Home » » Menjawab Tuduhan Nabi Muhammad SAW Menjiplak Injil Bibel

Menjawab Tuduhan Nabi Muhammad SAW Menjiplak Injil Bibel

Written By el_mlipaki on Kamis, 21 November 2013 | 15.40



Ada beberapa situs di Internet yang ketika kita teliti dalam membaca sesungguhnya itu adalah salah satu trik dari para penginjil untuk mengaburkan keimanan dan keyakinan umat Islam. Pada situs itu penuh dengan tipuan, bahkan tipuan ini disempurnakan dengan memajang slogan yang bernafaskan Islami dua bahasa pada headernya yaitu, “Read A Qur’an Day, La Tahriquu bal iqra’u al-Qur’an was-siirah wal-hadits!”. Alamat domainya adalah “ www.bacabacaquran.com  ”   
Dengan kedok Islam itulah mereka membuat postingan yang seluruhnya melecehkan, menghujat, mengadili dan menodai Al-Qur’an dan Nabi Muhammad. Namun anehnya, penodaan agama ini dilakukan untuk mengagung-agungkan Yesus, Bibel dan doktrin Kristen. Dalam nama Yesus mereka membabi buta menghina agama lain demi misi kristenisasi.
Dan salah satu bahasan yang dipostingkan dalam website tersebut yang juga akan kami bahas dalam rubrik ini adalah satu trik murahan penginjil untuk meyakinkan kebenaran Bibel dengan menuduh Nabi Muhammad SAW melakukan plagiat (menjiplak) ayat-ayat Bibel. Dalam artikel berjudul “Muhammad Nyontek Doa Yesus,” mereka menuduh Nabi Muhammad memplagiat doa Bapa Kami dalam Injil Matius, ketika bersabda dalam sebuah hadits. Demikian kutipannya:

“Yesus mengajarkan kita untuk berdoa demikian: “Bapa kami yang ada di Sorga, dikuduskanlah nama-Mu. Datanglah kerajaan-Mu. Jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di Sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya. Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari yang jahat. Karena Engkaulah yang empunya kerajaan, dan kuasa dan kemuliaan, selama-lamanya. Amin” (Matius 6:9-13).
Beberapa abad kemudian Muhammad berkata: “Jika ada di antara kamu yang menderita atau saudaranya menderita maka ia harus berkata: Allah Tuhan kami yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu. Perintah-perintahMu bertahta di surga dan di bumi. Kiranya kemurahan-Mu ada di bumi seperti di surga. Ampunilah kesalahan dan dosa kami, Engkaulah Tuhan atas orang-orang yang baik.”
Muhammad beruntung karena pada waktu itu undang-undang hak cipta belum diberlakukan. TERBUKTI! Wahyu Muhammad tidak lain tidak bukan hanyalah sebuah kitab plagiat!”
Dan postingan itupun kemudian dikomentari dengan cibiran salah:“Kalau ada sarjana yang nulis thesisnya dengan plagiat begini, dan kepergok, maka tentu otomatis thesisnya gugur, dan kesarjanaannya dicopot.” Hal ini jelas karena dalam diskursus nama Yesus para penginjil membabi buta menghina agama lain demi misi kristenisasi.
Dengan ini akan kita bahas bahwa apa yang menjadi tudingan para penginjil dalam alamat website itu adalah salah besar, baik dalam pandangan Islam maupun Kristen sendiri.
PERTAMA, tuduhan Nabi Muhammad menjiplak Bibel juga mengada-ada. Sejarah yang sudah diakui di seluruh dunia bahwa Rasulullah SAW adalah Nabi yang Ummiy (tidak bisa membaca), otomatis menyangkal tuduhan para penginjil untuk menjiplak bible dengan membacanya.  
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang ummiy (buta huruf) seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah” (QS. Al-Jumu’ah: 2)
“Yaitu orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka” (Qs Al-A’raf: 157).
Logikanya karena tidak bisa baca-tulis, otomatis Rasulullah SAW tidak pernah membaca Bibel dalam versi manapun. Hal inipun juga diperkuat dengan firman Allah SWT, “Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitab pun dan kamu tidak pernah menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkarimu” (QS. Al-’Ankabut: 48).
Kemustahilan Nabi Muhammad SAW menjiplak Bibel ini diperkuat fakta historis bahwa Rasulullah yang wafat pada 8 Juni 632 M, sedangkan Injil Matius dalam Bibel Perjanjian Baru baru diterbitkan pada tahun 1271 M, atau sekitar 639 tahun setelah wafatnya Nabi. Ini tidak mungkin orang bisa mengetahui sesuatu 600 tahun setelah ketiadaannya (meninggal). Justru dari hal ini akan memunculkan fakta baru, mungkinkah Bibel yang meniru hadits Rasulullah SAW, karena keberadaan Bibel itu 639 tahun setelah Rasulullah SAW wafat.
KEDUA, Kesan menjiplak Bibel dilakukan secara culas dengan menerjemahkan hadits sedemikian rupa, hanya sebagian dan dimirip-miripkan dengan ayat Bibel. Perhatikan kutipan lengkap hadits berikut:
Dari Abu Darda ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa di antara kalian mengeluhkan sesuatu atau saudaranya mengeluhkannya, maka hendaknya ia berdoa: ‘Tuhanku adalah Allah yang berada di langit, Maha Suci nama-Mu, urusan-Mu berada di langit dan bumi. Sebagaimana rahmat-Mu berada di langit, maka jadikanlah rahmat-Mu juga di bumi! Ampunilah dosa dan kesalahan kami! Engkau Tuhan orang-orang yang baik, turunkan rahmat di antara rahmat-Mu, serta kesembuhan di antara kesembuhan-Mu kepada penyakit ini,’ maka ia akan sembuh.” (HR Abu Dawud dari Abu Darda’ RA, kitab Ath-Thibb bab Tata cara Ruqyah, hadits nomor 3892).
Bandingkan redaksi hadits Nabi tersebut dengan ayat Injil:
Memang, ada persamaan pembuka doa antara Bibel dan hadits tersebut. Dalam Bibel disebutkan: “Bapa kami yang ada di Sorga, dikuduskanlah nama-Mu,” sedangkan dalam hadits Nabi disebutkan: “Tuhanku adalah Allah yang berada di langit, Maha Suci nama-Mu.”
Dengan banyaknya perbedaan antara ayat Bibel dan hadits Nabi, maka sungguh keliru orang yang menuduh Rasulullah SAW sebagai tukang plagiat.
Redaksi Arab pun sangat mirip. Bibel versi Arab: “Abanalladzii fis-samawat, liyataqaddas ismuka,” mirip dengan nas hadits Nabi: “Rabbanallahulladzii fis-sama’I, taqaddas ismuka.”
Tapi tidak tepat bila Nabi Muhammad dituding menjiplak doa Bapa Kami dalam Bibel hanya karena ada kemiripan antara hadits Nabi dengan ayat Bibel. Karena banyak perbedaan dalam kedua redaksi tersebut tersebut.
1)      Doa Bapa Kami dalam Injil adalah doa harian, berbeda konteks dengan doa Nabi untuk kesembuhan suatu penyakit.
2)      Dalam doa Bapa Kami ada permohonan minta makanan, yang tidak diajarkan dalam doa Nabi untuk kesembuhan.
3)      Dalam doa Bapa Kami ada permohonan agar dihindarkan dari pencobaan dan dilepaskan dari yang jahat, yang tidak diajarkan dalam doa Nabi untuk kesembuhan.
4)      Beda redaksi istigfar. Bibel: “Ampunilah kami akan kesalahan kami seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” Sedangkan doa dalam hadits sangat singkat tapi komprehensif: “Ampunilah dosa dan kesalahan kami.”
5)      Beda penutup doa. Bibel: “Karena Engkaulah yang empunya kerajaan, dan kuasa dan kemuliaan, selam-lamanya.” Sedangkan doa dalam hadits Nabi lebih panjang karena ada permohonan kesembuhan dari penyakit: “Engkau Tuhan orang-orang yang baik, turunkan rahmat di antara rahmat-Mu, serta kesembuhan di antara kesembuhan-Mu kepada penyakit ini.”
6)      Penyebutan Bapa tidak pernah diajarkan dalam Islam, karena dengan menyebut Bapa berarti Allah dianggap memiliki anak, padahal Allah tidak beranak. Dan dalam Islam menyebut Bapa berarti berbuat kesyirikan.

Dengan enam perbedaan antara ayat Bibel dan hadits Nabi, demikian pula dengan diterbitkannya injil matius belakangan jauh setelah Nabi SAW wafat, maka sungguh salah kaprah orang yang menuduh Rasulullah SAW sebagai tukang plagiat. Justru dengan melihat sejarah dan kenyataan, siapakah yang plagiat ?
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Baris Iklan

BARIS IKLAN

BARIS IKLAN
Agen Tafsir Al Qur'an Al Ibriz Bahasa Jawa Tulisan Latin Semarang

Mengenai Saya

Foto saya
Semarang, Jawa Tengah, Indonesia

Arsip Blog

 
Support : Alfin | Alfin El-Mlipaki | Sciena Madani
Copyright © 2013. el_mlipaki - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Sciena Madani
Proudly powered by Wonder Ummi