Menilai salah benar atas sesuatu tidak mudah hanya dengan langsung menjustifikasi atau memberikan penilaian secara subjektif, artinya harus ada standarisasi dan tolok ukur untuk sebuah penilian tersebut. Sama ketika kita menilai bangsa ini, pertama kita harus melihat seberapa lama bangsa ini berdiri, kedua seberapa besar kemampuan yang dimiliki bangsa ini (termasuk dalam hal kepemilikan sumber daya manusia/SDM dan sumber daya alam/SDA) sebagai kategori modal, yang ketiga adalah apa yang digunakan bangsa ini dalam berprinsip artinya pengkiblatan berideologi bangsa.
65 tahun lebih bangsa kita merdeka, berarti lebih dahulu berdaulat dari pada negara tetangga semisal Malaysia atau Singapura yang memperoleh kemerdekaan beberapa tahun setelah Indonesia dan sekarang mereka telah maju berjalan mendahului kita, bahkan Jepang yang juga tidak lama merdeka sebelum kita namun sudah masuk dalam kategori negara-negara maju dunia. Harus diakui kita memiliki kemampuan SDM yang pas-pasan, hal ini ditengarai dengan corak kehidupan bangsa ini yang lebih konsumtif dari pada produktif, namun kita juga harus berbangga atas keberlimpahan SDA (tambang: emas, batu bara, minyak dan gas bumi, bijih besi, bauksit, bahkan uranium yang memiliki niliai jual lebih tinggi, dan bahan mineral lain, serta hamparan tanah yang begitu subur dari pada negara-negara lain. Ini sangat luar biasa bagi seluruh dunia. Namun mengapa lebih dari separoh masyarakat kita masih tergolong miskin bahkan nilai mata uang kita sangat minim dengan kurs rata-rata rp 9000 per 1$ AS padahal negara Amerika tidak punya apa yang kita ada, hanya otak yang mereka maksimalkan. Dalam berideologi kita sudah sangat ideal yaitu Pancasila, yang menurut saya bahwa ideologi ini merupakan titik tengah antara ideologi Kapitalis dan Sosialis, dan digali dari ribuan tahun silam atas kehidupan luhur bangsa ini, yang ketika dimaksimalkan akan sangat membantu proses kemajuan bangsa.
Mengapa kita tak menyadari hal ini, begitu lama kita tertidur dalam lelapan mimpi yang utopis, masih segar dalam ingatan dari apa yang dikatakan mantan Presiden Soekarno “JAS MERAH” yang artinya jangan sekali-kali melupakan sejarah. Sejarah kita serupakan sejara maju yang sudah sampai pada titik peradaban yang tinggi, sebagai salah satu buktinya adalah candi Borobudur yang arsitek modern eropa pun belum pasti bisa menggambar sketsa bangunannya tanpa bantuan computer dan dahulu arsitek bangsa kita telah bisa hanya dengan alat manual, sangat luar biasa. Yang jadi pertanyaan mengapa sekarang kita lebih berbangga jika kita dikatakan modern apabila way of live kita kebarat-baratan yang padahal falsafah bangsa kita jauh lebih luhur dan lebih baik, yaitu Pancasila. SDA kita yang melimpah yang jarang bahkan tidak dimiliki oleh bangsa lain,mengapa tidak kita pergunakan semaksimal mungkin sebagai modal, jikalau SDM kita rendah mengapa tidak kita rubah saja system pendidikan dan kebijakan-kebijakan pemerintah kita dengan yang lebih baik, agar para intelektual dan ilmuan yang terlahir dari bangsa ini tidak lagi diadopsi oleh negara lain . Yang tidak kalah pentingnya adalah rasa percaya diri untuk memulai dan melakukan semua perubahan itu sebagai benteng atas terpaan anggapan buruk dari negara-negara lain. Saatnya kita bangkit, saatnya kita penuh berdaulat, saatnya bangsa kita berperadaban kembali.
Alfin Hidayat
0 komentar:
Posting Komentar