Ikatlah Ilmu dengan Menulis
Anas bin Abdul
Malik r.a
Ilmu
adalah salah satu media bagi seseorang untuk bisa mengantarkan dirinya pada
derajat ketaqwaan yang lebih tinggi. Ilmu yang diperoleh oleh seseorang akan
masuk dan tersimpan dalam memori yang disebut otak. Sedangkan otak itu sendiri
adalah bagian dari organ tubuh manusia yang mengalami masa pertumbuhan yang
akan menua hingga turut hilangnya kekuatan untuk mengingat.
Orang
bijak berkata, “Dan
jangan menerima ilmu hanya sepintas lalu karena hal ini akan menghilangkan ilmu
yang didapat.” Maka cara yang paling efektif
untuk tetap mengabadikan ilmu adalah dengan cara mengikatnya pada tulisan atau
menulis.
Sedangkan menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu
catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan karakter atau huruf. Pada awal sejarahnya, menulis
dilakukan dengan menggunakan gambar, misalnya tulisan hieroglyph pada zaman Mesir kuno. Tulisan dengan karakter muncul
sekitar 5000 tahun lalu. Orang-orang Sumeria (Irak)
menciptakan tanda-tanda pada tanah liat. Tanda-tanda tersebut mewakili
suara, berbeda dengan hieroglyph yang mewakili benda atau kata-kata.
Kegiatan menulis berkembang pesat sejak
diciptakannya teknik dan alat percetakan yang menyebabkan orang-orang semakin
terpacu untuk menulis karena terfasilitasi dengan baik sehingga karya-karya
mereka mudah diterbitkan. Karya atau produk dari kegiatan menulis tersebut
bermacam-macam, mulai dari yang sederhana seperti daftar belanja, catatan
kajian ilmu, puisi / syair, catatan kuliah, memo, sampai tulisan dengan
kompleksitas tinggi seperti laporan tugas akhir, proposal, jurnal ilmiah, buku,
dan sebagainya.
Menulis nampaknya hal yang sederhana, namun pada
kenyataannya butuh ide dan energy yang tidak sedikit untuk menuangkan ide pada
sebuah lembaran kertas, berbeda dengan retorika yang hanya berbicara saja. Bagi
seorang pemula terkadang butuh waktu sampai satu jam hanya untuk menentukan
sebuah judul, tak jarang pula yang blank pikiran ditengah jalan karena
kehilangan ide atau mood untuk menulis. Walaupun sulit namun di dunia ini tidak
ada yang tidak bisa. Dengan memulainya dari hal yang sederhana seperti contoh
di atas, insya Alloh lambat laun akan lebih mudah menuangkan ide pada tulisan,
bahkan seorang penulis yang handal bisa melahirkan karya berpuluh-puluh lembar
hanya dengan hitungan beberapa jam saja. Jadi menulis yang baik itu bukan hanya
berdasar retorika belaka namun harus berhujjah pada dasar yang benar yaitu Al
Qur’an dan Sunnah, oleh karenanya penulis yang baik juga harus disertai
aktifitas ngaji yang baik bula pada seorang ulama’.
Buku adalah salah satu hasil karya dari menulis,
buku-buku yang dibaca orang berarti juga telah membaca dan menerima ilmu dari
sang penulis. Dari sini jelas bahwa menulis bisa digunakan sebagai sarana
berda’wah yang sangat efektif pada zaman sekarang dimana kesibukan terus
membuntuti hingga tiada waktu untuk mengaji pada ‘ulama. Maka karya-karya dari
penulis inilah yang akan mengantarkan ilmu dari para ulama yang telah
mentransformasikan nilai-nilai syari’atnya kepada semua orang.
Oleh karenanya kegiatan menulis ini adalah kegiatan yang
sangat baik untuk terus dilakukan dan disebarkan pada yang lain karena disisi
lain menulis ini sama artinya juga menyeru atau mengajak orang yang membacanya
dengan apa yang menjadi tujuan si penulis. Bahkan ber-amar ma’ruf adalah sebuah
kebajikan yang harus dilakukan oleh seorang mukmin dan itu juga bisa dilakukan
melalui tulisan yang disampaikan pada orang lain. Inilah salah satu kegiatan
yang berpahala dengan niatan menulis untuk berda’wah menyeru pada kebenaran
Alloh ta’ala
0 komentar:
Posting Komentar