Zahra
sangat mencemaskan anak pertamanya yang baru meninjak umur 2 tahun, kecemasan
itu lantaran anaknya kini semakin sulit untuk makan. Zahra khawatir kalau-kalau
perilaku itu jadi membiasa dan akhirnya akan mempengaruhi tumbuh kembangnya.
Sebagai orangtua muda, Zahrapun sibuk konsultasi kesana-kemari untuk menangani
perilaku anak kesayangannya itu.
Banyak orangtua
yang merasa seperti itu, tak perlu terlalu khawatir, namun tetap harus
diperkenalkan dengan gizi seimbang. Namun, bila nafsu makan anak menurun, harus
dicari tahu penyebabnya. Apakah karena ada masalah pada pencernaan, atau hal
lainnya.
Problema
makan pada anak bisa berakibat buruk pada tumbuh kembangnya. Sedikitnya makanan
yang masuk ke dalam perutnya bisa menjadi indikasi bahwa anak berpeluang
menderita kurang gizi. Indikator status kurang gizi dicerminkan oleh berat
badan atau tinggi badan di bawah standar.
Siasat
Jika
kebiasaan anak memilih makanan bukan karena masalah penyakit, yang paling mudah
adalah dengan mengevaluasi menu yang dibuat untuk anak, jangan memasak yang
itu-itu saja, variasikan menu makanan untuk anak, cari resep-resep dari
buku-buku, koran, majalah, dan internet. Orangtua harus turun tangan mencoba
sendiri resep-resep tersebut.
Orangtua
seharusnya menyediakan makanan yang mengandung energi, karbohidrat, lemak, dan
protein, serta vitamin. Tanpa vitamin, makanan yang diasup tidak akan optimal
diubah menjadi energi. Seluruh faktor ini diperlukan untuk pembentukan otot,
tulang, sel-sel organ, serta membantu penghantaran informasi di otak.
Kalsium
dan protein merupakan zat gizi kunci untuk pertumbuhan fisik anak karena sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan otot. Protein juga dibutuhkan untuk
perkembangan fungsi otak sehingga dapat meningkatkan fungsi kognitif anak.
Anak
susah makan sendiri sebetulnya bisa disiasati. Kuncinya ada pada orangtua dan
pengasuh anak. Misalnya, sejak anak berusia 6 bulan, orangtua atau pengasuh
anak mulai memberikan makanan padat. Nah, masa perkenalan ini harus
terus-menerus dicoba dan dilakukan. Jangan misalnya baru sekali anak menolak
makan sayur, terus tidak dicoba lagi. Bisa jadi, pada upaya yang kelima, baru anak
mau makan sayur. Orangtua juga harus kreatif mencari pengganti dari jenis
makanan yang tidak disukai anak. Pola makan seimbang mengharuskan adanya
karbohidrat, protein, lemak, ditambah sayuran dan buah. Kalau anak tidak mau
makan nasi, bisa diganti dengan roti, kentang, atau pasta. Itu untuk
karbohidratnya.
Atau
kalau anak tidak suka ikan, bisa diganti daging dan sebagainya. Siasati juga
penyajian makanan untuk si kecil. Misalnya, membuat sendiri bakso, kemudian di
dalamnya dimasukkan wortel atau brokoli yang sudah dihancurkan dengan blender.
Perhatikan
pula jam makan anak, jangan memberikan susu atau selingan makanan yang
manis-manis mendekati waktu makan. Buat jadwal yang teratur dari pagi menjelang
tidur, dengan antara 2-3 jam. Jangan memaksa anak untuk menghabiskan
makanannya. Mungkin dia sudah merasa kenyang. Jangan lupa, jadikan waktu makan
sebagai hal yang menyenangkan serta selalu memberikan contoh pola makan yang
baik.
0 komentar:
Posting Komentar