Home » » Seburuk-Buruk Mahluq Di Sisi Allah

Seburuk-Buruk Mahluq Di Sisi Allah

Written By el_mlipaki on Rabu, 20 Juni 2012 | 10.12

“Sesungguhnya yang seburuk-buruk binatang melata pada sisi Allah ialah; orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun.” (QS. Al Anfaal 22) Tidak Mempergunakan Akal dan Hatinya Orang-orang beriman diseru kembali untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Diingatkannya mereka agar jangan berpaling dari-Nya dan jangan menyerupai orang-orang yang mendengar ayat-ayat Allah ketika dibacakan kepada mereka, tetapi seakan-akan mereka tidak mendengarkannya. Maka, mereka itulah orang yang tuli dan bisu, meskipun mereka mempunyai telinga yang dapat mendengarkan suara dan mulut yang dapat mengucapkan kata-kata. Merekalah seburuk-buruk makhluk melata di muka bumi, karena mereka tidak mengambil petunjuk dari apa yang mereka dengar itu. Seruan kepada orang-orang yang beriman di sini adalah agar mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Juga agar jangan berpaling dari-Nya padahal mereka mendengar ayat-ayat dan kalimat-kalimat-Nya. Seruan ini datang setelah dipaparkannya peristiwa-peristiwa peperangan itu, setelah dilihatnya campur tangan Allah, rencana dan ketentuan-Nya, pertolongan dan bantuan-Nya. Juga, setelah adanya penegasan bahwa Allah menyertai orang-orang mukmin dan melemahkan tipu daya orang-orang kafir. Setelah semua itu, tidak ada alasan untuk tidak mendengar dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Berpaling dari Rasul dan perintah-perintahnya sesudah itu semua tampak sekali sebagai sikap yang mungkar dan buruk. Hal itu tidak mungkin dilakukan oleh orang-orang yang memiliki hati untuk merenung dan akal untuk berpikir. Oleh karena itu, disebutkannya binatang melata di sini adalah sangat tepat. Menutup Kebenaran Lafal dawaab/ ‘makhluk melata’ ini meliputi manusia dengan segala sesuatunya, karena mereka melata atau merayap di muka bumi. Tetapi, penggunaannya lebih banyak untuk binatang. Maka, pengucapannya secara mutlak di sini menampakkan bayang-bayangnya. Gambaran binatang dalam indra dan khayalan ini diberikan kepada “orang yang pekak (tuli) dan bisu yang tidak mengerti apa pun.” Dengan demikian, menurut bayang-bayang ini, mereka adalah binatang melata, bahkan seburuk-buruk binatang melata. Karena, binatang itu mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengarkan kecuali kata-kata yang tidak jelas. Para Pelaku Syirik Dalam pembahasan ini juga dimaksudkan bagi orang-orang yang melakukan sebuah kemusyrikan seperti Allah melaknat orang-orang Yahudi dan Nasrani karena mereka menjadikan kuburan para Nabi dan orang-orang shaleh di antara mereka sebagai masjid, yakni sebagai tempat ibadah. Hal ini dikuatkan dengan hadits rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, “Allah melaknat orang-orang Yahudi dan nasrani. Mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid (tempat ibadah)” (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad dari Aisyah RA) Dari Aisyah RA, dia bercerita, ketika Nabi jatuh sakit, maka beberapa orang istri beliau sempat membicarakan tentang sebuah gereja yang terdapat di Habasyah yang diberi nama Maria. Kemudian mereka menceritakan tentang keindahan gereja dan gambar-gambar yang terdapat di dalamnya. Aisyah radhiyallaahu ‘anhaa melanjutkan cerita, Kemudian Nabi mengangkat kepalanya dan bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang jika ada orang-orang shaleh di antara mereka wafat, mereka akan membangunkan masjid di makamnya itu, lalu mereka memberi berbagai macam gambar di tempat tersebut. Mereka adalah seburuk-buruk makhluk di sisi Allah (pada hari kiamat kelak)” (HR. Bukhari Muslim) Walaupun dalam hadits di atas ditujukan untuk kaum Ahli Kitab, namun tidak menutup kemungkinan hukum tersebut akan menimpa kaum muslimin jika kaum muslimin menjadikan kuburan orang-orang shaleh sebagai masjid-masjid yang di dalamnya ditegakkan berbagai macam ibadah. Dan itupun sudah benar-benar terjadi pada masa sekarang ini. Dimana orang lebih berlomba-lomba meminta ditempat kuburan orang-orang yang mereka anggap shaleh. Jadi, tidaklah salah jika kita mengatakan adanya perangai-perangai kaum muslimin sebagaimana perangai-perangai Yahudi dan Nasrani (ahli kitab). Diantara kaum muslimin yang memiliki perangai ahli kitab adalah mereka yang menjadikan kuburan/makam orang-orang shaleh sebagai masjid. Atau dengan kata lain, mereka yang menjadikan makam orang shaleh sebagai makam/kuburan keramat yang di dalamnya manusia melakukan berbagai ibadah semisal shalat, berdzikir, berdoa, membaca Al-Qur’an, beri’tikaf dan ibadah lainnya. Pada titik inilah mereka berpaling dari seruan beriman Allah, yang tidak menduakan, mendewakan, dan meminta kepada selain Allah, padahal mereka sudah beriman namun masih munkar. Padahal telah 14 abad lamanya kebenaran syariat Islam disyi’arkan, namun mereka masih saja tidak mau mendengar, menuturkan dan memahami kebenaran dari syaria’at Rosululloh. Begitu pula dengan umat muslim yang hanya bermental formalitas saja dalam beragama, namun tidak memahami dengan benar nilai-nilai tauhid sebagai inti ajaran Islam. Masih merebaknya perilaku-perilaku bid’ah, tahayul, khurofat dan hal-hal yang semisal dikalangan umat muslim merupakan turunan sifat-sifat seburuk-buruk mahluk. Sandangan titel ini tidak lain kerena mereka masih menutup hati atas ketentuan tauhid yang telah didakwahkan. Karena Binatang Melatapun Demikian Binatang itu mempunyai lidah, tetapi tidak dapat mengucapan kata-kata yang dapat dimengerti. Hanya saja binatang mendapatkan petunjuk dengan fitrahnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan urusan kehidupannya yang vital. Sedangkan, binatang-binatang melata (yang berupa manusia sesat) itu urusannya diserahkan kepada akal yang tidak mereka pergunakan. Sehingga, sudah barang tentu mereka menjadi makhluk melata yang paling buruk. Yakni, menjadikan hati mereka lapang untuk menerima apa yang didengar oleh telinganya. Akan tetapi, Allah tidak melihat kebaikan dalam hati mereka dan tidak melihat adanya keinginan pada mereka terhadap petunjuk. Karena, mereka telah merusak potensi fitrah untuk menerima dan mematuhi seruan Allah. Maka, Allah tidak membukakan hati yang telah mereka tutup dan fitrah yang telah mereka rusak itu. Seandainya Allah menjadikan mereka mengerti dengan akal mereka terhadap hakikat sesuatu yang diserukan kepada mereka, maka mereka pun tidak mau membuka hati mereka dan tidak mau menaati apa yang mereka ketahui itu. Karena akal dapat mengerti, tetapi hatinya sudah tertutup, tidak mau taat. Sampai-sampai andaikata Allah menjadikan mereka dapat mendengar dan mengerti, mereka pun tetap tidak mau mematuhi. Kepatuhan itu ialah mendengarkan dengan benar. Betapa banyak orang yang pikirannya bisa mengerti, tetapi hatinya tertutup, tidak mau menaati. Pembelajaran Tidak banyak orang yang mampu memahami bahwa segala sesuatu kejadian itu memiliki makna yang luar biasa. Ayat ini mengegaskan pada kita semua manusia agar dengan dimilikinya akal fikiran dan hati yang dimiliki setiap manusia mampu mengambil hikmah. Yaitu bahwa sesungguhnya makna tauhid itu satu bukan pada yang lain bahkan segala sesuatu selain Allah itu sendiri. Sedangkan laku kita adalah apa yang di naskan dalam al Qur’an dan hadits saja, tidak yang lain.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

 
Support : Alfin | Alfin El-Mlipaki | Sciena Madani
Copyright © 2013. el_mlipaki - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Sciena Madani
Proudly powered by Wonder Ummi