Home » » Al Jazari, Pencipta Teknologi Pengangkat Air

Al Jazari, Pencipta Teknologi Pengangkat Air

Written By el_mlipaki on Kamis, 21 November 2013 | 13.04



Sejarah telah mencatat bahwa pompa air yang biasa kita pakai sehari-hari merupakan hasil karya genius seorang insinyur muslim  abad ke-12 bernama Al-Jazari.  Sebuah inovasi baru di zamannya. Al-Jazari diperkirakan lahir pada 1136 M di al-Jazira, sebuah kawasan antara Sungai Tigris dan Eufrat, Irak. Sebagian besar hidupnya dihabiskan di Diyar Bakir, Turki. Di sana, ia berkarya menuangkan semua pemikirannya. Nama lengkapnya, Al-Syaikh Rais al-A’mal Badi al-Zaman Abu al-Izz Ismail bin al-Razzas al-Jazari.  Pada tahun 1174, Al-Jazari bekerja sebagai ahli teknik untuk Dinasti Bani Artuq, penguasa Mesopotamia (Irak). Ini merupakan masa ketika orang-orang berbahasa Turki menguasai dunia. Dan karena keahliannya, Al-Jazari memperoleh sejumlah gelar prestisius, seperti Rais al-A’mal. Gelar itu menunjukkan dirinya adalah pemimpin insinyur pada masa itu.  Bahkan dirinya juga dikenal sebagai Bapak Robotika karena ialah yang menemukan dasar-dasar teknik robot.
Pada 1206 ia merampungkan sebuah karya dalam bentuk buku yang berkaitan dengan dunia teknik. Ia mendokumentasikan lebih dari 50 karya temuannya, lengkap dengan rincian gambar-gambarnya dalam buku, “al-Jami Bain al-Ilm Wal ‘Aml al-Nafi Fi Sinat ‘at al-Hiyal”. Isinya teori dan praktik mekanik.Karyanya itu sangat berbeda dengan karya ilmuwan lainnya, karena dengan piawainya Al-Jazari membeberkan secara detail berbagai hal tentang mekanika. Dan ini merupakan kontribusi yang sangat berharga dalam sejarah teknik.

Berawal Dari Keterbatasan
Kondisi geografis umat Islam pada waktu itu yang kering dan tandus juga memicu sejumlah penemuan Al-Jazari, yakni pompa air. Arti penting air bagi umat Islam memicu kreativitas Al-Jazari untuk membuat inovasi baru.  Sebelum peradaban Islam mencapai puncak kejayaannya, peradaban manusia di Timur Tengah begitu menggantungkan hidupnya pada sungai-sungai besar seperti Nil, Tigris dan Efrat. Sejatinya, peradaban sebelum Islam telah mengenal teknik dasar irigasi. Ketika kekhalifahan Islam menjelma menjadi kekuatan dunia dan kota-kotanya menjadi metropolis sistem irigasi pun dipercanggih.
Guna memenuhi kebutuhan air di kota-kota Islam yang saat itu mulai berkembang pesat, sistem irigasi yang ada mulai diperluas. Tak hanya itu, penguasa Muslim pun memperbanyak pembangunan kanal. Sehingga, kota-kota Islam di era keemasan tak pernah mengalami kekurangan suplai air baik untuk kehidupan sehari-hari maupun untuk pertanian serta perkebunan. ''Sistem irigasi yang dikembangkan di dunia Islam mengandung aspek-aspek teknologi dan sosiologi yang menarik,'' papar Ahmad Y Al-Hassan dan Donald R Hill dalam bukunya bertajuk ''Islamic Technology:An Ilustrated History''. Untuk membangun sebuah jaringan dan sistem irigasi yang amat luas, para insinyur Muslim terdorong untuk mengembangkan beragam teknologi.
Di zaman keemasan, teknik irigasi menjadi salah satu obyek yang sangat vital. Apalagi, sebagian besar negeri-negeri Islam memiliki jenis tanah yang kering. Para petani Muslim harus memutar otak untuk mendatangkan air ke lahan kering sehingga dapat ditanami beragam komoditas seperti tebu, padi, dan kapas - tanaman yang sangat membutuhkan air. Menurut Al-Hassan dan Hill, para petani Muslim mewarisi sistem sistem irigasi yang telah rusak. Tak heran, jika pasokan air ke berbagai daerah yang sebelumnya dikuasai peradaban non-Islam kian menyusut. Sistem irigasi diperluas dan dipercanggih lantaran ''Revolusi Hijau'' yang dicetuskan peradaban Islam tak lagi memadai. Salah satu kunci keberhasilan ''Revolusi Pertanian'' adalah tersedianya air yang melimpah.
Selain memperluas sistem irigasi, para petani Muslim pun akhirnya mampu mengembangkan beragam teknologi, seperti peralatan pengangkat air, cara penyimpanan, pengangkutan serta distribusi air. Bahkan, mereka pun berhasil menciptakan teknik pencarian sumber-sumber air baik yang tersembunyi maupun sistem bawah tanah (qanat). "Sedemikian besarnya kemajuan yang telah dicapai sehingga tidak terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa pada abad ke-11 M hampir semua sungai, anak sungai, oasis, mata air, dan aquifer-aquifer yang diketahui ataupun banjir yang sudah diramalkan dapat dimanfaatkan peradaban Islam," cetus Al-Hassan dan Hill.
Bukti kemajuan peradaban Islam di bidang pengairan juga sangat tampak dengan pesatnya pembangunan kanal. Dengan kanal-kanal itu air dari sungai dialirkan ke daratan. Peradaban Islam juga telah mampu mengalirkan air ke kanal yang yang letaknya lebih tinggi. Pembangunan sarana irigasi dan kanal secara besar-besaran terjadi di era kekuasaan pemerintahan Dinasti Abbasiyah.
Memunculkan Sarana Transportasi Baru
Saat itu, masyarakat yang berada di wilayah tandus mengalami krisis air. Akibatnya, masyarakat di wilayah itu tak bisa menghasilkan apapun karena lahannya yang kering, bahkan mereka selalu mengimpor makanan. Pemerintahan Abbasiyah akhirnya membuat aliran air dari sungai Tigris dan Efrat. Sistem irigasi terus ditingkatkan dengan penggalian sejumlah kanal baru. Kanal terbesar dikenal dengan nama Nahr Isa. Saat itu, Kanal tak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat, namun juga digunakan untuk transportasi air antara Syria dan Irak. Dengan begitu roda perekonomian berputar semakin cepat dan negeri-negeri Muslim pun menjadi lebih makmur.
Teknisi-teknisi muslim kemudian menyempurnakan kincir air yang dibangun cukup rumit dengan saluran air bawah tanah yang disebut qanats. Untuk pembangunan tersebut dibutuhkan keterampilan yang tinggi karena posisinya berada dibawah lima puluh kaki bawah tanah. Salah satu teknologi irigasi yang dikembangkan peradaban Islam bernama Noria. Teknologi yang satu ini digunakan pada sistem irigasi buatan. Untuk memudahkan aliran air secara konstan, masyarakat Muslim menggunakan noria, dalam bahasa Arab na'ura, yakni sebuah mesin pengangkat air yang masuk ke dalam saluran air kecil. Ada tiga jenis noria yang dikembangkan para insinyur Muslim. Noria yang paling terkenal adalah noria dengan roda vertikal menggantung dengan ember berantai. Ember tersebut bisa masuk ke dalam mata air hingga 8 meter atau 26 kaki. Ini merupakan noria yang paling kuno, yang digerakkan keledai atau banteng.
Dengan sistem yang masih sama, noria jenis kedua digerakkan o angin. Angin menggerakkan noria di sekitar Cartagena, Spanyol. Noria jenis ketiga menggunakan energi yang berasal dari aliran sungai. Ini meruapakn noria yang besar. Alat ini mampu mengangkat air dari sungai ke saluran air kecil yang lebih tinggi.Noria tidak dilengkapi dengan power otomatis untuk setiap proses. Noria dapat meningkatkan air yang sebelumnya tidak penuh menjadi penuh. Noria terbesar di dunia, dengan diameter sekitar 20 meter, berlokasi di Syria kota Hama. Sejak saat itu, Noria menjadi dasar dari sistem irigasi canggih.
Digunakan Dibelahan Dunia
Penggunaan Noria menyebar dengan cepat ke berbagai wilayah di dunia. Noria pun menjadi aset negara untuk menjamin distribusi air yang adil. Di beberapa daerah di Valencia saja terdapat sekitar 8.000 noria untuk mengairi daerah pertanian.Selain itu juga alat lain bernama saqiya. Alat ini juga berfungsi untuk mengangkat air dengan menggunakan alat yang berupa roda gigi. Teknologi ini digerakkan oleh binatang peliharaan sepeti keledai atau unta. Teknologi saqiya ditemukan dan dikembangkan Al-Jazari.
Teknologi pengairan lainnya yang berkembang di era Islam adalah qanat. Alat ini digunakan untuk memanfaatkan air bawah tanah dengan menggunakan pipa. Menurut Al-Hassan dan Hill, qanat merupakan contoh pertama operasi pertambangan yang rumit dan berbahaya.Qanat merupakan suatu terowongan yang nyaris horisontal dari sebuah aquifer (lapisan batu, tanah atau pasir yang mengandung sumber air) menuju ke lokasi-lokasi yang membutuhkan air. Dengan teknologi pengangkat air itu, kebutuhan air tetap terpenuhi dalam berbagai musim. Dalam sistem pengelolaan air, peradaban Islam telah memberi inspirasi bagi manusia modern.


Share this article :

1 komentar:

Popular Posts

Baris Iklan

BARIS IKLAN

BARIS IKLAN
Agen Tafsir Al Qur'an Al Ibriz Bahasa Jawa Tulisan Latin Semarang

Mengenai Saya

Foto saya
Semarang, Jawa Tengah, Indonesia

Arsip Blog

 
Support : Alfin | Alfin El-Mlipaki | Sciena Madani
Copyright © 2013. el_mlipaki - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Sciena Madani
Proudly powered by Wonder Ummi