh dari lohong asal semasa letupan besar.
Suhu setinggi 1,200 °C diketahui berlaku dalam aliran piroklastik, yang akan
menghanguskan semua benda yang boleh terbakar dalam laluannya dan lapisan tebal
mendakan aliran piroklastik boleh terbentuk, sering kali sehingga ketebalan
beberapa meter.
Disebabkan
magma bersilikon amat likat, ia cenderung memerangkap gas mudah meletup yang
ada, yang menyebabkan magma meletup dengan dasyat, akhirnya membentuk gunung
berapi strato. Aliran piroklastik (ignimbrite) merupakan hasil amat merbahaya
dari gunung berapi sebegitu, disebabkan a terdiri dari abu gunung berapi cair
yang terlalu berat untuk pergi tinggi keatmosfera, dengan itu ia mengikuti lereng
gunung berapi dan bergerak jauh dari lohong asal semasa letupan besar. Suhu
setinggi 1,200 °C diketahui berlaku dalam aliran piroklastik, yang akan
menghanguskan semua benda yang boleh terbakar dalam laluannya dan lapisan tebal
mendakan aliran piroklastik boleh terbentuk, sering kali sehingga ketebalan
beberapa meter.
Lembah
Sepuluh Ribu Asap (Valley of Ten Thousand Smokes) di Alaska, terbentuk hasil
letupan Novarupta berhampiran Katmai pada 1912, adalah satu contoh aliran
piroklastik tebal atau mendakan ignimbrite. Debu gunung berapi yang cukup
ringan untuk dihambur tinggi pada atmosfera Bumi mampu bergerak berkilometer
sebelum jatuh ke bumi sebagai tuff.
Sekiranya
letupan magma mengandungi 52-63% silika, lava ini dikelaskan sebagai sebatian
"serdahana".
Gunung
berapi "Andesite" biasanya hanya wujud di atas zon subduktion
(contoh. Gunung Merapi, Jawa Tengah di Indonesia).
Sekiranya
letupan magma mengandungi <52 dan="">45% silika, lava ini
dikenali sebagai mafik (disebabkan ia mengandungi peratusan magnesium (Mg) dan
besi (Fe)) atau basalt yang lebih tinggi. Lava ini biasanya kurang likat
berbanding lava rhyolitik, bergantung kepada suhu letupannya; ia juga cenderung
lebih panas berbanding lava felsik. Lava Mafic wujud dalam keadaan yang luas:
Pada
rabung tengah lautan, di mana dua kepingan Tektonik lautan mencapah, lava
basaltik keluar sebagai lawa bantal untuk menutup regangan;
Gunung
berapi perisai (Contoh. kepulauan Hawai, termasuk Mauna Loa dan Kilauea), pada
kerak lautan dan kerak benua;
Sebagai
basalt banjir benua.
Sesetengah
letupan magmas mengandungi <=45% silika dan menghasilkan lava yang dikenali
sebagai ultramafik. Aliran ultramafik, juga dikenali sebagai komatite, amat
jarang; malah, hanya beberapa letusan pada permukaan Bumi semenjak Proterozoik,
apabila suhu aliran planet adalah lebih tinggi. Ia adalah lava terpanas, dan
kemungkinannya lebih cair berbanding lava mafik biasa.
Daftar Pustaka
· ·
Hermawati, Nofia.dkk. 2010. Aplikasi
Teknologi Nuklir untuk Penentuan Kandungan Unsur Abu Vulkanik Gunung Merapi
Pasca Erupsi 2010 dengan Metode Analisis Aktivitas Neutron Cepat. Yogyakarta.
·
Hartono, Gendoet.dkk. 2008. Gumum Gunung Api
Purba Bawah Laut di Tawangsari – Jomboran, Sukoharjo – Wonogiri, Jawa Tengah.
Yogyakarta.
·
http://www.batan.go.id/ptrkn/file/tkpfn17/30.pdf
·
http://www.kamuslife.com/2013/04/tipe-gunung-api-macam-macam-bentuk.html
·
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/195901011989011
YAKUB_MALIK/HANDOUT_GUNUNGAPI.pdf
·
http://www.upnyk.ac.id/main/?mod=berita&nid=2024
·
http://duniamengajar.blogspot.com/2012/12/tipe-letusan-gunung-api.html
·
http://geology.com/volcanoes/types-of-volcanic-eruptions/
·
http://ms.wikipedia.org/wiki/Gunung_berapi#Komposisi_lava
·
http://geografi-geografi.blogspot.com/2012/02/erupsi-gunung-api.html
0 komentar:
Posting Komentar