Ada
beberapa situs di Internet yang ketika kita teliti dalam membaca sesungguhnya
itu adalah salah satu trik dari para penginjil untuk mengaburkan keimanan dan
keyakinan umat Islam. Pada situs itu penuh dengan tipuan, bahkan tipuan ini
disempurnakan dengan memajang slogan yang bernafaskan Islami dua bahasa pada
headernya yaitu, “Read A Qur’an Day, La Tahriquu bal iqra’u al-Qur’an
was-siirah wal-hadits!”. Alamat domainya adalah “ www.bacabacaquran.com ”
Dengan
kedok Islam itulah mereka membuat postingan yang seluruhnya melecehkan,
menghujat, mengadili dan menodai Al-Qur’an dan Nabi Muhammad. Namun anehnya,
penodaan agama ini dilakukan untuk mengagung-agungkan Yesus, Bibel dan doktrin
Kristen. Dalam nama Yesus mereka membabi buta menghina agama lain demi misi
kristenisasi.
Dan
salah satu bahasan yang dipostingkan dalam website tersebut yang juga akan kami
bahas dalam rubrik ini adalah satu trik murahan penginjil untuk meyakinkan
kebenaran Bibel dengan menuduh Nabi Muhammad SAW melakukan plagiat (menjiplak)
ayat-ayat Bibel. Dalam artikel berjudul “Muhammad Nyontek Doa Yesus,” mereka
menuduh Nabi Muhammad memplagiat doa Bapa Kami dalam Injil Matius, ketika
bersabda dalam sebuah hadits. Demikian kutipannya:
“Yesus mengajarkan kita untuk berdoa
demikian: “Bapa kami yang ada di Sorga, dikuduskanlah nama-Mu. Datanglah
kerajaan-Mu. Jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di Sorga. Berikanlah kami
pada hari ini makanan kami yang secukupnya. Dan ampunilah kami akan kesalahan
kami, seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Dan janganlah
membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari yang jahat.
Karena Engkaulah yang empunya kerajaan, dan kuasa dan kemuliaan, selama-lamanya.
Amin” (Matius 6:9-13).
Beberapa abad kemudian Muhammad berkata:
“Jika ada di antara kamu yang menderita atau saudaranya menderita maka ia harus
berkata: Allah Tuhan kami yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu.
Perintah-perintahMu bertahta di surga dan di bumi. Kiranya kemurahan-Mu ada di
bumi seperti di surga. Ampunilah kesalahan dan dosa kami, Engkaulah Tuhan atas
orang-orang yang baik.”
Muhammad beruntung karena pada waktu itu
undang-undang hak cipta belum diberlakukan. TERBUKTI! Wahyu Muhammad tidak lain
tidak bukan hanyalah sebuah kitab plagiat!”
Dan postingan itupun kemudian dikomentari
dengan cibiran salah:“Kalau ada sarjana yang nulis thesisnya dengan plagiat
begini, dan kepergok, maka tentu otomatis thesisnya gugur, dan kesarjanaannya
dicopot.” Hal ini jelas karena dalam diskursus nama Yesus para penginjil
membabi buta menghina agama lain demi misi kristenisasi.
Dengan
ini akan kita bahas bahwa apa yang menjadi tudingan para penginjil dalam alamat
website itu adalah salah besar, baik dalam pandangan Islam maupun Kristen
sendiri.
PERTAMA, tuduhan
Nabi Muhammad menjiplak Bibel juga mengada-ada. Sejarah yang sudah diakui di
seluruh dunia bahwa Rasulullah SAW adalah Nabi yang Ummiy (tidak bisa membaca),
otomatis menyangkal tuduhan para penginjil untuk menjiplak bible dengan
membacanya.
“Dia-lah
yang mengutus kepada kaum yang ummiy (buta huruf) seorang Rasul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan
mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah” (QS.
Al-Jumu’ah: 2)
“Yaitu
orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati
tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka” (Qs Al-A’raf: 157).
Logikanya
karena tidak bisa baca-tulis, otomatis Rasulullah SAW tidak pernah membaca
Bibel dalam versi manapun. Hal inipun juga diperkuat dengan firman Allah SWT, “Dan
kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitab pun dan kamu
tidak pernah menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah
membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkarimu” (QS.
Al-’Ankabut: 48).
Kemustahilan
Nabi Muhammad SAW menjiplak Bibel ini diperkuat fakta historis bahwa Rasulullah
yang wafat pada 8 Juni 632 M, sedangkan Injil Matius dalam Bibel Perjanjian
Baru baru diterbitkan pada tahun 1271 M, atau sekitar 639 tahun setelah
wafatnya Nabi. Ini tidak mungkin orang bisa mengetahui sesuatu 600 tahun
setelah ketiadaannya (meninggal). Justru dari hal ini akan memunculkan fakta
baru, mungkinkah Bibel yang meniru hadits Rasulullah SAW, karena keberadaan
Bibel itu 639 tahun setelah Rasulullah SAW wafat.
KEDUA, Kesan
menjiplak Bibel dilakukan secara culas dengan menerjemahkan hadits sedemikian
rupa, hanya sebagian dan dimirip-miripkan dengan ayat Bibel. Perhatikan kutipan
lengkap hadits berikut:
Dari Abu Darda ia berkata, “Aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa di antara kalian mengeluhkan sesuatu atau
saudaranya mengeluhkannya, maka hendaknya ia berdoa: ‘Tuhanku adalah Allah yang
berada di langit, Maha Suci nama-Mu, urusan-Mu berada di langit dan bumi.
Sebagaimana rahmat-Mu berada di langit, maka jadikanlah rahmat-Mu juga di bumi!
Ampunilah dosa dan kesalahan kami! Engkau Tuhan orang-orang yang baik, turunkan
rahmat di antara rahmat-Mu, serta kesembuhan di antara kesembuhan-Mu kepada
penyakit ini,’ maka ia akan sembuh.” (HR Abu Dawud dari Abu Darda’ RA,
kitab Ath-Thibb bab Tata cara Ruqyah, hadits nomor
3892).
Bandingkan redaksi hadits Nabi tersebut
dengan ayat Injil:
Memang,
ada persamaan pembuka doa antara Bibel dan hadits tersebut. Dalam Bibel
disebutkan: “Bapa kami yang ada di Sorga,
dikuduskanlah nama-Mu,” sedangkan dalam hadits Nabi disebutkan: “Tuhanku adalah Allah yang berada di langit,
Maha Suci nama-Mu.”
Dengan
banyaknya perbedaan antara ayat Bibel dan hadits Nabi, maka sungguh keliru
orang yang menuduh Rasulullah SAW sebagai tukang plagiat.
Redaksi
Arab pun sangat mirip. Bibel versi Arab: “Abanalladzii
fis-samawat, liyataqaddas ismuka,” mirip dengan nas hadits Nabi: “Rabbanallahulladzii fis-sama’I, taqaddas
ismuka.”
Tapi
tidak tepat bila Nabi Muhammad dituding menjiplak doa Bapa Kami dalam Bibel
hanya karena ada kemiripan antara hadits Nabi dengan ayat Bibel. Karena banyak
perbedaan dalam kedua redaksi tersebut tersebut.
1)
Doa Bapa Kami dalam Injil adalah doa harian,
berbeda konteks dengan doa Nabi untuk kesembuhan suatu penyakit.
2)
Dalam doa Bapa Kami ada permohonan minta
makanan, yang tidak diajarkan dalam doa Nabi untuk kesembuhan.
3)
Dalam doa Bapa Kami ada permohonan agar
dihindarkan dari pencobaan dan dilepaskan dari yang jahat, yang tidak diajarkan
dalam doa Nabi untuk kesembuhan.
4)
Beda redaksi istigfar. Bibel: “Ampunilah kami akan kesalahan kami seperti
kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” Sedangkan doa dalam
hadits sangat singkat tapi komprehensif: “Ampunilah
dosa dan kesalahan kami.”
5)
Beda penutup doa. Bibel: “Karena Engkaulah yang empunya kerajaan, dan kuasa dan kemuliaan,
selam-lamanya.” Sedangkan doa dalam hadits Nabi lebih panjang karena ada
permohonan kesembuhan dari penyakit: “Engkau
Tuhan orang-orang yang baik, turunkan rahmat di antara rahmat-Mu, serta
kesembuhan di antara kesembuhan-Mu kepada penyakit ini.”
6)
Penyebutan Bapa tidak pernah diajarkan dalam
Islam, karena dengan menyebut Bapa berarti Allah dianggap memiliki anak,
padahal Allah tidak beranak. Dan dalam Islam menyebut Bapa berarti berbuat
kesyirikan.
Dengan
enam perbedaan antara ayat Bibel dan hadits Nabi, demikian pula dengan
diterbitkannya injil matius belakangan jauh setelah Nabi SAW wafat, maka sungguh
salah kaprah orang yang menuduh Rasulullah SAW sebagai tukang plagiat. Justru dengan
melihat sejarah dan kenyataan, siapakah yang plagiat ?
0 komentar:
Posting Komentar