Kini
penyakit jantung menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia ini. Terlepas
dari faktor usia maupun gaya hidup, para pria memang cenderung lebih cepat
terkena serangan jantung dan meninggal dunia karenanya dibanding wanita.
Studi
ini memastikan jika kebanyakan wanita baru mengidap penyakit jantung 10 tahun
lebih lambat dari pria, karena tubuh wanita lebih 'pandai' mengatur
sensitivitas insulinnya. Terutama di antara orang-orang yang resisten terhadap
insulin, wanita memang berpeluang lebih kecil untuk memiliki faktor risiko
penyakit jantung dan diabetes, misalnya tekanan darah tinggi dan trigliserida.
Pada akhirnya kondisi inilah yang menunda terjadinya penyakit jantung.
Perlu
diketahui jika tak semua orang mengidap resistensi insulin. Kondisi ini
menyebabkan sel-sel tubuh orang-orang yang memilikinya butuh hormon insulin
lebih banyak untuk mengangkut glukosa dari darah. Sebenarnya pada orang-orang
yang mengidap resistensi insulin, kadar gula darah mereka awalnya normal-normal
saja, namun dari waktu ke waktu tubuh mereka tak lagi mampu memproduksi insulin
yang memadai agar kadar gula darahnya tetap stabil. Masalahnya hal ini akan
membuat mereka rentan terkena sindrom metabolik, atau sekumpulan faktor risiko
yaitu kadar gula darah, trigliserida dan tekanan darah tinggi yang tinggi,
kadar kolesterol yang rendah serta lingkar pinggang yang besar, yang telah lama
diketahui sebagai cikal-bakal diabetes dan penyakit jantung.
Untuk
membongkar ada apa di balik kondisi ini, Dr. Sun Kim, pakar endokrinologi dari
Stanford University Medical School dan rekan-rekannya pun mencoba melakukan
percobaan dengan meminta 468 partisipan wanita dan 354 partisipan pria untuk
berpuasa semalaman.
Kemudian
setiap partisipan diberi suntikan glukosa, insulin dan sebuah hormon yang mampu
mencegah tubuh memproduksi insulinnya sendiri, lalu kadar gula partisipan
diukur beberapa jam kemudian. Tes ini membuat peneliti mampu menentukan
hubungan antara kadar insulin dengan gula darah dengan tepat. Ternyata pada
wanita berusia 50 tahun ke bawah resisten terhadap insulin (kadar gula darahnya
naik setelah makan), faktor risiko yang berkaitan dengan sindrom metabolik dan
penyakit jantung takkan begitu banyak berpengaruh.
Tidak bagi wanita tua
Namun
seiring dengan pertambahan usianya, keuntungan itu perlahan menghilang. Dan
wanita yang usianya lebih tua dan resisten terhadap insulin memiliki faktor
risiko sakit jantung yang sama dengan pria. "Meski
resisten, wanita muda masih mampu meng-handle komplikasi akibat resistensi
insulin yang dialaminya dengan lebih baik," simpul Kim.
Sayang
peneliti mengaku tak tahu pasti mengapa wanita lebih aman dari sakit jantung
ketimbang pria. Salah satu dugaan peneliti adalah hormon-hormon yang
mempengaruhi siklus menstruasilah yang berperan disini. "Hanya saja tampaknya peranan hormon wanita juga tidaklah begitu
jelas. Pasalnya ketika kami mencoba memberi pasien wanita beberapa versi hormon
sintetik seperti estrogen, nyatanya efek yang terlihat tak sama dengan yang ada
di studi," kata Kim.
Namun
menurut Kim, ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang-orang yang resisten
terhadap insulin agar terhindar dari diabetes tipe 2 dan penyakit jantung. "Dua jenis gaya hidup yang erat
kaitannya dengan resistensi insulin merupakan penambahan berat badan dan hidup
sedenter (bermalas-malasan). Untuk itu olahraga dan diet adalah cara terbaik
untuk menanggulangi resistensi insulin," tutupnya.
0 komentar:
Posting Komentar