Home » » ISTIQOMAH

ISTIQOMAH

Written By el_mlipaki on Selasa, 22 Mei 2012 | 13.56

Oleh; Syaikh Abdur Razzaq Bin Abdul Muhsin Al Badr
Sufyan bin Abdillah Ats Tsaqofi radhiallahuanhu dia berkata: Wahai Rasulullah shollallohu' alaihi wa sallam, katakan kepada saya tentang Islam sebuah kata yang tidak saya tanyakan kepada seorangpun selainmu.Beliau bersabda: Katakanlah: saya beriman kepada Allah, kemudian berpegang teguhlah.
(HR. Muslim).
Sesuai dengan firman Allah. Sesungguhnya Robb kami adalah Allah SWT kemudian mereka istiqomah, apa ganjarannya, maka malaikat akan turun dan memberi kabar gembira kepada mereka agar mereka tidak takut dan tidak bersedih dan bergembiralah kalian dengan surga yang telah kalian dijanjikan kami adalah wali-wali kalian di dunia dan akhirat bagi kalian dari apa yang telah dikehendaki oleh jiwa-jiwa kalian dan apa yang kalian minta dan ini semua adalah karunia dari Allah ta’ala. (QS. Fushilat: 30)
Kalau kita perhatikan ayat ini, Allah SWT telah menjanjikan pahala yang sangat besar dan ganjaran yang sangat agung bagi orang-orang yang beriman kepada Allah SWT kemudian beristiqomah. Di dalam kudua ayat ini Allah menjelaskan bahwasannya malaikat akan turun kemudian membawakan kabar gembira kepada mereka orang-orang istiqomah dan mereka tidak akan merasa takut pada perkara-perkara yang mereka hadapi, mereka tidak akan takut dengan masa depan mereka, demikian juga mereka tidak akan bersedih kepada perkara-perkara yang telah lampau yang telah mereka lalui karena mereka telah diberi kabar gembira oleh para malaikat kemudian para malaikat juga memberikan kabar gembira dengan surga yang telah dijanjikan oleh Allah SWT, dan demikian juga janji Allah SWT bahwasannya Allah akan menjadi penolong-penolong mereka, kemudian dikabarkan bahwasannya di surga kelak dari apa saja yang mereka inginkan dan apa saja yang terbetik dalam jiwa mereka maka akan langsung Allah kabulkan. Apa yang mereka inginkan dan kehendaki makan Allah kabulkan, demikian juga pada ayat yang lain bahwa mereka adalah ashabul jannah sebagai penghuni surga yang kekal di dalamnya dan penuh dengan kenikmatan.
Merealisasikan Istiqamah
Setelah kita memahami mengenai istiqamah secara singkat, tinggallah kenyataan yang ada dalam diri kita semua. Yaitu, kita semua barangkali masih jauh dari sifat istiqamah ini. Kita masih belum mampu merealisasikannya dalam kehidupan nyata dengan berbagai dimensinya. Oleh karena itulah, perlu kiranya kita semua mencoba untuk merealisasikan sifat ini. Berikut adalah beberapa kiat dalam mewujudkan sikap istiqamah:
1. Mengikhlaskan niat semata-mata hanya mengharap Allah dan karena Allah swt. Ketika beramal, tiada yang hadir dalam jiwa dan pikiran kita selain hanya Allah dan Allah. Karena keikhlasan merupakan pijakan dasar dalam bertawakal kepada Allah. Tidak mungkin seseorang akan bertawakal, tanpa diiringi rasa ikhlas.
2. Bertahap dalam beramal. Dalam artian, ketika menjalankan suatu ibadah, kita hendaknya memulai dari sesuatu yang kecil namun rutin. Bahkan sifat kerutinan ini jika dipandang perlu, harus bersifat sedikit dipaksakan. Sehingga akan terwujud sebuah amalan yang rutin meskipun sedikit. Kerutinan inilah yang insya Allah menjadi cikal bakalnya keistiqamahan. Seperti dalam bertilawah Al-Qur'an, dalam qiyamul lail dan lain sebagainya; hendaknya dimulai dari sedikit demi sedikit, kemudian ditingkatkan menjadi lebih baik lagi.
3. Diperlukan adanya kesabaran. Karena untuk melakukan suatu amalan yang bersifat kontinyu dan rutin, memang merupakan praktek yang berat. Karena kadangkala sebagai seorang insan, kita terkadang dihinggapi rasa giat dan kadang rasa malas. Oleh karenanya diperlukan kesabaran dalam menghilangkan rasa malas ini, guna menjalankan ibadah atau amalan yang akan diistiqamahi.
4. Istiqamah tidak dapat direalisasikan melainkan dengan berpegang teguh terhadap ajaran Allah swt. Allah berfirman (QS. Al Imron: 101): "Bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus."
5. Istiqamah juga sangat terkait erat dengan Tauhidullah. Oleh karenanya dalam beristiqamah seseorang benar-benar harus mentauhidkan Allah dari segala sesuatu apapun yang di muka bumi ini. Karena mustahil istiqamah direalisasikan, bila dibarengi dengan fenomena kemusyrikan, meskipun hanya fenomena yang sangat kecil dari kemusyrikan tersebut, seperti riya. Menghilangkan sifat riya 'dalam diri kita merupakan bentuk istiqamah dalam keikhlasan.
6. Istiqamah juga akan dapat terealisasikan, jika kita memahami hikmah atau hakekat dari ibadah ataupun amalan yang kita lakukan tersebut. Sehingga ibadah tersebut terasa nikmat kita lakukan. Demikian juga sebaliknya, jika kita merasakan 'kehampaan' atau 'kegersangan' dari amalan yang kita lakukan, tentu hal ini menjadikan kita mudah jenuh dan meninggalkan ibadah tersebut.
7. Istiqamah juga akan sangat terbantu dengan adanya amal jama'i. Karena dengan kebersamaan dalam beramal islami, akan lebih membantu dan mempermudah hal apapun yang akan kita lakukan. Jika kita salah, tentu ada yang menegur. Jika kita lalai, tentu yang lain ada yang mengnigatkan. Berbeda dengan ketika kita seorang diri. Ditambah lagi, nuansa atau suasana beraktivitas secara bersama memberikan 'sesuatu yang berbeda' yang tidak akan kita rasakan ketika beramal seorang diri.
8. Memperbanyak membaca dan mengupas mengenai keistiqamahan para salafuna shaleh dalam meniti jalan hidupnya, kendatipun berbagai cobaan dan ujian yang sangat berat menimpa mereka. Jusrtru mereka merasakan kenikmatan dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan cobaan tersebut.
9. Memperbanyak berdoa kepada Allah, agar kita semua dianugerahi sifat istiqamah. Karena kendatipun usaha kita, namun jika Allah tidak mengizinkannya, tentulah hal tersebut tidak akan pernah terwujud.
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa istiqomah adalah implementasi dari nilai-nilai keimanan kepada Allah secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari baik secara lahiriyah maupun Bathiniyah. Sehingga jika diimplemenatasikan dalam kehidupan dakwah kontemporer, seorang kader yang istiqomah, ia akan tetap konsisten menekuni jalan dakwah, apapun resiko dan konsekuensi yang harus dihadapinya. Seorang pejuang dakwah di parlemen yang istiqamah misalnya, akan senantiasa memperjuangkan ‘panji-panji’ dakwah, dengan segala kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya, tanpa ragu dan bimbang serta tidak tergoda dengan segala godaan duniawi.
Adalah Imam Ahmad bin Hambal, yang dikenal sebagai imamnya ahlus sunnah berani mempertahankan keyakinannya mengemukakan bahwa Al-Qur'an adalah kalamullah. Ia menolak 'kemakhlukan Qur'an' sebagaimana yang dipropagandakan Mu'tazilah melalui jalur penguasa. Imam Ahmad tetap konsisten, meskipun berbagai siksaan menghujani beliau tanpa mengenal rasa kasihan. Dan yang lebih ironis adalah siksaan dilakukan oleh institusi struktural kekhalifahan yang resmi. Namun ia tetap menjalaninya dengan penuh ketabahan dan keihlasan kepada Allah swt. Inilah salah satu contoh bentuk keistiqamahan.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

 
Support : Alfin | Alfin El-Mlipaki | Sciena Madani
Copyright © 2013. el_mlipaki - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Sciena Madani
Proudly powered by Wonder Ummi