Home » » Diluaskan dan Disempitkan Rizki

Diluaskan dan Disempitkan Rizki

Written By el_mlipaki on Kamis, 21 November 2013 | 15.12


$¨Br'sù ß`»|¡RM}$# #sŒÎ) $tB çm9n=tGö/$# ¼çmš/u ¼çmtBtø.r'sù ¼çmyJ¨ètRur ãAqà)uŠsù úÎn1u Ç`tBtø.r& ÇÊÎÈ   !$¨Br&ur #sŒÎ) $tB çm9n=tGö/$# uys)sù Ïmøn=tã ¼çms%øÍ ãAqà)uŠsù þÎn1u Ç`oY»ydr& ÇÊÏÈ
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka Dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka Dia berkata: “Tuhanku menghinakanku“.
(QS. Al Fajr: 15-16)
            Sebagai seorang anak tunggal seorang juragan di desa Rendi merasa tidak ada yang bisa menyaingi kemewahan yang dimiliki keluarganya bahkan lurah desanya sekalipun. Rumahnya yang laksana gedung dan kendaraannya yang berlebih sering menjadi ajang pamernya, bahkan untuk pergi ke masjidpun Rendi menggunakan mobilnya meskipun jarak tempuhnya tidak ada lima menit dari rumahnya bila ditempuh dengan jalan kaki. Dengan segala kekayaan itu Rendipun merasa bahwa Allah benar-benar memulyakannya.
            Suatu ketika seluruh usaha bisnis ayah Rendi naas, hutang sana-sinipun menjadi rutinitasnya untuk menutup seluruh kerugian yang menimpa keluarganya. Lantas semua asetpun juga tak luput dijual termasuk mobil kesayangan rendi, dan itupun belum cukup karena ternyata hutang ayah Rendi telah menggunung. Kini Rendi hanya bisa meratapi nasib, kemana-mana hanya bisa jalan kaki setelah seluruh kekayaan ayahnya ludes, makanpun seadanya. Orang-orang tak ada lagi yang menyapa dia karena dulu ketika sedang kaya begitu sombongnya kepada tetangganya. Dalam ratapannya, Rendi bergumam dalam hati, “mengapa Allah begitu merendahkan derajatku di hadapan orang-orang dengan semua kerugian ini?”
            Betapa banyak orang disekitar kita bahkan kadang kita sendiri yang bersikap tak jauh beda seperti dalam petikan kisah di atas. Berbangga ketika lapang dan menggerutu ketika sempit, padahal semua itu hanyalah sebuah ujian dari Allah SWT.
Penjelasan Ulama

Dalam kitab tafsirnya Ath Thobari menjelaskan, “Adapun manusia ketika ia diuji oleh Rabbnya dengan diberi nikmat dan kekayaan, yaitu dimuliakan dengan harta dan kemuliaan serta diberi nikmat yang melimpah, ia pun katakan, “Allah benar-benar telah memuliakanku.” Ia pun bergembira dan senang, lantas ia katakan, “Rabbku telah memuliakanku dengan karunia ini.”
Kemudian Ath Thobari  menjelaskan, “Adapun manusia jika ia ditimpa musibah oleh Rabbnya dengan disempitkan rizki, yaitu rizkinya tidak begitu banyak, maka ia katakan bahwa Rabbnya telah menghinakan atau merendahkannya. Sehingga ia pun tidak bersyukur atas karunia yang Allah berikan berupa keselamatan anggota badan dan rizki berupa nikmat sehat pada jasadnya.”
Begitupula Ibnu Katsir  menafsirkan ayat di atas, “Dalam ayat tersebut, Allah Ta’ala mengingkari orang yang keliru dalam memahami maksud Allah meluaskan rizki. Allah sebenarnya menjadikan hal itu sebagai ujian. Namun dia menyangka dengan luasnya rizki tersebut, itu berarti Allah memuliakannya. Sungguh tidak demikian, sebenarnya itu hanyalah ujian. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
 “Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. Al Mu’minun: 55-56)
Sebaliknya, jika Allah menyempitkan rizki, ia merasa bahwa Allah menghinangkannya. Sebenarnya tidaklah sebagaimana yang ia sangka. Tidaklah seperti itu sama sekali. Allah memberi rizki itu bisa jadi pada orang yang Dia cintai atau pada yang tidak Dia cintai. Begitu pula Allah menyempitkan rizki pada pada orang yang Dia cintai atau pun tidak.  Sebenarnya yang jadi patokan ketika seseorang dilapangkan dan disempitkan rizki adalah dilihat dari ketaatannya pada Allah dalam dua keadaan tersebut. Jika ia adalah seorang yang berkecukupan, lantas ia bersyukur pada Allah dengan nikmat tersebut, maka inilah yang benar. Begitu pula ketika ia serba kekurangan, ia pun bersabar.”
Antara Mukmin dan Kafir
Sifat yang disebutkan dalam surat ini (Al Fajr ayat 15-16) adalah sifat orang kafir. Maka sudah patut untuk dijauhi oleh seorang muslim.
Al Qurthubi  mengatakan, “Sifat yang disebutkan dalam (Al Fajr ayat 15-16) adalah sifat orang kafir yang tidak beriman pada hari berbangkit. Sesungguhnya kemuliaan yang dianggap orang kafir adalah dilihat pada banyak atau sedikitnya harta. Sedangkan orang muslim, kemuliaan menurutnya adalah dilihat pada ketaatan pada Allah. Jika Allah memberi rizki baginya di dunia, terhadap rizki itu dengan memanfaatkan sebagian hartanya untuk ketaatan, bukan bermewah atau mubazir.”
Syukuri dan Bersabar
Dengan penjelasan di atas tentunya bisa kita fahami dengan jelas bahwa tidak perlu merasa iri hati dengan rizki orang lain. Kita dilapangkan rizki, itu adalah ujian. Kita disempitkan rizki, itu ujian. Dilapangkan rizki agar kita diuji apakah termasuk orang yang bersyukur atau tidak. Disempitkan rizki agar kita diuji termasuk orang yang bersabar ataukah tidak. Maka tergantung kita dalam menyikapi rizki yang Allah berikan. Tidak perlu bersedih jika memang kita tidak ditakdirkan mendapatkan rizki sebagaimana saudara kita. Allah tentu saja mengetahui manakah yang terbaik bagi hamba-Nya. Cobalah pula kita perhatikan bahwa rizki dan nikmat bukanlah pada harta saja. Kesehatan badan, nikmat waktu senggang, bahkan yang terbesar dari itu yaitu nikmat hidayah Islam dan Iman, itu pun termasuk nikmat yang patut disyukuri. Semoga bisa jadi renungan berharga.
Betapa zalimnya kita ketika diberikan segala nikmat padahal nikmat yang Allah berikan kepada manusia mencakup aspek lahir dan batin serta gabungan dari keduanya tetapi kita tidak mau mensyukurinya dengan tidak sombong, bersedekah, dan berbagi kepada yang membutuhkan. Surat Ar-Rahman menyebutkan berbagai macam kenikmatan itu dan mengingatkan kepada manusia akan nikmat tersebut dengan berulang-ulang sebanyak 31 kali, “Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?”. Namun apabila kita belum diberikan kesempatan untuk menerima rizki seperti saudara yang lain, maka bersabar adalah sikap yang terbaik yang harus kita lakukan. Karena justru ketika kita tidak bersabar maka kita bisa terjerumus pada hal-hal yang tidak diridhoi Allah SWT, misalnya dengan berkorupsi ataupun berbohong.
Ya Allah, karuniakanlah pada kami sebagai orang yang pandai besyukur dan bersabar pada-Mu dalam segala keadaan, susah maupun senang. Sungguh nikmat diberikan taufik untuk merenungkan Al Qur’an. Dalam Risalah di atas juga menjadi sebuah nasehat. Nasehat ini pun bisa kepada siapa saja termasuk kepada kami sendiri. Semoga kita bisa mensyukuri segala nikmat yang Allah SWT limpahkan kepada kita semua dan bersabar dengan segala ujian yang datang kepada kita termasuk ketika dalam keadaan lapang dan simpitnya rizki.


Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Baris Iklan

BARIS IKLAN

BARIS IKLAN
Agen Tafsir Al Qur'an Al Ibriz Bahasa Jawa Tulisan Latin Semarang

Mengenai Saya

Foto saya
Semarang, Jawa Tengah, Indonesia

Arsip Blog

 
Support : Alfin | Alfin El-Mlipaki | Sciena Madani
Copyright © 2013. el_mlipaki - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Sciena Madani
Proudly powered by Wonder Ummi