Home » » Bila Adzan Sayup-sayup

Bila Adzan Sayup-sayup

Written By el_mlipaki on Sabtu, 19 Mei 2012 | 06.14

Dalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah bahwa ada seorang lelaki buta mendatangi Rasulullah dan meminta izin agar diperbolehkan tidak mendatangi shalat berjama’ah. “Ya Rasulullah, saya ini tidak mempunyai seorang pembimbing pun yang dapat membantu saya untuk pergi ke Masjid,” kata sahabat yang buta tersebut.
“Apakah engkau mendengar suara adzan?” Tanya Rasulullah kepadanya ketika sahabat tersebut hendak pergi. “Iya, Rasulullah,” jawabnya.
Maka Rasulullah bersabda, “Kalau begitu penuhilah panggilan adzan tersebut,” (HR Muslim).
Lelaki dalam riwayat sahabat Abu Hurairah tersebut adalah Amr Bin Qais Ibnu Ummi Maktum yang kedua kalinya meminta izin dari Rasulullah untuk tidak menghadiri shalat berjama’ah karena kebutaannya.Namun dengan nasihat Rasulullah agar istiqamah menjaga shalat berjama’ah tersebut, maka Amr Bin Qais akhirnya menjadi mu’adzin kedua setelah Bilal Bin Rabbah.
Putra sahabat Umar bin Khattab (Ibnu Umar) menyaksikan sendiri bahwa, “Rasulullah mempunyai dua orang mu’adzin, Bilal bin Rabbah dan Amr bin Qais Ibnu Ummi Maktum yang buta,” (HR Imam Muslim).
Orang Sibuk
Disunnahkan bagi orang yang mendengarkan suara adzan untuk bersegera mendatanginya dikarenakan kelebihan yang ada didalamnya kecuali bagi mereka yang memiliki uzur. Uzur tersebut bisa dikarenakan keadaan dirinya yang tidak bisa mendatangi sholat berjama’ah seperti sakit, cacat ataupun uzur yang dikarenakan faktor-faktor eksternal yang apabila dia tinggalkan untuk sholat maka akan membawa efek, bisa terhadap dirinya atau pun orang lain, seperti seorang dokter yang sedang menjalankan operasi.
Didalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya manusia mengetahui keutamaan dari adzan dan shaff pertama dan mereka mengetahui bahwa mereka tidak akan mendapatinya kecuali dengan susah payah maka pasti mereka akan bersusah payah. Dan seandainya mereka megetahui keutamaan dari tiba lebih awal pasti mereka akan berlomba-lomba mendapatkannya. Dan seandainya mereka mengetahui keutamaan didalam sholat isya dan shubuh pasti mereka akan mendatanginya walaupun harus dengan merangkak.” (HR. Bukhrori Muslim)
Allah SWT berfirman. “Bertasbih kepada Allah di rumah-rumah yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas”.(QS.An-Nuur(24):36-38).
‘Abdillah bin Umar menerangkan, bahwa ayat diatas diturunkan berkenaan dengan kebiasaan kaum Muslimin yang segera menutup toko mereka jika mendengar azan meskipun mereka sedang sibuk berniaga di pasar. Mereka pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah.( HR. Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Jarir).
Keterangan tersebut jelas untuk mengisyaratkan atas keutamaan sholat berjamaah atas seruan adzan. Pastilah orang tidak akan pergi ke masjid apabila mendengarnya adzan hanya samar-samar dan pasti hanya menduga ‘itu adzan atau bukan ya’, sampai habis waktu jamaah seseorang tidak akan mengetahuinya.
Bila Sedang Tidur
Orang yang bangun kesiangan akan menghambat aktifitas kesehariannya karena akan diikuti perasaan tergesa-gesa, namun kalau bagun lebih awal tentunya bisa mempersiapkan lebih optimal. Dan bagi yang sering bangun keiangan pasti sholat subuhnyapun menjadi tidak karuan karena tergesa-gesa, berbeda ketika mendengar adzan subuh lalu bangun dari tempat tidur dan menuju ke masjid. Itulah salah satu manfaat adzan yang disuarakan lantang yaitu membangunkan umat Islam untuk menunaikan sholat, maka sangat dimungkinkan jikalau adzan itu sayup-sayup atau bahkan dengan suara yang lirih maka orang tidak akan bangun justeru semakin nyeyak dalam tidurnya karena seperti dinyayikan lagu.
Sama seperti yang diungkapkan oleh Ketua DPD Front Pembela Islam (FPI) Jakarta Habib Salim kepada media bahwa adzan adalah untuk mengingatkan agar umat Islam menyegerakan shalat. “Dengan adzan orang akan terbangun. Malah seharusnya suara adzan lebih kenceng lagi, biar umat Islam dengar untuk menjalankan panggilan Allah,” tegasnya.
Dari ibnu mas'ud. Sesungguhnya nabi saw telah bersabda "janganlah terhalang salah seorang dari pada kamu dari makan sahu karenba azannya Bilal, sesungguhnya bilal bila azan agar orang yang sedang beramal kembali beristirahat, dan orang yang tidur agar bangun dan siap-siap untuk shalat” (Riwayat Jamaah kecuali Tirmizi)
Bagaimana orang hendak ke Masjid
Sangat simpel sebenarnya, jikalau adzan itu keras maka semakin didengarlah adzan itu dan semakin banyak pula yang datang sholat berjamaah di masjid. Dan sangat logis pula apabila adzan disayupkan, apakah aka nada yang mendengar? Padahal lantangnya suara adzan itu untuk memanggil jamaah.
Bisa dibayangkan ketika adzan dilantunkan sayup pada masjid yang terletak di ujung desa yang masih jarang penduduknya dan juga terpisah jauh. Bagaimana pula ketika adzan sayup ketika masyarakat yang rumahnya dipinggir jalan raya selalu terbisingi deru kendaraan yang melintas. Mereka hanya bisa menerka-nerka saja apakah adzan telah dikumandangkan atau belum, lantas apa fungsinya adzan?
Ada yang unik dari usulan pak Wapres tentang adzan yang dirilis oleh media Suara Islam. Rumah dinas Wakil Presiden Boediono berada tidak jauh dari Masjid Sunda Kelapa. Jika berjalan kaki, mungkin hanya butuh waktu kurang dari dua menit. Dari pagar luar rumah dinas ke pagar masjid, jaraknya hanya sekitar 50 meter saja. Sekitar lima menit setelah adzan maghrib selesai, muadzin mengumandangkan iqamat. Tanpa melalui pengheras suara. Shalat magrib pun segera dimulai. Jamaah berdiri rapi, tiga shaf. Jumlahnya sekitar 100 orang, ditambah jamaah ibu-ibu. Apakah dalam barisan shaf itu ada Wapres Boediono?
“Pak Boediono jarang sekali mas ke sini. Dulu pernah sekali saja dikawal. Kalau Pak JK (Jusuf Kalla, yang juga pernah menempati rumah dinas Wapres, red) dulu sering shalat magrib di sini. Terutama kalau Sabtu dan Minggu”, kata salah seorang marbot Masjid Sunda Kelapa (29/4/2012).
Hilangnya Jama’ah
Jikalau tidak ada adzan atau bahkan ketika adzan dikumandangkan dengan sayup, maka orang buta tidak akan ke masjid, orang sibuk semakin disibukkan dengan pekerjaannya, orang yang sedang tidur tidak akan segera beranjak dari tempat tidurkan dan semakin lelap, orang yang rumahnya jauh tak bisa mendengar adzan, orang yang rumahnya dipinggir jalan rayapun semakin sulit menentukan waktu sholat hingga tertinggal sholat jama’ah di masjid.
Apabila hal ini sampai terjadi maka lama kelamaan semakin seidikitlah jamaah masjid, atau bahkan semakin hilang hingga masjid sendirian tak punya jamaah.
Bagi orang yang beriman dan bernalar sehat, sebenarnya setiap orang yang mendengarkan adzan, mereka akn berucap terima kasih. Karena dengan dilantunkannya adzan mereka akan diingatkan akan tibanya waktu untuk sholat, hingga penuhlah masjid untuk berjamaah. "Sholat berjamaah lebih utama 27 derajat dibandingkan shalat sendirian." (HR. Bukhari dan Muslim).
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

 
Support : Alfin | Alfin El-Mlipaki | Sciena Madani
Copyright © 2013. el_mlipaki - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Sciena Madani
Proudly powered by Wonder Ummi