Kehidupan Masa Kecil
Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult.
Bacharuddin Jusuf Habibie atau dikenal sebagai BJ Habibie (73 tahun) merupakan
pria Pare-Pare (Sulawesi Selatan) kelahiran 25 Juni 1936. Habibie menjadi
Presiden ke-3 Indonesia selama 1.4 tahun dan 2 bulan menjadi Wakil Presiden RI
ke-7. Habibie merupakan “blasteran” antara orang Jawa [ibunya] dengan orang
Makasar/Pare-Pare [ayahnya].
Masa kecil beliau dihabiskannya di
Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Habibie kecil sudah memiliki obsesi untuk menjadi
seorang insinyur sejak lama. Niat ini diperolehnya ketika ada seorang insinyur
baru yang mengunjungi daerahnya. Pada masa itu, insinyur bukanlah sesuatu yang
umum, punya nama dan sungguh terpandang. Mendengar kisah-kisah tentang sang
insinyur itu, Habibie menetapkan dalam hati untuk menjadi insinyur di masa
depan kelak. Begitu pula ketika semasa taman kanak-kanak ketika beliau ditanyai
oleh salah seorang gurunya mau jadi apa di masa depan, beliau pun dengan
tegasnya mengucapkan “saya ingin jadi insinyur”, tanpa ada keraguan apapun. Semasa
kecilnya beliau sudah memperlihatkan kepintarannya. Dia sangat suka membaca dan
mudah menghapal ayat-ayat Al-Qur’an.
Habibie kecil itu orangnya cukup
serius. Pernah suatu ketika, dia disuruh ibunya untuk keluar dari rumah untuk
bermain bersama teman-temannya karena si Habibie kecil tidak mau keluar rumah
keasyikan belajar. Sikapnya ini sungguh berbeda dengan adiknya, Fanny Habibie
atau Jusuf Effendy Habibie, yang agak sedikit nakal dan suka bermain. Diantara
mereka berempat bersaudara, kedua orang ini sangat dekat layaknya saudara
kembar bahkan sering menggunakan pakaian yang bercorak sama dalam berbagai
waktu. Rudy, sapaan B.J. Habibie, sangatlah dekat dengan Fanny, namun mereka
punya karakter yang berbeda. Kalau B.J. Habibie ini orangnya bijaksana namun
rasional, Fanny justru lebih emosional. Pernah suatu ketika mereka berdua
dicegat oleh anak-anak nakal di perjalanan. Lalu, Fanny Habibie dengan cepatnya
turun tangan untuk menyelesaikan persoalan, sedangkan Rudy hanya diam menonton
saja dari pinggir menyaksikan Fanny beraksi.
Sepeninggal sang ayah, Alwi Abdul
Jalil Habibie, yang wafat karena terkena serangan jantung di tahun 1950, B.J.
Habibie pindah ke Bandung untuk menempuh sekolah. Keputusan ini diambil oleh
sang ibu, R.A. Tuti Marini Habibie yang memikirkan secara serius pesan sang
suami tentang pendidikan anak-anaknya. Karena B.J. Habibie adalah yang paling
tua, beliau pun memutuskan untuk mengirimkan Habibie ke Pulau Jawa. Sebegitu
besar pengorbanan yang dilakukan oleh sang ibu untuk menyekolahkan Habibie
kecil ke Jawa. Masa SMP Habibie dihabiskan di sekolah yang sekarang bernama SMP
5 di Jalan Jawa, Bandung. Lalu beliau melanjutkan sekolah di SMAK Dago yang
dulu dikenal dengan nama Lycium.
Kehidupan Masa Dewasa
Semasa SMA, Habibie populer sebagai
orang yang pintar dalam mata pelajaran eksakta, seperti mekanika, matematika,
dan lain-lain. Dia juga bukan tipe siswa yang suka mempersiapkan diri belajar
jauh sebelum waktu ujian. Tetapi, apabila ada ujian mendadak, Habibie pasti
mendapatkan nilai yang paling baik. Bahkan, di salah satu mata pelajaran
tersebut, apabila diberikan waktu ujian 50 menit untuk menjawab 3 soal dan
siswa dapat mengerjakan satu soal saja dianggap sudah bagus, maka Habibie hanya
membutuhkan waktu 20 menit saja untuk menyelesaikan semuanya. Begitulah
perbandingan kejeniusannya saat SMA. Walaupun begitu, beliau orangnya sangat
akrab dengan teman-temannya. Beliau juga sering menjadi pusat gurauan dan pusat
belajar bagi teman-temannya.
Setelah tamat dari SMA,
beliau melanjutkan pendidikannya ke luar negeri, Jerman. Sebetulnya, beliau
agak enggan untuk meninggalkan Indonesia, karena selain jauh dari keluarga,
beliau juga akan jauh dari teman-teman dan pacar yang sudah beliau miliki. Saat
itu Habibie juga sudah jalan 6 bulan di Jurusan Teknik Mesin ITB. Namun kesemua
ini harus dipatuhinya demi sumpah ibunya kepada mendiang sang ayah untuk
menyekolahkan Habibie ke jenjang pendidikan tertinggi semampunya. Sungguh
terharu saya melihat perjuangan Ibu Tuti untuk menyekolahkan Habibie ini. Beliau
menjual harta serta menggunakan tabungan yang dimilikinya demi menyekolahkan
Habibie ke Jerman. Untuk membiayai Habibie ini pula, sang ibu mendirikan
perusahaan yang bergerak dalam ekspor impor dengan koneksi seadanya.
Selama di Aachen, Jerman, Habibie
benar-benar mengganngap serius kuliahnya. Beliau beranggapan bahwa hanya ada
dua alternatif jalur hidup beliau di Jerman itu, yaitu bila ujian dia harus
lulus atau dia harus bekerja mencari uang. Soalnya, apabila beliau tidak
berhasil lulus dalam ujian, beliau akan rugi. Keluarganya yang sudah bersusah
payah bekerja keras membanting tulang di Indonesia akan rugi karena Habibie
yang dibiayai dengan susah payah ini gagal ujian. Oleh karena itu, setiap tahun
Habibie menargetkan lulus semua mata kuliahnya sebagai bentuk tanggung jawab
terhadap jerih payah ibunya demi dirinya. Selain itu, bila dibandingkan dengan
99% mahasiswa Indonesia yang juga belajar di Eropa, Habibie adalah
satu-satunya yang mendapatkan tunjangannya dari orang tua, sedangkan yang lain
mendapatkan uang dari negara. Paspor mereka adalah paspor dinas RI dengan total
beasiswa yang mungkin sangat banyak. Berbeda dengan Habibie yang paspornya
adalah paspor swasta biasa dengan biaya murni biaya sendiri.
Habibie juga memanfaatkan liburan
musim panasnya bukan untuk berlibur. Kalau teman-temannya yang lain malah asyik
berlibur, atau mungkin bekerja demi mencari uang, mencari pengalaman, Habibie
malah tetap mengambil kuliah. Beliau tidak ingin hidup berleha-leha seperti
teman-temannya yang lain karena mereka memiliki beasiswa sedangkan Habibie
tidak. Dia tidak ingin usaha orang tuanya sia-sia. Oleh karena itu, setiap
musim liburan, Habibie malah mengambil kelas musim panas dan belajar. Beliaupun
hanya mencari uang untuk kebutuhan membeli buku, bukan untuk hidup atau mencari
pengalaman. Sungguh teguhnya hati beliau untuk menyelesaikan pendidikannya demi
orang tuanya.
Selama masa kuliah ini juga,
Habibie aktif menghimpun dan melaksanakan acara budaya di kampusnya. Beliau
ikut memperkenalkan dan menampilkan pementasan budaya Indonesia di berbagai
acara. Bahkan beliau juga mengadakan pementasan budaya Indonesia di beberapa
kota kecil di Jerman. Beliau sungguh mencintai budaya negerinya. Oleh karena
itu, beliau juga ingin masyarakat mengenal Indonesia juga dari budaya milik
Indonesia. Dalam banyak penampilannya, Habibie kerap sekali tampil. Beliau
bahkan pernah menarikan tari payung berpasangan dengan salah satu teman
wanitanya sambil dibisiki olehnya bagaimana gerakan tari yang selanjutnya.
Selain aktif berorganisasi, Habibie
muda juga sangat ramah dan akrab. Dalam salah satu buku biografi The
True Life of B.J. Habibie ini, disebutkan bahwa beliau sangat sering
ngobrol dengan penjual-penjual dan penyapu jalan di sepanjang jalan antara
kampus dan tempatnya tinggal. Beliau bahkan bisa sampai duduk bersama penyapu
jalan di trotoar jalan untuk mengobrol. Kemampuan Habibie yang baik dalam
berkomunikasi ini membuat Habibie dikenal sebagai orang yang baik dan ramah
dalam kehidupan sehari-hari.
Di tahun terakhirnya di jenjang S1,
yaitu pada tahun 1958, beliau merencanakan dan menginisiasi Seminar PPI
(Pertemuan Pelajar Indonesia) se-Eropa. Pertemuan ini adalah pertemuan
antarseluruh mahasiswa yang belajar di Eropa untuk saling berkumpul,
berkomunikasi, membahas permasalahan Indonesia, dan berusaha mencari solusinya.
Sungguh niat yang mulia. Beliau pun berusaha untuk bisa menghadirkan dan
menyelenggarakan seminar yang saat itu dapat dikatakan sebagai sebuah acara
yang besar. Pada akhirnya, beliau dapat dengan sukses menyelenggarakan seminar
tersebut selama 5 hari mulai dari 20 sampai 25 Juli 1959. Sayangnya, beliau
sempat sakit parah demi menyelenggarakan seminar tersebut. Sakit yang beliau
derita saat itu sungguh mengkhawatirkan, karena beliau sendiri sudah sempat
dimasukkan di kamar mayat seakan tidak lebih dari satu hari lagi beliau akan
hidup. Dalam keadaan seperti itu, beliau masih sempat membuat sebuah puisi yang
berjudul “Sumpahku !!!”. Di dalam puisi ini, beliau menumpahkan kekesalannya.
Menunjukkan betapa cintanya beliau kepada Indonesia yang saat itu beliau masih
belum bisa mengabdikan dirinya demi negeri yang sungguh dicintainya.
Selepas dari selesainya jenjang S3
beliau, beliau lalu segera bekerja di sebuah perusahaan penerbangan Jerman yang
bernama MBB (telah mengalami beberapa kali perubahan nama). Selama bekerja di
MBB ini, Habibie memiliki watak yang tegas dan kuat dengan tetap menjaga
hubungan yang baik antara atasan dan bawahan. Untuk hal-hal yang bersifat
prinsipil, beliau bahkan rela beradu argumen dengan atasan atau bawahan beliau
dan selalu pantang menyerah untuk membela apa yang beliau anggap benar dan
keputusan yang terbaik. Beliau sangat berdedikasi. Karir beliau selama di MBB
yaitu : menjadi Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur
Pesawat Terbang di tahun 1965-1969, menjadi Kepala Divisi Metode
dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di tahun
1969-1973, menjadi Penasihat Senior bidang teknologi untuk Dewan Direktur MBB
pada tahun 1978, dan menjadi Vice President sekaligus Direktur Teknologi di MBB
pada tahun 1973-1978.
Selama di MBB, Habibie sempat
mencetuskan beberapa teori penting yang digunakan dalam ilmu penerbangan dunia.
Semua riset dan usaha itu beliau lakukan murni hanya untuk memajukan industri
penerbangan, terutama Indonesia. Untuk itu, Habibie juga sempat membina kader
penerus bidang teknologi pesawat terbang pada tahun 1968 dengan memasukkan
putra-putra Indonesia untuk dididik menjadi teknisi penerbangan di MBB. Ini
juga merupakan niat Habibie karena beliau masih belum diperbolehkan pulang oleh
Soeharto.
Setelah kepulangannya di tahun
1974, beliau langsung diangkat sebagai penasihat pemerintah di bidang teknologi
pesawat terbang dan teknologi tinggi hingga tahun 1978 meskipun pada rentang
waktu ini beliau masih menjabat Vice President di MBB. Pada tahun 1974 saat
beliau kembali dari Jerman, beliau sempat mengutarakan janjinya untuk memajukan
teknologi penerbangan sekitar 10 tahun ke depan di Indonesia dan ini terbukti
di tahun 1986 dimana beliau sukses membangun Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) serta Laboratorium Pusat Penelitian dan Ilmu Pengetahuan
(Puspitek) sekalian mengetuai keduanya.
Beliau juga sempat memprakarsai
pembentukan ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) di tahun 1990 sekaligus
menjadi ketuanya padahal saat itu beliau tidak mengenali satupun cendikiawan
muslim yang ikut pada proses pembentukan organisasi tersebut.
Dimasa kecil, Habibie telah
menunjukkan kecerdasan dan semangat tinggi pada ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya Fisika. Selama enam bulan, ia kuliah di Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB), dan
dilanjutkan ke Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule – Jerman pada 1955.
Dengan dibiayai oleh ibunya, R.A. Tuti Marini Puspowardoyo, Habibie muda
menghabiskan 10 tahun untuk menyelesaikan studi S-1 hingga S-3 di
Aachen-Jerman.
Berbeda dengan rata-rata mahasiswa
Indonesia yang mendapat beasiswa di luar negeri, kuliah Habibie (terutama S-1
dan S-2) dibiayai langsung oleh Ibunya yang melakukan usaha catering dan
indekost di Bandung setelah ditinggal pergi suaminya (ayah Habibie). Habibie mengeluti
bidang Desain dan Konstruksi Pesawat di Fakultas Teknik Mesin. Selama lima
tahun studi di Jerman akhirnya Habibie memperoleh gelar Dilpom-Ingenenieur atau
diploma teknik (catatan : diploma teknik di Jerman umumnya disetarakan
dengan gelar Master/S2 di negara lain) dengan predikat summa cum
laude.
Pak Habibie melanjutkan program
doktoral setelah menikahi teman SMA-nya, Ibu Hasri Ainun Besari pada tahun
1962. Bersama dengan istrinya tinggal di Jerman, Habibie harus bekerja untuk
membiayai biaya kuliah sekaligus biaya rumah tangganya. Habibie mendalami
bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang. Tahun 1965, Habibie menyelesaikan
studi S-3 nya dan mendapat gelar Doktor Ingenieur (Doktor Teknik) dengan
indeks prestasi summa cum laude.
Kehidupan Berkarier atau Bekerja
1. Karier di Industri
Selama menjadi mahasiswa tingkat
doktoral, BJ Habibie sudah mulai bekerja untuk menghidupi keluarganya dan biaya
studinya. Setelah lulus, BJ Habibie bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm
atau MBB Hamburg (1965-1969 sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan pada
Analisis Struktrur Pesawat Terbang, dan kemudian menjabat Kepala Divisi Metode
dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di MBB
(1969-1973). Atas kinerja dan kebriliannya, 4 tahun kemudian, ia dipercaya
sebagai Vice Presidentsekaligus Direktur Teknologi di MBB periode
1973-1978 serta menjadi Penasihast Senior bidang teknologi untuk Dewan Direktur
MBB (1978 ). Dialah menjadi satu-satunya orang Asia yang berhasil menduduki
jabatan nomor dua di perusahaan pesawat terbang Jerman ini.
Sebelum memasuki usia 40 tahun,
karir Habibie sudah sangat cemerlang, terutama dalam desain dan konstruksi
pesawat terbang. Habibie menjadi “permata” di negeri Jerman dan iapun mendapat
“kedudukan terhormat”, baik secara materi maupun intelektualitas oleh orang
Jerman. Selama bekerja di MBB Jerman, Habibie menyumbang berbagai hasil
penelitian dan sejumlah teori untuk ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang
Thermodinamika, Konstruksi dan Aerodinamika. Beberapa rumusan teorinya dikenal
dalam dunia pesawat terbang seperti “Habibie Factor“, “Habibie Theorem” dan
“Habibie Method“.
2. Berkarier di Indonesia
Pada tahun 1968, BJ Habibie telah
mengundang sejumlah insinyur untuk bekerja di industri pesawat terbang
Jerman. Sekitar 40 insinyur Indonesia akhirnya dapat bekerja di MBB atas
rekomendasi Pak Habibie. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan skill dan
pengalaman (SDM) insinyur Indonesia untuk suatu saat bisa kembali ke Indonesia
dan membuat produk industri dirgantara (dan kemudian maritim dan darat). Dan
ketika (Alm) Presiden Soeharto mengirim Ibnu Sutowo ke Jerman untuk menemui
seraya membujuk Habibie pulang ke Indonesia, BJ Habibie langsung bersedia dan
melepaskan jabatan, posisi dan prestise tinggi di Jerman. Hal ini dilakukan BJ
Habibie demi memberi sumbangsih ilmu dan teknozzlogi pada bangsa ini. Pada 1974
di usia 38 tahun, BJ Habibie pulang ke tanah air. Iapun diangkat menjadi
penasihat pemerintah (langsung dibawah Presiden) di bidang teknologi
pesawat terbang dan teknologi tinggi hingga tahun 1978. Meskipun demikian dari
tahun 1974-1978, Habibie masih sering pulang pergi ke Jerman karena masih
menjabat sebagai Vice Presiden dan Direktur Teknologi di MBB.
Habibie mulai benar-benar fokus
setelah ia melepaskan jabatan tingginya di Perusahaan Pesawat Jerman MBB
pada 1978. Dan sejak itu, dari tahun 1978 hingga 1997, ia diangkat
menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi(Menristek) sekaligus merangkap
sebagai Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Disamping itu
Habibie juga diangkat sebagai Ketua Dewan Riset Nasional dan berbagai jabatan
lainnya.
Pesawat CN-235 karya IPTN milik AU Spanyol
Ketika menjadi Menristek, Habibie
mengimplementasikan visinya yakni membawa Indonesia menjadi negara industri
berteknologi tinggi. Ia mendorong adanya lompatan dalam strategi pembangunan
yakni melompat dari agraris langsung menuju negara industri maju. Visinya yang
langsung membawa Indonesia menjadi negara Industri mendapat pertentangan dari
berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri yang menghendaki pembangunan
secara bertahap yang dimulai dari fokus investasi di bidang pertanian. Namun,
Habibie memiliki keyakinan kokoh akan visinya, dan ada satu “quote” yang
terkenal dari Habibie yakni :
“I have some figures which compare the cost of one
kilo of airplane compared to one kilo of rice. One kilo of airplane costs
thirty thousand US dollars and one kilo of rice is seven cents. And if you want
to pay for your one kilo of high-tech products with a kilo of rice, I don’t
think we have enough.” (Sumber : BBC: BJ Habibie Profile -1998.)
Kalimat diatas merupakan senjata Habibie
untuk berdebat dengan lawan politiknya. Habibie ingin menjelaskan mengapa
industri berteknologi itu sangat penting. Dan ia membandingkan harga produk
dari industri high-tech (teknologi tinggi) dengan hasil pertanian. Ia
menunjukkan data bahwa harga 1 kg pesawat terbang adalah USD 30.000 dan 1 kg
beras adalah 7 sen (USD 0,07). Artinya 1 kg pesawat terbang hampir setara
dengan 450 ton beras. Jadi dengan membuat 1 buah pesawat dengan massa 10 ton,
maka akan diperoleh beras 4,5 juta ton beras.
Pola pikir Pak Habibie disambut
dengan baik oleh Pak Harto.Pres. Soeharto pun bersedia menggangarkan dana
ekstra dari APBN untuk pengembangan proyek teknologi Habibie. Dan pada tahun
1989, Suharto memberikan “kekuasan” lebih pada Habibie dengan memberikan
kepercayaan Habibie untuk memimpin industri-industri strategis seperti Pindad,
PAL, dan PT IPTN.
3. Habibie menjadi RI-1
Secara materi, Habibie sudah sangat
mapan ketika ia bekerja di perusahaan MBB Jerman. Selain mapan, Habibie
memiliki jabatan yang sangat strategis yakni Vice President sekaligus Senior
Advicer di perusahaan high-tech Jerman.
Sehingga Habibie terjun ke pemerintahan bukan karena mencari uang ataupun
kekuasaan semata, tapi lebih pada perasaan “terima kasih” kepada negara dan
bangsa Indonesia dan juga kepada kedua orang tuanya. Sikap serupa pun
ditunjukkan oleh Kwik Kian Gie,
yakni setelah menjadi orang kaya dan makmur dahulu, lalu Kwik pensiun dari
bisnisnya dan baru terjun ke dunia politik. Bukan sebaliknya, yang banyak
dilakukan oleh para politisi saat ini yang menjadi politisi demi mencari
kekayaan/popularitas sehingga tidak heran praktik korupsi menjamur.
Tiga tahun setelah kepulangan ke
Indonesia, Habibie (usia 41 tahun) mendapat gelar Profesor Teknik dari ITB.
Selama 20 tahun menjadi Menristek, akhirnya pada tanggal 11 Maret 1998, Habibie
terpilih sebagai Wakil Presiden RI ke-7 melalui Sidang Umum MPR. Di masa itulah
krisis ekonomi (krismon) melanda kawasan Asia termasuk Indonesia. Nilai tukar
rupiah terjun bebas dari Rp 2.000 per dolar AS menjadi Rp 12.000-an per dolar.
Utang luar negeri jatuh tempo sehinga membengkak akibat depresiasi
rupiah. Hal ini diperbarah oleh perbankan swasta yang mengalami kesulitan
likuiditas. Inflasi meroket diatas 50%, dan pengangguran mulai terjadi
dimana-mana.
Pada saat bersamaan, kebencian
masyarakat memuncak dengan sistem orde baru yang sarat Korupsi, Kolusi,
Nepotisme yang dilakukan oleh kroni-kroni Soeharto (pejabat, politisi,
konglomerat). Selain KKN, pemerintahan Soeharto tergolong otoriter, yang
menangkap aktivis dan mahasiswa vokal.
Dipicu penembakan 4 orang mahasiswa
(Tragedi Trisakti) pada 12 Mei 1998, meletuslah kemarahan masyarakat
terutama kalangan aktivis dan mahasiswa pada pemerintah Orba. Pergerakan
mahasiswa, aktivis, dan segenap masyarakat pada 12-14 Mei 1998 menjadi momentum
pergantian rezim Orde Baru pimpinan Pak Hato. Dan pada 21 Mei 1998, Presiden
Soeharto terpaksa mundur dari jabatan Presiden yang dipegangnya selama lebih
kurang 32 tahun. Selama 32 tahun itulah, pemerintahan otoriter dan sarat KKN
tumbuh sumbur. Selama 32 tahun itu pula, banyak kebenaran yang dibungkam. Mulai
dari pergantian Pemerintah Soekarno (dan pengasingan Pres Soekarno), G30S-PKI,
Supersemar, hingga dugaan konspirasi Soeharto dengan pihak Amerika dan
sekutunya yang mengeruk sumber kekayaan alam oleh kaum-kaum kapitalis dibawah
bendera korpotokrasi (termasuk CIA, Bank Duni, IMF dan konglomerasi).
Soeharto mundur, maka Wakilnya
yakni BJ Habibie pun diangkat menjadi Presiden RI ke-3 berdasarkan pasal 8 UUD
1945. Namun, masa jabatannya sebagai presiden hanya bertahan selama 512 hari.
Meski sangat singkat, kepemimpinan Presiden Habibie mampu membawa bangsa
Indonesia dari jurang kehancuran akibat krisis. Presiden Habibie berhasil
memimpin negara keluar dari dalam keadaan ultra-krisis, melaksanankan transisi
dari negara otorian menjadi demokrasi. Sukses melaksanakan pemilu 1999 dengan
multi parti (48 partai), sukses membawa perubahan signifikn pada stabilitas,
demokratisasi dan reformasi di Indonesia.
Habibie merupakan presiden RI
pertama yang menerima banyak penghargaan terutama di bidang IPTEK baik dari
dalam negeri maupun luar negeri. Jasa-jasanya dalam bidang teknologi pesawat
terbang mengantarkan beliau mendapat gelar Doktor Kehormatan (Doctor of
Honoris Causa) dari berbagaai Universitas terkemuka dunia, antara
lain Cranfield Institute of Technology dan Chungbuk University.
4. Habibie Bertemu Soeharto
“Laksanakan saja tugasmu dengan
baik, saya doakan agar Habibie selalu dilindungi Allah SWT dalam melaksanakan
tugas. Kita nanti bertemu secara bathin saja“, lanjut Pak Harto menolak
bertemu dengan Habibie pada pembicaraan via telepon pada 9 Juni 1998.
(Habibie : Detik-Detik yang Menentukan. Halaman 293)
Salah satu pertanyaan umum dan
masih banyak orang tidak mengetahui adalah bagaimana Habibie yang tinggal di
Pulau Celebes bisa bertemu dan akrab dengan Soeharto yang menghabiskan hampir
seluruh hidupnya di Pulau Jawa?
Pertemuan pertama kali Habibie
dengan Soeharto terjadi pada tahun 1950 ketika Habibie berumur 14 tahun. Pada
saat itu, Soeharto (Letnan Kolonel) datang ke Makasar dalam rangka memerangi
pemberontakan/separatis di Indonesia Timur pada masa pemerintah Soekarno.
Letkol Soeharto tinggal berseberangan dengan rumah keluarga Alwi Abdul Jalil
Habibie. Karena ibunda Habibie merupakan orang Jawa, maka Soeharto pun (orang
Jawa) diterima sangat baik oleh keluarga Habibie. Bahkan, Soeharto turut
hadir ketika ayahanda Habibie meninggal. Selain itu, Soeharto pun menjadi “mak
comblang” pernikahan adik Habibie dengan anak buah (prajurit) Letkol Soeharto.
Kedekatan Soeharto-Habibie terus berlanjut meskipun Soeharto telah kembali ke
Pulau Jawa setelah berhasil memberantas pemberontakan di Indonesia Timur.
Setelah Habibie menyelesaikan studi
(sekitar 10 tahun) dan bekerja selama hampir selama 9 tahun (total 19 tahun di
Jerman), akhirnya Habibie dipanggil pulang ke tanah air oleh Pak Harto.
Meskipun ia tidak mendapat beasiswa studi ke Jerman dari pemerintah, pak
Habibie tetap bersedia pulang untuk mengabdi kepada negara, terlebih permintaan
tersebut berasal dari Pak Harto yang notabene adalah ‘seorang guru’ bagi
Habibie. Habibie pun memutuskan kembali ke Indonesia untuk memberi ilmu kepada
rakyat Indonesia, kembali untuk membangun industri teknologi tinggi di
nusantara.
Bersama Ibnu Sutowo, Habibie
kembali ke Indonesia dan bertemu dengan Presiden Soeharto pada tanggal 28
Januari 1974. Habibie mengusulkan beberapa gagasan pembangunan seperti berikut:
·
Gagasan
pembangunan industri pesawat terbang nusantara sebagai ujung tombak industri
strategis
·
Gagasan
pembentukan Pusat Penelitan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(Puspitek)
·
Gagasan
mengenai Badan Pengkajian dan Penerapan Ilmu Teknologi (BPPT)
Gagasan-gagasan awal Habibie
menjadi masukan bagi Soeharto, dan mulai terwujud ketika Habibie menjabat
sebagai Menristek periode 1978-1998.
Namun, dimasa tuanya, hubungan
Habibie-Soeharto tampaknya retak. Hal ini dikarenakan berbagai kebijakan
Habibie yang disinyalir “mempermalukan” Pak Harto. Pemecatan Letjen (Purn)
Prabowo Subianto dari jabatan Kostrad karena memobilisasi pasukan kostrad
menuju Jakarta (Istana dan Kuningan) tanpa koordinasi atasan merupakan salah
satu kebijakan yang ‘menyakitkan’ pak Harto. Padahal Prabowo merupakan menantu
kesayangan Pak Harto yang telah dididik dan dibina menjadi penerus Soeharto.
Pemeriksaan Tommy Soeharto sebagai tersangka korupsi turut membuat Pak Harto
‘gerah’ dengan kebijakan pemerintahan BJ Habibe, terlebih dalam beberapa kali
kesempatan di media massa, BJ Habibie memberi lampu hijau untuk
memeriksa Pak Harto. Padahal Tommy Soeharto merupakan putra “emas’ Pak Harto.
Dan sekian banyak kebijakan berlawanan dengan pemerintah Soeharto dibidang
pers, politik, hukum hingga pembebasan tanpa syarat tahanan politik Soeharto
seperti Sri Bintang Pamungkas dan Mukhtar Pakpahan.
5. Sebagai Bapak Teknologi Indonesia
Pemikiran-pemikiran Habibie yang
“high-tech” mendapat “hati” pak Harto. Bisa dikatakan bahwa Soeharto mengagumi
pemikiran Habibie, sehingga pemikirannya dengan mudah disetujui pak Harto. Pak
Harto pun setuju menganggarkan “dana ekstra” untuk mengembangkan ide Habibie.
Kemudahan akses serta kedekatan Soeharto-Habibie dianggap oleh berbagai pihak
sebagai bentuk kolusi Habibie-Soeharto. Apalagi, beberapa pihak tidak setuju
dengan pola pikir Habibie mengingat pemerintah Soeharto mau menghabiskan dana
yang besar untuk pengembangan industri-industri teknologi tinggi seperti saran
Habibie.
Tanggal 26 April 1976, Habibie
mendirikan PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio dan menjadi industri
pesawat terbang pertama di Kawasan Asia Tenggara (catatan : Nurtanio
meruapakan Bapak Perintis Industri Pesawat Indonesia). Industri Pesawat
Terbang Nurtanio kemudian berganti nama menjadiIndustri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN)
pada 11 Oktober 1985, kemudian direkstrurisasi, menjadi Dirgantara Indonesia
(PT DI) pada Agustuts 2000. Perlakuan istimewapun dialami oleh industri
strategis lainnya seperti PT PAL dan PT PINDAD.
Sejak pendirian industri-industri
statregis negara, tiap tahun pemerintah Soeharto menganggarkan dana APBN yang
relatif besar untuk mengembangkan industri teknologi tinggi. Dan anggaran
dengan angka yang sangat besar dikeluarkan sejak 1989 dimana Habibie memimpin
industri-industri strategis. Namun, Habibie memiliki alasan logis yakni untuk
memulai industri berteknologi tinggi, tentu membutuhkan investasi yang besar
dengan jangka waktu yang lama. Hasilnya tidak mungkin dirasakan langsung. Tanam
pohon durian saja butuh 10 tahun untuk memanen, apalagi industri teknologi
tinggi. Oleh karena itu, selama bertahun-tahun industri strategis ala
Habibie masih belum menunjukan hasil dan akibatnya negara terus membiayai biaya
operasi industri-industri strategis yang cukup besar.
Industri-industri strategis ala
Habibie (IPTN, Pindad, PAL) pada akhirnya memberikan hasil seperti pesawat
terbang, helikopter, senjata, kemampuan pelatihan dan jasa pemeliharaan
(maintenance service) untuk mesin-mesin pesawat, amunisi, kapal, tank, panser,
senapan kaliber, water canon, kendaraan RPP-M, kendaraan combat dan masih
banyak lagi baik untuk keperluan sipil maupun militer.
Untuk skala internasional, BJ
Habibie terlibat dalam berbagai proyek desain dan konstruksi pesawat terbang
seperti Fokker F 28, Transall C-130 (militer transport), Hansa Jet 320 (jet
eksekutif), Air Bus A-300, pesawat transport DO-31 (pesawat dangn teknologi
mendarat dan lepas landas secara vertikal), CN-235, dan CN-250 (pesawat dengan
teknologi fly-by-wire). Selain itu, Habibie secara tidak langsung ikut terlibat
dalam proyek perhitungan dan desain Helikopter Jenis BO-105, pesawat tempur
multi function, beberapa peluru kendali dan satelit.
Karena pola pikirnya tersebut,
beliau dianggap sebagai bapak teknologi Indonesia, terlepaskan seberapa besar
kesuksesan industri strategis ala Habibie. Karena kita tahu bahwa pada tahun
1992, IMF menginstruksikan kepada Soeharto agar tidak memberikan dana operasi
kepada IPTN, sehingga pada saat itu IPTN mulai memasuki kondisi kritis. Hal ini
dikarenakan rencana Habibie membuat satelit sendiri (catatan : tahun 1970-an
Indonesia merupakan negara terbesar ke-2 pemakaian satelit), pesawat sendiri,
serta peralatan militer sendiri. Hal ini didukung dengan 40 0rang tenaga ahli Indonesia
yang memiliki pengalaman kerja di perusahaan pembuat satelit Hughes Amerika
akan ditarik pulang ke Indonesia untuk mengembangkan industri teknologi tinggi
di Indonesia. Jika hal ini terwujud, maka ini akan mengancam industri teknologi
Amerika (mengurangi pangsa pasar) sekaligus kekhawatiran kemampuan teknologi
tinggi dan militer Indonesia.
6. Kritikan Untuk Seorang Habibie
ketika Menjadi Presiden
Tidak ada gading yang tidak tidak
retak, begitu juga halnya pada diri BJ Habibie. Ada beberapa kepribadian dan
sikap/kebijakan BJ Habibie khususnya di masa pemerintahannya yang kontroversial
dan dianggap buruk. Dibidang kepribadian, BJ Habibie dikenal sebagai orang yang
kurang bisa dikritik (langsung reaktif), meskipun disisi lain beliau sangat
menghargai pendapat orang lain, dan senang berdebat. Hal ini sangat mungkin
disebabkan karena beliau terlampu jenius, terlalu cerdas. Salah satunya
adalah kengototan Menristek BJ Habibie membeli 36 kapal perang bekas Jerman
Timur pada 1992. Padahal terjadi pembengkakan pembelian kapal perang bekas dari
USD 12.7 juta menjadi USD 1.1 miliar.
Ketika menjadi Presiden RI
menggantikan Soeharto, banyak orang berharap agar BJ Habibie dapat bertindak
tegas kepada Pak Harto yang diduga melakukan KKN, setidaknya gurita KKN di
Cendana dan kroni Soeharto lainnya. Namun, selama menjadi Presiden RI, BJ
Habibie tidak pernah memeriksa Soeharto. Pres Habibie dianggap memasang
badan melindungi Soeharto sampai-sampai Jam Intel Kejagung Mayjen (Purn)
Syamsal Djalal dipecat. Menurut pengakuan mantan Jam Intel Kejagung Syamsul
Djalal, ia dipecat lantaran mengusulkan agar Pak Harto secepatnya dibawah ke
pengadilan. Bisa dimaklumi pula bahwa Habibie dalam posisi dilematis, karena
bagaimanapun Pak Harto adalah salah satu gurunya.
Hal lain yang menjadi catatan hitam
Pak Habibie adalah penangangan kasus Bank Bali. Presiden BJ Habibie dianggap
kurang serius menangani kasus yang melibatkan orang-orang yang dekat
dengan Habibie. Mereka yang disebut-sebut terlibat dalam skandal Bank Bali
diantaranya adalah Timmy Habibie (adik kandung Habibie), AA Baramuli (Ketua
DPA), Setya Novanto (Wa.Bendara Golkar) dan Tanri Abeng. Dikalangan pengusaha,
terlibat konglomerat hitam Djoko Tjandra yang selama ini dekat dengan petinggi
Golkar.
Gagasan atau Pemikiran
1. Teori Pembangunan Ekonomi
Habibie
Menjadi pimpinan di Industri
Pesawat Terbang skala besar di Jerman selama bertahun-tahun memberikan
inspirasi dan mempengaruhi pemikiran Habibie. Berlandaskan pengalaman itu,
Habibie memiliki keyakinan bahwa untuk bisa menjadi negara maju tidak selalu
perlu melewati “tahap-tahap” pembangunan yakni pertanian/agraris industri
pengolahan pertanian, manufaktur, industri teknologi rendah/menengah baru ke
teknologi tinggi. Ia mengemukan teori pembangunan ekonomi negara yang berbeda
yakni “Dari negara agraris langsung melompat ke tahap negara industri teknologi
tinggi”, tanpa harus menunggu dan melewati kematangan indsutri pertanian, atau
tahapan industri manufaktur serta teknologi rendah.
“The basis of any modern economy is
in their capability of using their renewable human resources. The best
renewable human resources are those human resources which are in a position to
contribute to a product which uses a mixture of high-tech.” (Sumber : BBC: BJ Habibie Profile -1998.)
Dari teori pembangunan ekonomi
tersebut, Habibie sangat menekankan pada kualitas SDM bukan semata SDA. Dengan
meningkatkan sumber daya manusia (human resources), maka kita dapat membuat
produk berteknologi tinggi dimana memiliki nilai jual yang tinggi. Hal ini pun
akan mentriger berdirinya perusahaan-perusahaan pendukung dengan teknologi
lebih rendah. Jadi, prinsip pembangunan industri ala Habibie adalah Top-Down
(dari tinggi hingga ke rendah). Sedangkan secara konvensional adalah dari
Down-Top (dari industri teknologi rendah ke teknologi tinggi).
Selama masa pengabdiannya di
Indonesia, Habibie memegang 47 jabatan penting seperti : Direkur Utama (Dirut)
PT. Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN), Dirut PT Industri Perkapalan
Indonesia (PAL), Dirut PT Industri Senjata Ringan (PINDAD), Kepala Otorita
Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam, Kepala BPPT, Kepala BPIS, Ketua ICMI,
dan masih banyak lagi.
2. Habibie Sebagai Bapak Demokrasi
Indonesia
Ketika mendapat amanah menjadi
Presiden RI ke-3, kondisi ekonomi, sosial, stabilitas politik, keamanan di
Indonesia berada di ujung tanduk “revolusi”. Dengan mengambil kebijakan yang
salah serta pengelolaan ekonomi yang tidak tepat, maka Indonesia 1998
berpotensi masuk dalam era “chaos” ataupun revolusi berdarah. (catatan :
perlu diingat bahwa reformasi 1998 menelan ratusan bahkan ribuan korban
pembunuhan dan pemerkosaan serta serangkaian kerusuhan, penjarahan,
pembakaran, yang terutama ditujukan pada etnis Tionghoa). Untungnya
di tahun 1998, Indonesia tidak masuk dalam era revolusi jilid-2 namun hanya
masuk dalam era reformasi.
Belajar dari kesalahan presiden
pendahulunya, Jenderal Soeharto, Presiden Habibie memimpin Indonesia dengan
cermat, cepat, telaten, rasional dan reformis. Habibie menunjukkan perhatiannya
terhadap keinginan bangsa untuk lebih mengerti dan menerapkan prinsip umum
demokrasi. Perhatiannya didasarkan pada pengamatan Habibie pada pemerintahan
Orde Lama dan sebagai pejabat pada masa Orde Baru, dimana telah mengarahkan
beliau untuk mempelajari situasi yang ada. Melalui proses yang sistematik,
menyeluruh, dan menyatu, Habibie mengembangkan sebuah konsep yang lebih jelas,
sebuah pengejewantahan dari proaktif dan prediksi preventive atas interpretasi
dari demokrasi sebagai sebuah mesin politik. Konsep ini kemudian
diimplementasikan dalam berbagai agenda politik, ekonomi, hukum dan keamanan
seperti:
·
Kebebasan
multi partai dalam pemilu (UU 2 tahun 1999)
·
Undang Undang
anti monopoli (UU 5 tahun 1999)
·
Kebijakan
Independensi BI agar bebas dari pengaruh Presiden (UU 23 tahun 1999)
·
Kebebasan
berkumpul dan berbicara, (selanjutnya masyarakat lebih mengenal istilah
demonstrasi)
·
Pengakuan Hak
Asasi Manusia (UU 39 tahun 1999)
·
Kebebasan pers
dan media,
·
Usaha usaha
menciptakan pemerintahan yang efektif dan efisien yang bebas dari korupsi,
kolusi, dan nepotisme atau dengan kata lain adalah pemerintahan yang baik dan
bersih. (Membuat UU Pemberantasan Tindak Korupsi pada tahun 1999)
·
Penghormatan
terhadap badan badan hukum dan berbagai institusi lainnya yang dibentuk atas
prinsip demokrasi;
·
Pembebasan
tahanan-tahanan politik tanpa syarat, (eg. Sri Bintang Pamungkas dan Muktar
Pakpahan)
·
Pemisahan
Kesatuan Polisi dari Angkatan Bersenjata.
Dalam waktu yang relatif singkat
sebagai Presiden RI, Habibie telah memelihara pandangan modern beliau dalam
demokrasi dan mengimplementasikannya dalam setiap proses pembuatan keputusan.
Peran penting Habibie dalam percepatan proses demokrasi di Indonesia dikenal
baik oleh masyarakat nasional ataupun internasional sehingga beliau dianggap
sebagai “Bapak Demokrasi“. Komitmen beliau terhadap demokrasi adalah nyata.
Ketika MPR, institusi tertinggi di Indonesia yang memiliki wewenang untuk
memilih Presiden dan Wakil Presiden, menolak pidato pertanggung-jawaban Habibie
(masalah referendum Timor-Timur), Habibie secara berani mengundurkan
diri dari pemilihan Presiden yang baru pada tahun 1999. Beliau melakukan ini,
selain penolakan MPR atas pidatonya tidak mengekang beliau untuk terus ikut
serta dalam pemilihan, dan keyakinan dari pendukung beliau bahwa beliau akan
tetap bisa unggul dari kandidat Presiden lainnya, karena yakin bahwa sekali
pidatonya ditolak oleh MPR akan menjadi tidak etis baginya untuk terus ikut
dalam pemilihan. Keputusan ini juga dimaksudkan sebagai pendidikan politik dari
arti sebuah demokrasi.
Karena “demokratis”-nya Habibie,
maka iapun memberikan opsi referendum bagi rakyat Timor-Timur untuk menentukan
sikap masa depannya. Namun, perlu dicatat bahwa Habibie bukanlah orang yang
bodoh dengan mudah memberikan opsi referendum tanpa alasan yang jelas dan
tepat. Habibie sebagai Presiden RI memberikan opsi referendum kepada rakyat
Timor-Timur mengingat bahwa Timor-Timur tidak masuk dalam peta wilayah
Indonesia sejak deklarasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Secara yuridis, wilayah kesatuan negara Indonesai sejak 17 Agustus 1945 adalah
wilayah bekas kekuasaan kolonialisme Belanda yakni dari Sabang (Aceh) hingga
Merauke (Irian Jaya/ Papua). Ketika Indonesia merdeka, Timor-Timur merupakan
wilayah jajahan Portugis, dan bergabung bersama Indonesia dengan dukungan
kontak senjata.
Bagi sebagian orang menganggap
bahwa masuknya militer Indonesia di Timor-Timur merupakan bentuk
neo-kolonialisme baru (penjajahan modern) dari Indonesia pada tahun
1975. Seharusnya Indonesia tidak ikut campur pada proses kemerdekaan
Timor-Timur dari penjajahan Portugis. Jadi, kita dapat memahami dibalik
landasan Habibie dimana provinsi Timor-Timur lepas dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Perlu dicatat bahwa kasus Aceh dan Papua berbeda
dengan Timor-Timur.
3. Habibie Sebagai Master of Economic
Sejak era reformasi 1998, tampaknya
hanya Habibie yang menjadi presiden yang benar-benar sukses mengelola ekonomi
dengan baik. Dalam kondisi yang amburadul, kacau balau baik dalam bidang
ekonomi, politik, sosial dan tiada hari tanpa demonstrasi, Habibie mampu
membawa ekonomi Indonesia yang lebih baik.
Meskipun Presiden Singapura Lee
Kuan Yeew berusaha mendiskritkan kemampuan Habibie untuk memimpin Indonesia,
toh Habibie menunjukkan bukti. Ketika banyak orang yang menyangsikan bahwa
Habibie mampu bertahan selama 3 hari sebagai Presiden, namun semua dapat
dilalui. Lalu, pihak-pihak yang tidak suka dengan Habibie pun menyampaikan
opini bahwa Habibie tidak mampu bertahan lebih dari 100 hari. Sekali lagi,
Habibie membuktikan bahwa ia mampu memimpin Indonesia dalam kondisi kritis.
Dari nilai tukar rupiah Rp 15000
per dollar diawal jabatannya, Habibie mampu membawa nilai tukar rupiah ke
posisi Rp 7000 per dollar. Ketika inflasi mencapai 76% pada periode
Januari-September 1998, setahun kemudian Habibie mampu mengendalikan harga
barang dan jasa dengan kenaikan 2% pada periode Januari-September 1999. Indeks
IHSG naik dari 200 poin menjadi 588 poin setelah 17 bulan memimpin. Tentu,
indikator-indikator kesuksesan ekonomi era Habibie tidak dapat diikuti dengan
baik oleh masa pemerintah Megawati maupun SBY.
Beberapa keberhasilan ekonomi di
era Habibie sebenarnya tidak lepas dari usaha keras dan perubahan mendasar dari
para tokoh reformis yang duduk di kabinet seperti Adi Sasono (Men. Koperasi),
Soleh Salahuddin (Men. Kehutanan dan Perkebunan), Tanri Abeng (Men. BUMN).
Namun, perlu disadari bahwa Habibie bukanlah presiden yang benar-benar reformis
dalam menolak kebijakan ekonomi ala IMF. Dengan keterbatasannya, beliau
terpaksa menjalana 50 butir kesepakatan (LoI) antara pemerintah Indonesia
dengan IMF, sehingga penangganan krisis ekonomi di Indonesia pada hakikatnya
lebih pada penyembuhan dengan “obat generik”, bukan penyembuhan ekonomi
“terapis” ataupun “obat tradisional”. Sehingga ketika meninggalkan tampuk
kekuasaan, Indonesia masih rapuh.
Disisi lain, Habibie masih sangat
mempercayai tokoh-tokoh Orba duduk di kabinetnya, padahal masyarakat menuntut
reformasi. Dan tampaknya, Habibie memang menempatkan dirinya sebagai Presiden
Transisi, bukan Presiden yang Reformis.
4. Habibie Sebagai Cendekiawan Muslim
Kekuasaan adalah amanah dan titipan
Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, bagi mereka yang percaya atas eksistensi-Nya.
Bagi mereka yang tidak percaya atas eksistensi-Nya, kekuasaan adalah amanah dan
titipan rakyat. Pemilik kekuasaan tersebut, setiap saat dapat mengambil kembali
milik Nya dengan cara apa saja.
(Habibie : Detik Detik yang Menentukan, halaman 31)
Selain memiliki kecerdasan yang
tinggi (mungkin orang terjenius dari Indonesia), Habibie dikenal sebagai
cendekiawan muslim yang taat sekaligus reformis. Dalam menghadapi berbagai
kesulitan, Habibie tidak luput dari do’a dan sholat untuk mendapat petunjuk
atau ilham. Mendapat jabatan sebagai Presiden bagi Habibie merupakan amanah dan
titipan dari Allah untuk mengabdi dengan sepenuh hati.
Meskipun tidak terjun dalam dunia
politik dan kekuasaan, Habibie tetap memberikan sumbangsih kepada bangsa
Indonesia dengan mendirikan The Habibie Centre pada 10 November 1999. Habibie
Center merupakan organisasi yang berusaha memajukan proses modernisasi dan
demokratisasi di Indonesia yang didasarkan pada moralitas dan integritas budaya
dan nilai-nilai agama. Ada dua misi utama Habibie centre yakni (1)
menciptakan masyarakat demokratis secara kultural dan struktural yang mengakui,
menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia, serta mengkaji dan
mengangkat isu-isu perkembangan demokrasi dan hak asasi manusia, dan (2)
memajukan dan meningkatkan pengelolaan sumber daya manusia dan usaha
sosialisasi teknologi. Beberapa kegiatan yang dikenal luas oleh masyarakat dari
Habibie Centre yakni seminar, pemberian beasiswa dalam dan luar negeri, Habibie
Award serta diskusi mengenai peningkatan SDM maupun IPTEK.
Selain mendirian The Habibie
Centre, Habibie juga berjasa dalam pendirian Ikatan Cendekiawan Muslim
Indonesia (ICMI) pada 7 Desember 1990 atas persetujuan Soeharto. ICMI
merupakan wahana menampung cendekiawan-cendekiawan muslim untuk bersama-sama
berkontribusi bagi bangsa dan masyarakat. Pada awalnya, ICMI didirikan untuk
menampung aspirasi pengusaha non-China yang benci akan kekayaan dan
pengaruh dari keluarga etnis China yang kaya. ICMI mempunyai bank sendiri dan
koran harian yang diberi nama Republika. Banyak umat muslim yang ikut terdaftar
dalam keanggotaan ICMI termasuk cendekiawan pengkritik pemerintah Soeharto
yakni (Alm) Prof. Nurcholish Majid dan Prof. Amien Rais.
5. Gagasan mengenai Peradaban
Teknologi untuk Kemandirian Bangsa
Selama dua puluh tahun lebih
Bacharuddin Jusuf Habibie di rantau, lalu kembali ke tanah air, Setelah belajar
dan bekerja di Jerman. Ia diberi kepercayaan serta tugas untuk memimpin
beberapa jabatan penting dalam pemerintahan dan sejumlah lembaga lainnya.
Jabatan dan tugas penting yang pernah diembannya dalam Kabinet pembangunan
adalah portofolio Kementrian Negara Riset dan Teknologi merangkap Ketua Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi, sejumlah industri strategis, Otorita
pengembangan Daerah industri pulau Batam, dan beberapa lembaga lainnya. Selama
itu pula, berbagai pemikiran gagasan dikeluarkannya. Bahkan tidak hanya
terbatas pada pemikiran dan gagasan, tetapi ia juga memberikan bukti nyata
bahwa pemikiran dan gagasan itu, tidak hanya terhenti pada ucapan dan pidato,
tetapi dapat menjadi kenyataan yang dapat menyelesaikan persoalan bangsa.
Pada 1978, terjadilah perubahan
mendasar pada kegiatan penelitian di Indonesia ketika B.J. Habibie dilantik
menjadi Mentri Negara Riset dan Teknologi/Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi. Sejak itu pula, kegiatan penelitian lebih terfokus untuk
menghasilkan teknologi yang diterapkan bagi keperluan pembangunan. Akronim
Iptek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), mulai populer yang beberapa tahun
kemudian disebarluaskan sehingga tercapai kesepakatan nasional (1993) untuk
menjadikan Iptek sebagai salah satu asas pembangunan.
Kemudian, muncul gagasan B.J.
Habibie mengenai konsep transformasi industri nasional. Gagasan itu pertama
kali disampaikan pada sebuah ceramah umum di Bandung, tetapi secara resmi
dipublikasikan pada 14 Juni 1983 di Bonn pada ceramah yang judulnya
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia: “Beberapa Pemikiran tentang Strategi
Transformasi Industri suatu Negara sedang Berkembang”.
Pemikiran dan gagasannya tentang
transformasi industri misalnya, lahir ketika ia melihat kemampuan dan kesiapan
sumber daya manusia yang tersedia, sarana dan prasarana teknologi yang ada pada
saat itu masih minim. Ia juga melihat adanya kendala waktu dan ketertinggalan
serta keterbelakangan teknologi bangsa kita dibandingkan dengan bangsa-bangsa
yang telah berkembang lainnya. Dunia penelitian sangat terbatas, peneliti
sangat kurang, dana penelitian sangat kecil bahkan hampir tidak ada artinya.
Adapun konsep transformasi industri tersebut adalah “Mula dari Akhir dan
Berakhir di Awal”. Proses ini merupakan kebalikan dari proses klasik yang
selama ini dikenal, tetapi pengembangan unsur-unsur teknologi yang terkait
termasuk pengembangan sumber daya manusia dilaksanakan dengan proses normal
maju ke depan, dari tingkat dasar hingga tingkat yang paling tinggi. Dengan
empat tahap transformasi teknologi yang diterapkan oleh B.J. Habibie, terlihat
jelas bahwa konsep ini merupakan cara yang efisien, realistik, dan sistematik
di dalam alih dan difusi teknologi industri untuk mengejar ketertinggalan
bangsa Indonesia di bidang Iptek dari bangsa-bangsa yang telah maju lainnya.
Pengembangan unsur-unsur teknologi
yang terkandung di dalam penahapan ini dilakukan secara evolutif, tetapi
mengalami percepatan proses karena dilaksanakan dalam rangka penerapan
transformasi teknologi yang “Mulai dari Akhir dan Berakhir di Awal” ini. Oleh
B.J. Habibie, unsur-unsur yang terkandung disetiap tahapan transformasi ini
disebut satuan mikro evolutif yang dipercepat atau Micro Accelerated
Evolution Unit disingkat MAEU. B.J. Habibie biasa mengatakan, kita
tidak bisa membuat sebuah penemuan ulang sesuatu teknologi yang sudah lama
ditemukan bangsa lain. Karena kita akan tertinggal. Negara industri maju sudah
lama menemukan dan menggeluti teknologi canggih.
Untuk melaksanakan program
transformasi ini, diperlukan wahana atau kendaraan untuk mencapai tujuan. Dari
sekian wahana, digunakan antara lain wahana industri dirgantara, industri
maritim dan perkapalan, serta wahana industri strategis lainnya. Di industri
dirgantara, setelah melalui penahapan awal teknologi yang sudah ada (memakai
lisensi), maka tahap integrasi teknologi, lahirlah N-235. Kemudian pada tahap
pengembangan teknologi, lahirlah N-250. Di industri perkapalan, lahirlah cakara
Jaya, Palwo Buwono. Demikian pula di beberapa industri strategis lainnya.
Produk-produk itu, akan membuka lapangan kerja yang juga berarti membantu
meningkatkan kualitas SDM bangsa Indonesia yang produktif. Memperbesar
penyerapan pasar domestik dengan menggunakan produk dalam negeri berarti
memberikan kontribusi terhadap proses nilai tambah, kesejahteraan dan
keunggulan bangsanya sendiri. Kenyataan semacam ini sangat disadari oleh
masyarakat Jepang, bahkan negara industri maju lainnya. Mereka sangat mencintai
produk bangsanya sendiri dan sulit dipaksa untuk membeli produk luar negeri
sehingga neraca perdagangan mereka dengan negara lain selalu positif.
Sangat relevan dengan strategi ini,
khususnya pada tahap terakhir untuk melakukan penelitian dasar, lahirlah Pusat
Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek) di
Serpong, sebagai sarana untuk melakukan penelitian dasar melalui berbagai jenis
laboratorium yang dipercayakan kepada Lembaga Pemerintah Non-Departemen Dalam
Lingkup Ristek. Dengan berbagai laboratorium Iptek yang dimiliki, Puspitek
diharapkan dapat melaksanakan berbagai riset lapangan (ground research) serta
berperan sebagai sinergi bagi kegiatan riset dan pengembangan Iptek.
Dalam kebijakan makroriset dan
teknologi, dibuat “Matriks Nasional Riset dan Teknologi”, untuk memusatkan
perhatian masyarakat ilmiah dan masyarakat umum pada tujuan yang harus diemban
oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan dikembangkan di Indonesia.
Untuk melengkapinya, dibentuk Dewan
riset Nasional (DRN) yang merupakan wadah koordinasi non strukutural, yang
mempersiapkan perumusan program ilmu pengetahuan dan teknologi, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Mentri Negara Riset dan Teknologi.
Disusul lahirnya Akademi Ilmu
Pengetahuan Indonesia (AIPI) yang merupakan salah satu tonggak sejarah bagi
bangsa Indonesia pada umumnya, khususnya masyarakat ilmiah di Indonesia bahwa
ilmu pengetahuan dan teknologi mendapat perhatian sangat besar dalam rangka
pembangunan sebagai pengamalan Pancasila.
Pada 1993, untuk pertama kalinya
sejak Indonesia merdeka pada GBHN 1993 di masa kabinet Pembangunan, disepakati
secara nasional, bahwa pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek),
selain sebagai bidang pembangunan tersendiri yang harus dimanfaatkan,
dikembangkan, dan dikuasai, juga sebagai salah satu asas pembangunan.
Adakah gagasan dan strategi
transformasi teknologi yang tel;ah dikembangkan oleh B.J. Habibie lebih satu
dekade yang lalu telah bergesr dengan strategi pengembangan Iptek yang ideal di
Indonesia sekarang ini? Khususnya dalam wacana yang sering muncul mengenai
kebijakan Inovasi Teknologi untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi?
Telah disadari diperlukannya mitra
segi tiga antara dunia usaha, pemerintah, dan perguruan tinggi untuk
mempercepat difusi kemajuan teknologi serta kemampuan inovasi. Sebenarnya, hal
ini sudah lama menjadi gagasan B. J. Habibie, seperti yang kita temui dalam
buku ini. Bahkan, kemitraan ketiga komponan bangsa terssebut sudah
dilaksanakan.
Puspitek misalnya sudah didirikan
untuk melakukan riset lapangan, bersinergi dengan kegiatan pengembangan Iptek
pihak swasta. Gagasan Link & Match adalah usaha untuk
menciptaka sinergi antara kurikulum pendidikan dan kebutuhan praktis dunia
industri. Sementara industri strategis didirikan di kota yang memiliki
perguruan tinggi yang unggul dengan industri yang dikembangkan. Demikianlah
IPTN bersinergi dengan ITB Bandung dalam teknologi dirgantara, PT PAL di
Surabaya bersinergi dengan ITS Surabaya dalam bidang perkapalan dan kelautan.
Institut Teknologi Indonesia (ITI) di Serpong bersinergi dengan pusat
penelitian di Puspitek. Semua ini adalah upaya agar lembaga penelitian serta
perguruan tinggi sebagai mitra usaha untuk mempercepat difusi kemajuan
teknologi serta kemampuan inovasi.
Dalam bidang pembangunan wilayah,
B.J. Habibie ditugaskan mengenai Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau
Batam (Opdib Batam), sejak 1978. Ketika diserahkan pemerintah untuk
dikembangkan, Pulau Batam masih berupa daerah gersang dan berdebu tanpa sarana
bangunan. Tidak ada investor yang ingin meliriknya. Sembilan belas tahun
kemudian, akhirnya pulau Batam menjelma menjadi kawasan industri seperti yang
ditinggalkan B.J. Habibie pada 1997.
Setelah menyelesaikan tugas sebagai
Presiden Republik Indonesia ke-3, karena tidak ingin dicalonkan untuk mengikuti
pemilihan presiden berikutnya dan selama 17 bulan masa kerjanya yang
menggulirkan reformasi, B.J. Habibie kembali menjadi warga negara biasa.
Ironisnya, semua tugas yang telah diembannya untuk negara dan hasil karya dalam
bidang teknologi yang telah dirintis dan dipersembahkan kepada Tanah Air,
seolah habis tersapu angin. IMF yang datang sebagai “penyelamat” Indonesia
karena tertimpa krisis multidimensi pada 1998, melalui Letter of Intend,
melarang dikucurkannya dana untuk industri dirgantara IPTN yang 100 persen
milik negara. IPTN yang sedang dalam proses program progrissive
manufacturing plan antara lain dengan pesawat N-250 serta program lainnya
terhenti. Konsekuensinya jumlah karyawan terlatih harus dirumahkan. IMF yang
sarat dengan kepentingan Negara Industri Maju, turut campur dan masuk ke urusan
mikro –ekonomi Indonesia.
Hal yang menarik lainnya dan jika
kita jujur melihat kilas balik sejarah. Lebih dari dua dekade, perjuangan B.J.
Habibie di Tanah Air memacu pengembangan teknologi, dengan strategi memberikan
nilai tambah SDM Indonesia, peningkatan daya saing bangsa, kenyataannya saling
menghadapi kendala, yaitu UU Industri Strategis. Selama itu pula, kebijakan
kabinet selalu tersegmentasi antara otoritas moneter dan teknolog. Program
pengembangan teknologi seperti yang digagas oleh B.J. Habibie tidak berjalan
mulus. Walaupun B.J. Habibie selalu “Berbas-basi” selalu ada yang berfungsi sebagai
“gas” dan ada yang berfungsi sebagai “rem”. Tetapi benarkah hal itu karena
pertimbangan objektif atau hanya sekedar dogma efisiensi atau karena sumber
keuangan negara “perlu memproritaskan yang lebih urgent?” Benarkah
efisiensi harus di depan daripada usaha menjadikan bangsa ini memiliki daya
saing? Ketika putra-putri bangsa Indonesia berjuang memperoleh nilai tambah,
bekerja dalam penguasaan teknologi tinggi untuk sederajat dengan bangsa lain,
B.J. Habibie selalu dikritik karena dana yang diperlukan dianggap besar,
khususnya investasi pada setiap proyek industri strategis. Tetapi hal itu
ditangkalnya, dengan argumen bahwa dana tersebut diperlukan untuk investasi
sumber daya manusia yang belum kita miliki. Memang kita memerlukan sumber daya
manusia yang tidak sedikit sebagai investasi, karena “membangun sebuah bangsa”
memang tidak seperti mendirikan bank. Jika bank didirikan, hari berikutnya bank
bisa langsung memberikan keuntungan.
Bagaimana dengan pengucuran dan
kebocoran uang negara pada pihak perseorangan yang tidak berhak, bahkan
berlipat ganda dari mata uang yang diperlukan untuk memberi nilai tambah dan
daya saing pada anak-anak bangsa kita sendiri, mulai dari kasus Edy Tansil
sampai Bank Century. Tetapi apakah ganjalan yang dialami B.J. Habibie untuk
melaksanakan program pengembangan teknologi salama itu, memang karena
pertimbangan objektif? Atau, mungkinkah kendala yang selama ini dialami usaha
pengembangan teknologi, hanya sikap pribadi dan konflik kepentingan oleh mereka
yang berada di otoritas moneter? Tidak pernah ada yang terjawab.
Setelah melewati dekade demi
dekade, momentum pun telah berlalu mengikuti perjalanan waktu yang linier.
Momentum yang hilang tidak akan kembali lagi. Kiranya benar, kelemahan kita
sebagai bangsa, karena elite bangsa sangat segmentaris. Terkotak-kotak dalam
berbagai kepentingan. Karena itu, jangan bertanya, mengapa kita selalu
ketinggalan dari bangsa lain. Mengapa kita tidak pernah bangkit. Dua puluh
tahun yang lalu, B.J. Habibie sudah menyampaikan bahwa bangsa ini perlu
keterpaduan dan pikiran yang integral. Perlunya melahirkan karya dan inovasi
baru untuk memperkuat daya saing bangsa, diperlukan konvergensi pandangan para
insinyur dengan pandangan ekonom, para ahli hukum, para akuntan, ahli
psikologi, dan seterusnya. Semua harus dipadukan, baik swasta maupun
pemerintah, baik yang terorganisasi maupun yang tidak informal, baik yang
ilmuwan maupun yang bukan ilmuwan. Hanya dengan bekerja samalah kita bisa
mengoptimalkan segenap kemampuan kita dalam mengembangkan kualitas sumber daya
manusia serta kapabilitas nasional di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
sebagai faktor penentu menuju dimensi baru kehidupan bangsa Indonesia yang
maju, mandiri, berkeadilan serta sejahtera lahir batin. Tetapi ajakan itu hanya
menguap. Beberapa waktu lalu, barulah pemerintah membentuk Komisi Inovasi
Nasional (KIN), tujuannya meningkatkan inovasi, kurang lebih sama dengan
gagasan B.J. Habibie satu dekade lalu.
Tingkah laku
Pemikiran beliau sangat rasional
dan tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain.
Senada dengan yang diungkapkan oleh Dr. Indria Samego (Dewan Direktur CIDES) yaitu: “ Visi misi dan strategi kepemimpinan Presiden B.J Habibie, terkait erat dengan latar belakang pribadinya. Dia seorang yang sangat rasional di dalam menghadapi suatu persoalan. Menurut saya, banyak persoalan yang ia selesaikan lebih mengedepankan rasionalitas, kadangkala membuat orang terkaget-kaget dan tak mengerti. Karena itu, pada waktu Soeharto masih berkuasa B.J Habibie mengakui, Soeharto adalah guru besarnya. Ini ungkapan jujur menurut saya. Tetapi ungkapan itu tidak 100% ia praktikkan di dalam kebijaksanaan pemerintahannya sekarang. Kenapa? Karena faktor rasionalitas tadi”.
Senada dengan yang diungkapkan oleh Dr. Indria Samego (Dewan Direktur CIDES) yaitu: “ Visi misi dan strategi kepemimpinan Presiden B.J Habibie, terkait erat dengan latar belakang pribadinya. Dia seorang yang sangat rasional di dalam menghadapi suatu persoalan. Menurut saya, banyak persoalan yang ia selesaikan lebih mengedepankan rasionalitas, kadangkala membuat orang terkaget-kaget dan tak mengerti. Karena itu, pada waktu Soeharto masih berkuasa B.J Habibie mengakui, Soeharto adalah guru besarnya. Ini ungkapan jujur menurut saya. Tetapi ungkapan itu tidak 100% ia praktikkan di dalam kebijaksanaan pemerintahannya sekarang. Kenapa? Karena faktor rasionalitas tadi”.
"Memperlihatkan Dirinya
Berbeda" (Oleh:
Dr. H.A. Baramuli SH)
“……..sehingga di kalangan teman-temannya, B.J Habibie dijuluki the wonder boy. Ini dibuktikan dengan sejumlah prestasi ilmiah yang dimilikinya, beberapa hasil penemuannya di gunakan di dalam teknologi pesawat terbang, kereta api dan banyak lainnya. Dan mari kita jujur mengatakan bahwa pengamat-pengamat luar negeri pun mengakui kehebatan si wonder boy. Makannya, tidak terlalu berlebihan kalau saya mengatakan bahwa bangsa Indonesia mesti bangga punya presiden yang jenius…..contohnya, ia banyak membuat kebijakan yang di zaman Soeharto, malah ditabukan. Semisalnya kebebasan pers, kebebasan mendirikan parpol, kebebasan berbeda pendapat dan banyak lainnya…”
“……..sehingga di kalangan teman-temannya, B.J Habibie dijuluki the wonder boy. Ini dibuktikan dengan sejumlah prestasi ilmiah yang dimilikinya, beberapa hasil penemuannya di gunakan di dalam teknologi pesawat terbang, kereta api dan banyak lainnya. Dan mari kita jujur mengatakan bahwa pengamat-pengamat luar negeri pun mengakui kehebatan si wonder boy. Makannya, tidak terlalu berlebihan kalau saya mengatakan bahwa bangsa Indonesia mesti bangga punya presiden yang jenius…..contohnya, ia banyak membuat kebijakan yang di zaman Soeharto, malah ditabukan. Semisalnya kebebasan pers, kebebasan mendirikan parpol, kebebasan berbeda pendapat dan banyak lainnya…”
Rendah hati dan berbakti pada ibu
pertiwi (Oleh:
Letjen TNI (Purn.) H. Achmad Tirtosudiro)
“Pada awal 70-an, dia diminta untuk jadi guru besar untuk menyandang jabatan profesornya di Universitas Aachen, almamaternya. Tetapi, anehnya Habibie menolak. Ini ganjil karena orang-orang Jerman akan sangat gembira dan merasa terhormat bila mendapat kesempatan menduduki kursi professor di Universitas terkemuka seperti Aachen. Apa sebabnya? Rupanya alasan penolakan Habibie adalah ia akan selalu terikat pada universitasnya, sehingga akan mempersulitnya untuk kembali ke Tanah Air bila saatnya tiba. Memang cita-citanya masih tetap ingin kembali ke Indonesia agar ilmu yang diperdalamnya selama ini dapat diamalkan di TanahAir”(1986).
“Pada awal 70-an, dia diminta untuk jadi guru besar untuk menyandang jabatan profesornya di Universitas Aachen, almamaternya. Tetapi, anehnya Habibie menolak. Ini ganjil karena orang-orang Jerman akan sangat gembira dan merasa terhormat bila mendapat kesempatan menduduki kursi professor di Universitas terkemuka seperti Aachen. Apa sebabnya? Rupanya alasan penolakan Habibie adalah ia akan selalu terikat pada universitasnya, sehingga akan mempersulitnya untuk kembali ke Tanah Air bila saatnya tiba. Memang cita-citanya masih tetap ingin kembali ke Indonesia agar ilmu yang diperdalamnya selama ini dapat diamalkan di TanahAir”(1986).
Inilah
sekelumit cerita mengenai Pak Habibie. Beliau menolak menjadi guru besar di
Universitas terkemuka di Jerman, padahal begitu banyak orang Jerman sendiri
yang mengidam-idamkan dinobatkan sebagai guru besar. Beliau memberi alasan yang
membuat takjub dan salut kepadanya. “Saya ingin mengamalkan ilmu saya di
Indonesia, tanah airsaya”.Begitulah kiranya bahasa Pak Habibie.
Habibie
menyebutkan presiden itu bukan segala-galanya. Walau jenius dengan memperoleh
royalti atas delapan hak paten hasil temuannya sebagai ilmuwan konstruksi
pesawat terbang seperti dari Airbus dan F-16, dia mengaku masih banyak yang
jauh lebih baik dari dirinya. Lama bermukim di lingkungan yang sangat
menghargai ketokohan dan personality setiap orang, Habibie mendefinisikan jika
ingin dihargai maka yang diperhatikan orang lain adalah sikap yang tak berubah
terhadap lingkungan.
Menurutnya status, jabatan, dan
prestasi bukan alasan untuk berubah terhadap lingkungan. Itulah sebabnya,
ketika sudah menjadi RI-1 sikap Habibie terhadap lingkungan tetap tidak
berubah. Malah semakin menampakkan watak aslinya, misalnya tidak mau diam dan
bergerak sesuka hati padahal sudah ada aturan protokoler yang harus dipatuhi.
Kehidupan Berumah Tangga
Kisah Habibie dan Ainun
Kekuatan kasih sayang Habibie dan Ainun penting untuk
dijadikan inspirasi. Bagaimana seorang suami menjalankan perannya dengan baik.
Memberikan cinta dan kasih sepanjang masa pada seorang istri. Tidak kenal
hambatan dan tantangan dalam merajut kasih sayang. Dalam agamapun, rasa kasih
sayang selalu diajarkan.
Tidak ada rumah tangga yang
benar-benar sempurna, jauh dari segala keburukan. Pasti ada ketidakpuasan dan
perselisihan serta-serta kekecewaan. Namun membaca novel catatan hati pak
habibie mengenai istrinya, saya seperti diyakinkan kembali bahwa rumah
tangga yang mendekati kesempurnaan itu memang ada.
Setelah menikah dan berbulan madu,
Ainun harus ikut suaminya yang sedang dalam proses mendapatkan gelar S3,
merantau ke Jerman. Bukan hal yang mudah bagi seorang anak gadis cemerlang dan
tinggal di apartemen kecil di Oberfortsbach, desa kecil di pinggiran Jerman
Barat.
Biaya untuk kehidupan sehari-hari
pas-pasan, sampai pada tahun-tahun awal Habibie harus berhemat dengan berjalan
kaki sejauh 15k menuju tempat kerjanya beberapa hari dalam seminggu. Susah jadi
Bu Ainun. Suami sibuk dengan promosi S3 dan bekerja setengah hari sebagai
Asisten di Intitut Konstruksi Ringan Universitas. Habibie sering mencuri waktu
bekerja di pabrik kereta api mendesain gerbong-gerbong berkonstruksi ringan.
Tidak ada keluarga, kerabat dan tetangga untk diajak ngobrol. Tidak ada
hiburan. Bahasa Jerman juga pas-pasan. Pantaslah pak Habibie cinta luar biasa
pada Bu Ainun, tidak pernah beliau mengeluh! Tidak pernah sedikitpun, tentang
apapun,2 orang anak lelaki,Ilham dan Thareq.
Setelah lulus S3, Habibie ditawari
pekerjaan oleh Talbot dan Boeing, dua industri konstruksi terkemuka. Pak
Habibie menolak dan memilih untuk pindah ke Hamburg, dimana ia melamar dan
diterima di perusahaan Hamburger Flugzeugbau HFB. Selepas itu,
beliau menjadi pejabat penting perusahaanMesserschmitt Bolkow Blohm.
Kemudian beliau dipanggil pulang oleh Presiden Soeharto untuk membangun
industri dirgantara Indonesia dan menyumbangkan bakti kepada tanah air. Tidak
lama setelahnya, Pak Habibie diangkat menjadi anggota Kabinet Pembangunan Pak
Harto, menampuk jabatan Menteri Riset dan Teknologi. Beliau menjadi anggota
kabinet selama beberapa periode kepemimpinan Pak Harto, kurang lebih 20 tahun
lamanya.
Tahun 1998, ketika dilaksanakan
pemilihan umum, Pak Harto secara mengejutkan menggandeng beliau sebagai
pasangannya dalam pilpres. Sebuah keputusan yang tidak mudah, mengingat
Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi parah dan mulai banyak pihak yang
mencoba menggoyang tampuk kursi kepemimpinanya. Pak Habibie akhirnya
menjadi Presiden RI ke-3. Bu Ainun juga menjadi ibu negara RI ke-3.
Mengutip perkataan beliau dalam buku :
‘’Mengapa saya tidak bekerja ? Bukankah saya
dokter ? Memang. Dan sangat mungkin saya bekerja waktu itu. Namun saya
pikir : buat apa uang tambahan dan kepuasan batin yang barangkali cukup
banyak itu jika akhirnya diberikan pada seorang perawat pengasuh anak bergaji
tinggi dengan resiko kami sendiri kehilangan kedekatan pada anak sendiri ?
Apa artinya ketambahan uang dan kepuasan profesional jika akhirnya anak saya
tidak dapat saya timang sendiri, saya bentuk sendiri pribadinya ? Anak
saya akan tidak mempunyai ibu. Seimbangkah anak kehilangan ibu bapak,
seimbangkah orangtua kehilangan anak, dengan uang dan kepuasan pribadi tambahan
karena bekerja ? Itulah sebabnya saya memutuskan menerima hidup pas-pasan.
Tiga setengah tahun kami bertiga hidup begitu.’’
Dari Pak Habibie, saya juga belajar
banyak. Walaupun buku ini bukan merupakan biografi beliau, lebih seperti
auto-biografi mengenai kehidupan rumah tangga Habibie-Ainun, namun saya dapat
menangkap beberapa pemikiran Pak Habibie, mengenai dirinya sendiri, mengenai
kehidupannya, serta mengenai Indonesia.
Begitu banyak yang dapat dipetik
dari buku ini. Pelajaran menjadi seorang wanita, istri, maupun ibu. Pelajaran
mencintai seseorang secara penuh dan utuh. Pelajaran menjadi pribadi yang
bermanfaat bagi lingkungan sekitar, serta banyak pelajaran lainnya.
Berikut ini kutipan isi surat Cintanya :
Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan
itu.Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,dan
kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi,
aku sangat tahu itu. Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah
kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri
seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah
mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong,
hilang isi……
“Saya dilahirkan untuk Ainun dan Ainun dilahirkan untuk
saya”
……Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba
hilang berganti kemarau gersang.Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan
salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan
pahit manis selama kau ada,aku bukan hendak megeluh, tapi rasanya terlalu
sebentar kau disini.
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu
sayang,tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang
baik.mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi
kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta,
sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
Selamat jalan, Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya, kau
dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.selamat jalan sayang, cahaya
mataku, penyejuk jiwaku, selamat jalan, calon bidadari surgaku ….
BJ.Habibie
Novel dedikasih pak presiden ke-3 Republik Indonesia
Bacharudin Jusuf Habibie, ‘Habibie & Ainun‘ salah satu novel
best seller di tahun 2011. Kini,buku yang mengisahkan sejarah hidupnya
bersama sang istri, Ainun dari awal pertemuan sampai wafat juga dirilis dalam
bahasa Inggris, Jerman dan Arab.
Yang lebih saya mengerti sekarang adalah kebaikan
keputusan ibu saya. Beliau dari semula berkeyakinan bahwa Ainun adalah jodoh
terbaik saya,” ujar BJ Habibie.
“Beliau adalah sosok yang dekat dengan suami, men-support
suami, dan peduli terhadap masa depan bangsa yang berbasis pada keluarga yang
harmonis.”Hidayat Nur Wahid.
“Beliau rajin membaca Al-Quran, pagi sore. Mungkin dengan
seringnya membaca Al-Quran, efeknya pada kekuatan buat Pak Habibie sekarang
ini. Almarhumah juga seorang istri yang setia dan santun. It was so sweet
memory .” Amien Rais.
“Beliau adalah ibu yang menjadi dambaan yang sangat lemah
lembut dan perhatian kepada keluarga.” Muhammad Jusuf Kalla.
“Saya kenal Ibu Ainun semasa pemerintahan Habibie. Posisi
beliau sebagai Ibu Negara sangat membanggakan. Tiap kehadiran beliau selalu
memberikan kesejukan.” Jend.(purn.) Wiranto.
Proses pencatatan naskah novel ini
cukup memakan waktu 2,5 bulan saja. Habibie menceritakan sejarah hidupnya
bersama Ainun dari sejak pertemuannya pertama kali di Ranggamalela, Bandung,
hingga wafatnya.Buku Habibie & Ainun pun jadi “obat” kepada sepasang suami
istri yang sudah diujung perceraian, namun setelah membaca buku ini pasangan
muda ini mengurungkan niatnya untuk bercerai. Mereka terinspirasi Buku Habibie
& Ainun yang menggambarkan tentang kekuatan Cinta yang suci, murni, abadi
dan tak terpisahkan.
Pak Habibie menikah dengan Ibu
Ainun pada tanggal 12 Mei 1962. Ibu Ainun meninggal tepat sepuluh hari setelah
mereka merayakan ulang tahun perkawinan ke 48. Buku setebal 335 halaman
ini. Habibie mengatakan pembuatan buku ini didasarkan pada kecintaannya terhadap
Ainun. Kesedihannya yang mendalam atas kepergian Ainun sempat membuat psikisnya
terganggu, maka ide membuat buku ini kemudian muncul untuk mencurahkan
perasaannya.
Begitu inspiratifnya dan melihat
animo masyarakat yang besar, membuat keponakan dari Habibie, promotor . Tak
hanya itu, novel ‘Habibie & Ainun’ rencanannya juga akan dirilis dengan
bahasa Jepang.
Kisah tentang apa yang terjadi bila
kau menemukan belahan jiwa dan hatimu. Kisah tentang cinta pertama dan cinta
terakhir. Kisah tentang Presiden ketiga Indonesia dan ibu negara. Kisah tentang
Habibie dan Ainun. Rudy Habibie seorang jenius ahli pesawat terbang yang punya
mimpi besar: berbakti kepada bangsa Indonesia dengan membuat truk terbang untuk
menyatukan Indonesia. Sedangkan Ainun adalah seorang dokter muda cerdas yang
dengan jalur karir terbuka lebar untuknya. Pada tahun 1962, dua kawan SMP ini
bertemu lagi di Bandung. Habibie jatuh cinta seketika pada Ainun yang baginya
semanis gula. Tapi Ainun, dia tak hanya jatuh cinta, dia iman pada visi dan
mimpi Habibie. Mereka menikah dan terbang ke Jerman.
Pendidikan
habibie
Tak lama
setelah ayahnya meninggal, Ibunya kemudian menjual rumah dan kendaraannya dan
pindah ke Bandung bersama Habibie, sepeninggal ayahnya, ibunya membanting
tulang membiayai kehidupan anak-anaknya terutama Habibie, karena kemauan untuk
belajar Habibie kemudian menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Di
SMA, beliau mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam
pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya.
Karena
kecerdasannya, Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk di ITB
(Institut Teknologi Bandung), Ia tidak sampai selesai disana karena beliau
mendapatkan beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan kuliahnya
di Jerman, karena mengingat pesan Bung Karno tentang pentingnya Dirgantara dan
penerbangan bagi Indonesia maka ia memilih jurusan Teknik Penerbangan dengan
spesialisasi Konstruksi pesawat terbang di Rhein Westfalen Aachen
Technische Hochschule (RWTH)Ketika sampai di Jerman, beliau sudah bertekad
untuk sunguh-sungguh dirantau dan harus sukses, dengan mengingat jerih payah
ibunya yang membiayai kuliah dan kehidupannya sehari-hari. Beberapa tahun
kemudian, pada tahun 1955 di Aachean, 99% mahasiswa Indonesia yang belajar di
sana diberikan beasiswa penuh. Hanya beliaulah yang memiliki paspor hijau atau
swasta dari pada teman-temannya yang lain Musim liburan bukan liburan bagi
beliau justru kesempatan emas yang harus diisi dengan ujian dan mencari uang untuk
membeli buku. Sehabis masa libur, semua kegiatan disampingkan kecuali belajar.
Berbeda dengan teman-temannya yang lain, mereka; lebih banyak menggunakan waktu
liburan musim panas untuk bekerja, mencari pengalaman dan uang tanpa mengikuti
ujian.
Beliau mendapat gelar Diploma Ing, dari Technische
Hochschule, Jerman tahun 1960 dengan predikat Cumlaude (Sempurna) dengan nilai
rata-rata 9,5, Dengan gelar insinyur, beliau mendaftar diri untuk bekerja di
Firma Talbot, sebuah industri kereta api Jerman. Pada saat itu Firma Talbot
membutuhkan sebuah wagon yang bervolume besar untuk mengangkut barang-barang
yang ringan tapi volumenya besar. Talbot membutuhkan 1000 wagon. Mendapat
persoalan seperti itu, Habibie mencoba mengaplikasikan cara-cara kontruksi
membuat sayap pesawat terbang yang ia terapkan pada wagon dan akhirnya
berhasil.
Setelah itu beliau kemudian
melanjutkan studinya untuk gelar Doktor di Technische Hochschule Die Facultaet
Fuer Maschinenwesen Aachean kemudian Habibie menikah pada tahun 1962 dengan Hasri
Ainun Habibie yang kemudian diboyong ke Jerman, hidupnya makin keras, di
pagi-pagi sekali Habibie terkadang harus berjalan kaki cepat ke tempat kerjanya
yang jauh untuk menghemat kebutuhan hidupnya kemudian pulang pada malam hari
dan belajar untuk kuliahnya, Istrinya Nyonya Hasri Ainun Habibie harus
mengantri di tempat pencucian umum untuk mencuci baju untuk menhemat kebutuhan
hidup keluarga. Pada tahun 1965 Habibie mendapatkan gelar Dr. Ingenieur dengan
penilaian summa cumlaude (Sangat sempurna) dengan nilai rata-rata 10 dari
Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean.
Rumus yang di temukan oleh Habibie
dinamai "Faktor Habibie" karena bisa menghitung keretakan atau krack
propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang sehingga ia di juluki
sebagai "Mr. Crack". Pada tahun 1967, menjadi Profesor kehormatan
(Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung. dari tempat yang sama tahun 1965.
Kejeniusan dan prestasi inilah yang mengantarkan Habibie diakui lembaga internasional
di antaranya, Gesselschaft fuer Luft und Raumfahrt (Lembaga Penerbangan dan
Angkasa Luar) Jerman, The Royal Aeronautical Society London (Inggris), The
Royal Swedish Academy of Engineering Sciences (Swedia), The Academie Nationale
de l'Air et de l'Espace (Prancis) dan The US
Kehidupan
Beragama
Khatam Al-Quran Sebulan 2 Kali
Meskipun beliau dikenal sebagai
orang yang pinter dan kepinterannya diakui dunia bahkan dia memperoleh julukan
sebagai Mr. Crack karena teorinya yang dikenal dengan Faktor habibie berkaitan
dengan kelelahan body pesawat terbang. Tetapi sisi religious patut diberi
ancungan jempol.
Sebenarnya masalah religiusitas
Habibie tidak perlu diragukan lagi. Bukankah beliau adalah seorang
pendiri dan mantan pimpinan organisasi Islam yaitu ICMI, salah satu organisasi
yang paling terpengaruh di Indonesia?. Bukan hanya itu saja, dalam banyak
tulisan tentang dirinya Pak Habibie termasuk orang yang taat dalam menjalankan
ajaran-ajaran Islam.
Contoh yang sering kita dengar adalah Pak Habibie
semenjak menjadi pejabat selalu melakukan puasa sunat Senin dan Kamis. Kemudian
ada juga berita bahwa salah satu tugas sekretaris pribadi Pak Habibie adalah
mengingatkan beliau ketika waktu sholat tiba.
Artinya, meskipun Pak Habibie salah seorang yang diakui
keilmuannya di dunia, namun masalah ketuhanan tidak juga dia lupakan. Beliau
tetap saja menjalani setiap ajaran-ajaran agamanya dengan benar. Seperti
ungkapan bahwa sesungguhnya orang pinter harus selalu seperti falsafah padi:
“Semakin berisi semakin menunduk”. Artinya semakin pintar seseorang, sebenarnya
mereka harus semakin menunduk kepalanya kepada sang Pencipta.
Bahkan menurut penuturan isteri Tarekh Kemal putra bungsu
Pak Habibie dalam wawancara langsung dengan metro TV (25/5), bahwa selama Ibu
Ainun sakit dan di rawat di Jerman, Pak Habibie selalu menuntun Ibu Ainun
melaksanakan Sholat Lima waktu.
Itu adalah bukti lain tentang religiusitas seorang
Habibie. Sebab dalam Islam, sholat adalah rukun Islam yang wajib ditunaikan
oleh setiap muslim. Kewajiban sholat, bukan hanya dalam keadaan sehat saja,
dalam sakitpun sholat itu tidak boleh ditinggalkan. Kalau tidak bisa
melaksanakan sholat secara berdiri, maka harus dilakukan dalam keadaan duduk, bila
tidak sanggup duduk , sambil terbaring, hingga paling kurang dengan hanya
mengerdipkan mata saja sebagai isyarat. Habibie nampaknya memahami betul apa
yang sesungguhnya harus dia lakukan sebagai seorang yang beragama. Jejak
langkah Habibie layak menjadi bahan renungan dan ditiru oleh muslim-muslim
lainnya. “Agama juga merupakan hal yang penting karena sesuatu yang akan
membimbing kita untuk melangkah ke arah yang tetap positif”.
Pengorbanan / perjuangan
Memasuki tahun 1998, Habibie
diangkat menjadi wakil presiden mendampingi Soeharto. Hanya dua bulan pasca
pengangkatannya sebagai wapres, Habibie naik jabatan menjadi Presiden setelah
Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya pascademo besar-besaran penuntutan
reformasi. berbakti kepada bangsa Indonesia dengan membuat truk terbang untuk
menyatukan Indonesia.
A. Masa Pemerintahan B.J. Habibie
Pemerintahan B..J. Habibie dimulai sejak lengsernya
Soeharto dari kedudukannya sebagai presiden Republik Indonesia pada tanggal 21
Mei 1998. Masa pemerintahan Habibie ini hanya berlangsung selama satu tahun,
karena naiknya Habibie menggantikan Soeharto ini diterima dengan hati kecewa
dan cemas di kalangan yang amat luas di kalangan masyarakat. Kabinet yang
dibentuk oleh Habibie diberi nama Kabinet Reformasi Pembangunan. Ada berbagai
langkah-langkah kebijakan yang dilaksanakan pada masa pemerintahan B.J.
Habibie, diantaranya adalah :
1. Pembebasan Tahanan Politik
Secara umum tindakan pembebasan
tahanan politik meningkatkan legitimasi Habibie baik di dalam maupun di luar
negeri. Hal ini terlihat dengan diberikannya amnesti dan abolisi yang
merupakan langkah penting menuju keterbukaan dan rekonsiliasi. Contohnya :
pembebasan tahanan politik kaum separatis tokoh PKI, Amnesti diberikan
kepada Mohammad Sanusi dan orang-orang lain yang ditahan setelah Insiden
Tanjung Priok, selain itu Habibie mencabut Undang-Undang Subversi dan
menyatakan mendukung budaya oposisi serta melakukan pendekatan kepada mereka
yang selama ini menentang Orde Baru.
2. Kebebasan Pers
Dalam hal ini, pemerintah
memberikan kebebasan bagi pers di dalam pemberitaannya, banyak bermunculan
media massa, kebebasan berasosiasi organisasi pers sehingga organisasi
alternatif seperti AJI (Asosiasi Jurnalis Independen) dapat melakukan kegiatannya,
tidak ada pembredelan-pembredelan terhadap media tidak seperti pada masa Orde
Baru, kebebasan dalam penyampaian berita, dimana hal seperti ini tidak pernah
dijumpai sebelumnya pada saat kekuasaan Orde Baru. Cara Habibie memberikan
kebebasan pada Pers adalah dengan mencabut SIUPP.
3. Pembentukan Parpol dan Percepatan
pemilu dari tahun 2003 ke tahun 1999
Presiden RI ketiga ini melakukan
perubahan dibidang politik lainnya diantaranya mengeluarkan UU No. 2 Tahun 1999
tentang Partai Politik, UU No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilu, UU No. 4 Tahun 1999
tentang MPR dan DPR. Menjelang Pemilu 1999, Partai Politik yang terdaftar
mencapai 141 dan setelah diverifikasi oleh Tim 11 Komisi Pemilihan Umum menjadi
sebanyak 98 partai, namun yang memenuhi syarat mengikuti Pemilu hanya 48 Parpol
saja. Selanjutnya tanggal 7 Juni 1999, diselenggarakan Pemilihan Umum
Multipartai.
4. Penyelesaian Masalah Timor Timur
Sejak terjadinya insident Santa
Cruz, dunia Internasional memberikan tekanan kepada Indonesia dalam masalah hak
asasi manusia di Tim-Tim. Habibie mengambil sikap pro aktif dengan menawarkan
dua pilihan bagi penyelesaian Timor-Timur yaitu di satu pihak memberikan
setatus khusus dengan otonomi luas dan dilain pihak memisahkan diri dari RIS
sebulan menjabat sebagai Presiden habibie telah membebaskan tahanan politik
Timor-Timur, seperti Xanana Gusmao dan Ramos Horta. Sementara itu di Dili pada
tanggal 21 April 1999, kelompok pro kemerdekaan dan pro intergrasi
menandatangani kesepakatan damai yang disaksikan oleh Panglima TNI Wiranto,
Wakil Ketua Komnas HAM Djoko Soegianto dan Uskup Baucau Mgr. Basilio do
Nascimento. Tanggal 5 Mei 1999 di New York Menlu Ali Alatas dan Menlu Portugal
Jaime Gama disaksikan oleh Sekjen PBB Kofi Annan menandatangani kesepakan
melaksanakan penentuan pendapat di Timor-Timur untuk mengetahui sikap rakyat
Timor-Timur dalam memilih kedua opsi di atas. Tanggal 30 Agustus 1999
pelaksanaan penentuan pendapat di Timor-Timur berlangsung aman. Namun keesokan
harinya suasana tidak menentu, kerusuhan dimana-mana. Suasana semakin bertambah
buruk setelah hasil penentuan pendapat diumumkan pada tanggal 4 September 1999
yang menyebutkan bahwa sekitar 78,5 % rakyat Timor-Timur memilih merdeka. Pada
awalnya Presiden Habibie berkeyakinan bahwa rakyat Timor-Timur lebih memilih
opsi pertama, namun kenyataannya keyakinan itu salah, dimana sejarah mencatat
bahwa sebagian besar rakyat Timor-Timur memilih lepas dari NKRI.
5. Pengusutan Kekayaan Soeharto dan
Kroni-kroninya
Presiden Habibie – dengan Instruksi
Presiden No. 30 / 1998 tanggal 2 Desember 1998 – telah mengintruksikan Jaksa
Agung Baru, Andi Ghalib segera mengambil tindakan hukum memeriksa Mantan
Presiden Soeharto yang diduga telah melakukan praktik KKN,namun pemerintah
dinilai gagal dalam melaksanakan agenda Reformasi untuk memeriksa harta
Soeharto dan mengadilinya. Hal ini berdampak pada aksi demontrasi saat Sidang
Istimewa MPR tanggal 10-13 Nopember 1998, dan aksi ini mengakibatkan bentrokan
antara mahasiswa dengan aparat. Karena banyaknya korban akibat bentrokan di
kawasan Semanggi maka bentrokan ini diberi nama ”Semanggi Berdarah” atau ”Tragedi
Semanggi”
6. Pemberian Gelar Pahlawan Reformasi
bagi Korban Trisakti
Pemberian gelar Pahlawan Reformasi
pada para mahasiswa korban Trisakti yang menuntut lengsernya Soeharto pada
tanggal 12 Mei 1998 merupakan hal positif yang dianugrahkan oleh pemerintahan
Habibie, dimana penghargaan ini mampu melegitimasi Habibie sebagai bentuk
penghormatan kepada perjuangan dan pengorbanan mahasiswa sebagai pelopor
gerakan Reformasi.
B. Pada Bidang Ekonomi
Di dalam pemulihan ekonomi, secara
signifikan pemerintah berhasil menekan laju inflasi dan gejolak moneter
dibanding saat awal terjadinya krisis. Pada tanggal 21 Agustus 1998 pemerintah
membekukan operasional Bank Umum Nasional, Bank Modern, dan Bank Dagang
Nasional Indonesia. Kemudian di awal tahun selanjutnya kembali pemerintah
melikuidasi 38 bank swasta, 7 bank diambil-alih pemerintah dan 9 bank mengikuti
program rekapitulasi.
Untuk masalah distribusi sembako
utamanya minyak goreng dan beras, dianggap kebijakan yang gagal. Hal ini nampak
dari tetap meningkatnya harga beras walaupun telah dilakukan operasi pasar,
ditemui juga penyelundupan beras keluar negeri dan penimbunan beras.
C. Pada Bidang Manajemen
Internal ABRI
Pada masa transisi di bawah
Presiden B.J. Habibie, banyak perubahan-perubahan penting terjadi dalam tubuh
ABRI, terutama dalam tataran konsep dan organisatornya. ABRI telah melakukan
kebijakan-kebijakan sebagai langkah perubahan politik internal, yang berlaku
tanggal 1 April 1999. Kebijakan tersebut antara lain: pemisahan POLRI dari
ABRI, Perubahan Stat Sosial Politik menjadi Staf Teritorial, Likuidasi Staf
Karyawan, Pengurangan Fraksi ABRI di DPR, DPRD I/II, pemutusan hubungan
organisatoris dengan partai Golkar dan mengambil jarak yang sama dengan parpol
yang ada, kometmen dan netralitas ABRI dalam Pemilu dan perubahan Staf Sospol
menjadi komsos serta pembubaran Bakorstanas dan Bakorstanasda.
Perubahan di atas dipandang positif
oleh berbagai kalangan sebagai upaya reaktif ABRI terhadap tuntutan dan gugatan
dari masyarakat, khususnya tentang persoalan eksis peran Sospol ABRI yang
diimplementasikan dari doktrin Dwi Fungsi ABRI.
D. Keadaan Sosial Di Masa Habibie
Kerusuhan antar kelompok yang sudah
bermunculan sejak tahun 90-an semakin meluas dan brutal, konflik antar kelompok
sering terkait dengan agama seperti di Purworejo juni 1998 kaum muslim
menyerang lima gereja, di Jember adanya perusakan terhadap toko-toko milik
cina, di Cilacap muncul kerusuhan anti cina, adanya teror ninja bertopeng
melanda Jawa Timur dari malang sampai Banyuangi. Isu santet menghantui
masyarakat kemudian di daerah-daerah yang ingin melepaskan diri seperti Aceh,
begitu juga dengan Papua semakin keras keinginan membebaskan diri. Juli 1998
OPM mengibarkan bendera bintang kejora sehingga mendapatkan perlawanan fisik
dari TNI.
E. Berakhirnya Masa Pemerintahan
B.J. Habibie
Pada tanggal 14 Oktober 1999
Presiden Habibie menyampaikan pidato pertanggungjawabannya di depan Sidang Umum
MPR namun terjadi penolakan terhadap pertanggungjawaban presiden karena
Pemerintahan Habibie dianggap sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Rezim
Orba. Kemudian pada tanggal 20 Oktober 1999, Ketua MPR Amien Rais menutup Rapat
Paripurna sambil mengatakan, ”dengan demikian pertanggungjawaban Presiden B.J.
Habibie ditolak”. Pada hari yang sama Presiden habibie mengatakan bahwa dirinya
mengundurkan diri dari pencalonan presiden.
Menaiki jenjang karier di Indonesia
banyak prestasi yang beliau raih, diantaranya: memimpin industri IPTN, guru
besar bidang konstruksi pesawat terbang di ITB, menjadi Menteri Riset dan
Teknologi, Wakil Presiden RI, Presiden RI, ketua ICMI (Ikatan Cendikiawan
Muslim Indonesia), pemimpin umum The Habibie Center,
dan masih banyak prestasi beliau yang diukir baik nasional maupun
Internasional.
Kehidupan Masa Tua
Pada akhirnya Habibie dan Ainun
memutuskan untuk kembali hidup di Jerman dan menjalani masa tua bersama di
sana. Habibie yang mengetahui dan menyadari akan penyakit Aiun, mencemaskan dan
tetap berusaha memberikan perawatan yang maksimal kepada Ainun. Kasih sayang
keduanya tampak bahkan ketika Ainun sedang kritis pun masih mengkhawatirkan
keadaan Habibie, siapa yang merawat suaminya sekarang? apakah obat-obat habibie
sudah diminum setiap harinya? Kepedulian dan kasih sayang keduanya sangat
mengajarkan kita bahwa hidup adalah tentang bagaimana sikap pelayanan terbaik
kita kepada orang yang kita sayang.
Pada saat itu, Ainun bahkan sudah
sampai menjalani 9x operasi dan Habibie tetap saja tidak putus asa untuk
mengupayakan pengobatan yang terbaik untuk kesembuhan Ainun. Sampai akhirnya
pada Pada tanggal 22 Mei 2010 pukul 17.35 waktu München, Jerman. Ainun
menghadap Illahi dan meninggalkan Habibie, orang yang sangat dicintainya.
Habibie pun harus mengikhlaskan kepergian Ainun dan harus terus menjalani
kehidupan ini dengan baktinya kepada negara.
Ucapan Habibie yang Terkenal
"Hidup ini seperti
terowongan Kereta Api yang Gelap, kita tidak tau Arah mana yang akan kita
lewati, Namun kita Yakin Arah manapun yang kita lewati tetap akan menemukan
Cahaya terang yang akan membawa kita kedalam kehidupan yang lebih baik" –
Habibie
“Sebenarnya ini bukan
tentang kematianmu, bukan itu.
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu”- Habibie
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu”- Habibie
artikel agan sangat mudah dipahami makasih atas apreasi dalam menulis postingan yang baik dan benar semoga jadi amal ibadah buat agan :D
BalasHapusyo dari Tutorial Blogger | SEO
makasih gan sudah berkenan berkunjung dan berkomentar di blogku..
HapusArtikel yang sangat bagus gan :D (Y)
BalasHapus