Anak,
adalah manusia kecil yang minim ilmu dan pengalaman, maka wajar jika ia
memiliki rasa ingin tahu yang besar untuk mencari pada sesuatu yang belum ia
ketahui sebelumnya. Dari ketidak tahuan itu kadangkala anak berbuat sesuatu
yang membahayakan anak atau membuat khawatir anak itu sendiri meskipun anak
juga tidak tahu kalau itu tidak baik bagi dirinya, misalkan bermain pisau, naik
tangga, dll. Bisa juga berbuat sesuatu yang cenderung merusak, misalkan
mencorat-coret tembok, membanting vas bunga, dll.
Dari
hal tersebut terkadang orangtua menjadi naik pitam atas kelakuan anaknya.
Lantas bagi orangtua yang tidak bisa menahan emosi bisa saja berbuat sesuatu
yang kadang malah lebih membahayakan anak, misalkan dengan memukul, memarahi
dan memaki anak, dll. Maka sebenarnya hal tersebut adalah cara yang tidak baik
yang diterapkan kepada anakm, karena bisa jadi anak cenderung tumbuh menjadi
pembangkang. Untuk itu diperlukannya managemen untuk mengatur emosi. Dan
berikut adalah beberapa strategi untuk mengatasi emosi saat marah pada anak :
1.
Saat
anak mulai mengesalkan dan membuat marah, tariklah nafas dalam-dalam secara
perlahan. Tindakan ini akan mencegah anda berkata kasar atau membentak si anak.
Ulangi beberapa kali sampai perasaan sedikit tenang, sebelum anda mengatakan
atau berbuat apapun. Setelah tenang, otak pun akan berpikir lebih jernih
sehingga anda bisa mengontrol apa yang akan anda bicarakan nantinya.
2.
Ketika
amarah mulai memuncak, memang sulit mengontrol diri. Tapi ingat, anda sedang
berhadapan dengan anak anda sendiri. Cobalah pikirkan sifat-sifat positif yang
ada pada diri si anak. Bayangkan bagaimana lucunya dia saat mulai belajar
merangkak atau saat dia tertawa polos ketika anda ingin memotretnya. Mengingat
hal-hal baik dari anak, akan membantu anda meredakan kemarahan dan bertindak
lebih terkontrol.
3.
Setelah
berhasil mengontrol diri, ajak anak anda bicara dari hati ke hati. Dalam hal
ini, bertindaklah seperti teman. Posisikan tubuh anda sejajar dengan tinggi
badannya, tatap mata lalu bicara dengan nada pelan. Tanyakan kenapa dia berbuat
sesuatu yang membuat anda marah, apa yang diinginkannya. Sebaliknya, jangan
menyuruhnya harus begini atau begitu.
4.
Belajarlah
lebih sensitif terhadap perasaan anak. Ketahui apa yang ditakutinya, keinginan,
ketertarikan dan apa yang tidak disukainya. Dengan memahami anak, maka anda bisa
menyikapi masalah sesuai sudut pandang si anak.
5.
Jika
memang rasa marah seperti tidak bisa ditahan lagi, pergilah sebentar sebelum
memulai pembicaraan dengan anak. Tinggalkan dia ke ruangan lain, jernihkan
pikiran sebentar. Setelah lebih tenang, anda bisa berkomunikasi lagi dengan
anak anda.
0 komentar:
Posting Komentar