Setiap
hari kita selalu berusaha berbuat kebenaran dengan beribadah dan segala
macamnya dengan tujuan agar kita bisa selalu meningkatkan kualitas ketaqwaan
kepada Allah. Untuk tahu bagaimana sudah sejauh mana tingkat ketaqwaan kita
pada Allah bisa kita rujuk pada pemahaman Sahabat Ali Ibn Abi Thalib r.a
tentang pembagian manusia menjadi tiga golongan, bahwa manusia tidak keluar
dari 3 golongan ini. Dan klasifikasi yang dimaksud dengan manusia disini adalah
umat Islam.
Alim Rabbani (ulama)
Ini
adalah golongan pertama dan tertinggi tingkatannya, yaitu golongan alim
rabbani, mereka adalah para ulama yang mengamalkan ilmunya, dan mengajarkannya
kepada orang lain secara bertahap (dari tingkat yang paling rendah, kemudian
ilmu yang lebih tinggi dari sebelumnya). Seorang ‘alim yang tidak mengamalkan
ilmunya tidak dinamakan rabbani meskipun ia ajarkan ilmunya kepada orang lain.
Dan seorang ‘alim yang mengamalkan ilmunya apabila tidak diajarkan kepada orang
lain juga tidak dinamakan rabbani.
Penuntut Ilmu Yang Berada Di Atas Jalan Keselamatan
Golongan
kedua adalah golongan para penuntut ilmu, yang mereka sedang menempuh jalan
keselamatan. Penuntut ilmu agama yang memiliki niat yang benar dan mengamalkan
dialah yang dimaksud oleh Amirul Mukminin radhiyallahu ‘anhu.
Awam
“Dan
orang awam yang mengikuti setiap orang yang berteriak (seruan-red), mereka
condong sesuai dengan arah angin (kemanapun diarahkan), tidak menerangi diri
dengan cahaya ilmu, dan tidak berpegangan dengan pegangan yang kuat”
Ini
adalah golongan ketiga, yaitu golongan orang-orang awam, mereka bukan orang
alim, atau orang yang berusaha untuk menjadi orang alim (yaitu muta’allim).
Keadaan mereka seperti yang beliau sifatkan, hamajun ri’aa, orang-orang yang
dungu, mengikuti setiap orang yang berteriak , artinya setiap ada yang datang
mengajak kepada sesuatu maka dia mengikutinya, tidak mempertimbangkan baik
buruknya dan benar salahnya.
Setelah
menyebutkan keadaan golongan ketiga, beliau menyebutkan dua sebab kenapa mereka
menjadi demikian, yang pertama karena tidak berusaha menyinari hatinya dengan
cahaya ilmu, malah ridha dengan kejahilan atau asyik dengan kebodohannya,
akibatnya menjadi orang yang tidak memiliki pendirian yang kuat. Berbeda dengan
orang yang memiliki ilmu, dimana ia berjalan bersamanya ilmu yang ia miliki,
Allah berfirman: “Apakah orang yang
dulunya mati (hatinya) kemudian Kami hidupkan, dan Kami berikan kepadanya
cahaya (ilmu dan hidayah) yang dia berjalan dengan cahaya tersebut
ditengah-tengah manusia, apakah sama dia dengan orang yang berada di dalam
kegelapan-kegelapan (kesesatan) yang dia tidak bisa keluar darinya” (QS.
Al-An’am:122)
Yang
kedua karena tidak mau bertanya kepada orang yang berilmu, sehingga akhirnya tersesat
karena dirinya sendiri. Mereka tidaklah memiliki pegangan yang kuat karena
mereka sendiri selalu terombang-ambing dan tidak berpendirian. Golongan yang
ketiga ini meski jumlahnya yang paling banyak, mereka adalah golongan yang
paling rendah derajatnya disisi Allah. Bahkan kalau diperhatikan, tidaklah
terjadi fitnah dan kekacauan di sebuah negeri kecuali berasal dari golongan
yang ketiga ini.
Di
dalam pembagian manusia menjadi tiga golongan tersebut, terdapat dorongan dan
anjuran bagi kaum muslimin untuk menuntut ilmu agama yang benar, dan
mengingatkan mereka supaya jangan menjadi orang yang jahil terhadap agama,
sehingga mudah terpengaruh dengan kesesatan.
0 komentar:
Posting Komentar