Home » » Syarah Hadits Jibril Tentang Islam dan Ihsan

Syarah Hadits Jibril Tentang Islam dan Ihsan

Written By el_mlipaki on Rabu, 13 Februari 2013 | 17.07


Umar bin Khaththab R. A berkata: Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah SAW. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang pria mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya sangat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan pada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi, Kemudian ia bertanya: "Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam. " Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya, "pria itu berkata," Engkau benar, "maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya. Kemudian ia bertanya lagi: "Beritahukan kepadaku tentang ihsan" . Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu. " (HR. Muslim) 


Hadits ini sangat berharga karena mencakup semua fungsi perbuatan lahiriah dan bathiniah, serta menjadi tempat mengacu untuk semua ilmu syari'at dan menjadi sumbernya. Oleh sebab itu hadits ini menjadi induk ilmu sunnah. Hadits ini menunjukkan adanya contoh berpakaian yang bagus, berperilaku yang baik dan bersih ketika datang ke ulama, orang terhormat atau penguasa, karena jibril datang untuk mengajarkan agama kepada manusia dalam kondisi seperti itu. Kalimat "Ia meletakkan kedua telapak tangannya diatas kedua paha beliau, lalu ia berkata: Wahai Muhammad ..... "adalah riwayat yang masyhur. Nasa'i meriwayatkan dengan kalimat, "Dan ia meletakkan kedua tangannya pada kedua lutut Rasulullah ...." Dengan demikian yang dimaksud kedua pahanya adalah kedua lututnya. 

Islam
Defenisi Islam Secara etimologi, Islam berarti tunduk dan menyerah sepenuhnya kepada Allah Azza wa Jalla. Adapun secara terminology, disebutkan: Islam adalah patuh dan tunduk kepada Allah dengan cara mentauhidkan, mentaati dan membebaskan diri dari kemusyrikan dan ahli syirik. Menurut bahasa artinya patuh dan tunduk. Sedangkan menurut syari'at, yaitu menampakkan ketundukan dan memperlihatkan syari'at serta berpegang teguh dengan yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Dengan hal tersebut, dilindungi dan tercegahlah darah dari segala yang dibenci. 
Dalam hadits di atas, kekasih Rabb semesta alam 'alaihish shalatu wassalam mendefinisikan Islam dengan amalan-amalan anggota badan yang tampak. Yaitu berupa kata dan perbuatan. Mengucapkan dua kalimat syahadat adalah perbuatan lisan. Shalat dan puasa adalah perbuatan badan (tubuh). Zakat harta adalah praktek pada harta, dan haji adalah praktek pada badan dan harta. Islam adalah agama yang dilandaskan atas lima dasar, yaitu: 
1.      Mengucapkan dua kalimat syahadat: Aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali hanya Allah, dan Aku bersaksi bahwasanya Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam utusan Allah. 
2.      Menunaikan shalat wajib pada waktunya, dengan memenuhi syarat, rukun dan memperhatikan adab dan hal-hal yang sunnah. 
3.      Mengeluarkan zakat. 
4.      Puasa pada bulan Ramadhan. 
5.      Haji sekali seumur hidup bagi yang mampu, memiliki biaya untuk pergi ke tanah suci dan mampu memenuhi kebutuhan keluarga yang ditinggalkan. 

Ihsan
Ihsan adalah ikhlas dan penuh perhatian. Artinya, sepenuhnya ikhlas untuk beribadah hanya kepada Allah dengan penuh perhatian, sehingga seolah-olah engkau melihatNya. Jika engkau tidak mampu seperti itu, maka ingatlah bahwa Allah senantiasa melihatmu dan mengetahui apapun yang ada pada dirimu. Sabda Rasulullah ketika beliau SAW mendefinisikan kata ihsan "engkau menyembah Allah seolah-olah melihatNya dan seterusnya" mengisyaratkan, bahwa seorang hamba menyembah Allah dalam kondisi seperti itu. Berarti, ia merasakan kedekatan Allah dan ia berada di depan Allah seolah-olah melihatNya. 
Hal ini menimbulkan rasa takut, segan dan mengagungkan Allah, seperti dalam riwayat Abu Hurairah: "Hendaknya engkau takut kepada Allah seolah-olah engkau melihatNya". Ibadah seperti ini juga menghasilkan ketulusan dalam beribadah, dan berusaha keras untuk memperbaiki dan menyempurnakannya. Tentang sabda Nabi SAW "Jika engkau tidak dapat melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu", ada yang mengatakan, sabda tersebut merupakan penjelasanan untuk sabda sebelumnya. Bahwa jika seorang hamba diperintahkan merasa diawasi Allah dalam ibadah dan merasakan kedekatan Allah dengan hambaNya hingga hamba tersebut seolah-olah melihatNya, maka bisa jadi hal tersebut baginya. 
Untuk itu, hamba tersebut menggunakan imannya, bahwa Allah melihat dirinya, mengetahui rahasianya, mengetahui yang diperlihatkannya, batinnya, luarnya, dan tidak ada sedikit pun dari dirinya yang tidak diketahui. Jika hamba tersebut menempatkan diri dengan posisi seperti ini, maka mudah untuk hamba tersebut untuk beranjak ke posisi kedua, yaitu terus-menerus melihat kedekatan Allah dengan hambaNya dan kebersamaan Allah ta’ala dengan hambaNya, sampai hamba tersebut seperti melihatNya
"Engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya ... . "Pada pokoknya merujuk pada kekhusyu'an dalam beribadah, memperhatikan hak Allah dan menyadari adanya pengawasan Allah kepadanya serta keagungan dan kebesaran Allah selama menjalankan ibadah.
Faedah yang lain
Etika Bertanya
Dalam hadits di atas juga bisa kita ambil faedah tentang etika seorang muslim dalam bertanya yang baik. Seorang muslim akan menanyakan sesuatu yang bermanfaat untuk dunia dan akhiratnya. Dia tidak akan menanyakan hal-hal yang tidak mendatangkan manfaat. Untuk orang yang menghadiri sebuah majelis ilmu, lalu ia melihat orang-orang yang hadir disitu ingin mengetahui satu hal, dan ternyata masalah tersebut belum ada yang menanyakan, maka sepatutnya ia menanyakan, meskipun ia sudah mengetahuinya agar orang-orang yang hadir bisa mengambil manfaat dari jawaban yang diberikan. Orang yang ditanya tentang suatu hal, dan ia tidak mengetahui jawabannya, harus ia mengakui ketidaktahuannya, agar tidak terjerumus ke hal-hal yang tidak ia ketahui. 
Metode tanya-jawab
Pendidikan modern pun mengakui, bahwa metode tanya-jawab merupakan metode pendidikan yang relatif berhasil, karena memberikan tambahan semangat pada diri pendengar untuk mengetahui jawaban yang diberikan. Metode ini sering dipergunakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam mendidik generasi sahabat Radhiyallahu' anhum. 

Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

 
Support : Alfin | Alfin El-Mlipaki | Sciena Madani
Copyright © 2013. el_mlipaki - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Sciena Madani
Proudly powered by Wonder Ummi