Home » » SEJARAH MIHRAB

SEJARAH MIHRAB

Written By el_mlipaki on Rabu, 20 Juni 2012 | 10.40

Sebagian besar masjid di Indonesia memiliki ciri khas pada bangunan masjid bagian depan yang agak melengkung ataupun berbentuk setengah tabung. Ya itulah yang dinamakan mihrab, walaupun ada juga masjid yang tidak menggunakan mihrab hanya bentuk persegi yang ada di depan bangunan masjid, dan hanya sajadah satu yang menjadi penanda untuk tempat berdirinya imam sholat. Menurut bahasa, al-mihrab berarti bagian depan dan tempat paling utama dari bangunan rumah, atau tempat shalat imam dalam masjid. Nabi Muhammad SAW pernah sholat menghadap Baitul Maqdis sekitar 16 atau 17 bulan. Setelah beliau hijrah ke Madinah, kiblat masjid berada di bagian belakang, dari arah utara berhadapan dengan pintu Utsman di dekat pilar kelima, sebelah utara Pilar Aisyah. Setelah kiblat berpindah ke Masjidil Haram, beliau pun memindahkan kiblat masjid dari utara ke bagian selatannya. Beliau sholat di dekat Pilar Aisyah selama dua atau empat bulan, kemudian maju ke Pilar Al-Mukhallaqah dan shalat di sana selama beberapa hari. Tempat shalat beliau ini akhimya dibangun menjadi mihrab. Ketika Umar bin Khathab melakukan perluasan masjid, mihrab dipindahkan ke ujung bangunan baru di arah selatan. Tatkala Utsman melakukan perluasan masjid, mihrab dipindahkan lagi, dan mihrab inilah yang ada sampai sekarang. Di masa Nabi, Khulafaur Rasyidin, dan setelahnya, mihrab masjid belum berbentuk ruangan cekung di tembok. Bangunan Cekung Berbagai referensi sejarah menyatakan bahwa mihrab yang berbentuk ruangan cekung di tembok baru mulai ada pada masa pemerintahan Al-Walid bin Abdul Malik dari Bani Umayah pada tahun 88-91 H/707-710 M. Al-Walid memerintahkan Gubernur Madinah saat itu, Umar bin Abdul Aziz untuk merenovasi masjid sekitar tahun 706 M. Jadi, mihrab Masjid Nabawi sebelum renovasi pada masa Al-Walid adalah tempat biasa, tidak ada penanda khusus di dinding kiblat dan tidak ada ruangan berbentuk cekung di tembok. Ini berdasarkan perkataan Umar bin Abdul Aziz, “Berkumpullah! Hadirilah pembangunan mihrab agar kalian nanti tidak berkata, ‘Umar telah mengubah mihrab kita!” Lalu, setiap kali mengambil batu dari susunan bangunan mihrab, dia pasti meletakkan batu yang lain untuk menggantikan posisinya. Dalam perkembangannya, kaum Muslimin menghiasi mihrab-mihrab masjid dengan hiasan-hiasan yang bertujuan sebagai penanda, seperti ukir-ukiran, ataupun kaligrafi ayat-ayat Alqur’an yang diletakkan di bagian depan masjid. Ini sesuai dengan makna kata al-mihrab sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Juga bertujuan untuk memberi penanda khusus arah kiblat yang wajib dituju ketika shalat.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

 
Support : Alfin | Alfin El-Mlipaki | Sciena Madani
Copyright © 2013. el_mlipaki - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Sciena Madani
Proudly powered by Wonder Ummi