Setiap
orang pasti akan terserang penyakit cacar, minimal sekali dalam hidupnya. Penyakit
cacar adalah peyakit yang disebabkan oleh sebuah virus yang akan menyebabkan
bintil-bintil merah berisi cairan diseluruh permukaan tubuh pada si
penderita.Penyakit Cacar atau yang disebut sebagai ‘Herpes’ oleh kalangan medis
adalah penyakit radang kulit yang ditandai dengan pembentukan
gelembung-gelembung berisi air secara berkelompok. Penyakit Cacar atau Herpes
ini ada 2 macam golongan, Herpes Genetalis dan Herpes Zoster.
Herpes
Genetalis adalah infeksi atau peradangan (gelembung lecet) pada kulit terutama
dibagian kelamin (termasuk dipintu dubur/anus serta pantat dan pangkal paha/ selangkangan)
yang disebabkan virus herpes simplex (VHS), Sedangkan Herpes Zoster atau dengan
nama lain ‘shingles’ adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster
yang menimbulkan gelembung cairan hampir pada bagian seluruh tubuh.
Herpes
zoster juga dikatakan penyakit infeksi pada kulit yang merupakan lanjutan dari
pada chickenpox (cacar air) karena virus yang menyerang adalah sama, Hanya
terdapat perbedaan dengan cacar air. Herpes zoster memiliki ciri cacar
gelembung yang lebih besar dan berkelompok pada bagian tertentu di badan, bisa
di bagian punggung, dahi atau dada.
Ar-Razi Penemu Cacar
Tapi,
tahukah anda jika orang yang pertama kali mendefinisikan penyakit cacar adalah
seorang muslim? Ia adalah Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi, pria
kelahiran Ravy, Teheran, Iran pada 251 H/865 M. Ar-Razi yang saat itu bekerja sebagai dokter
utama di rumah sakit di Baghdad, menjelaskan, "Cacar terjadi ketika darah 'mendidih' dan terinfeksi, di mana
kemudian hal ini akan mengakibatkan keluarnya uap. Kemudian darah muda (yang
kelihatan seperti ekstrak basah di kulit) berubah menjadi darah yang makin
banyak dan warnanya seperti anggur yang matang. Pada tahap ini, cacar
diperlihatkan dalam bentuk gelembung pada wine. Penyakit ini dapat terjadi
tidak hanya pada masa kanak-kanak, tapi juga masa dewasa. Cara terbaik untuk
menghindari penyakit ini adalah mencegah kontak dengan penyakit ini, karena
kemungkinan wabah cacar bisa menjadi epidemi."
Diagnosa
ini kemudian dipuji oleh Ensiklopedia Britannica (1911) yang menulis: "Pernyataan pertama yang paling akurat
dan terpercaya tentang adanya wabah ditemukan pada karya dokter Persia pada
abad ke-9 yaitu Rhazes (Razi), di mana dia menjelaskan gejalanya secara jelas,
patologi penyakit yang dijelaskan dengan perumpamaan fermentasi anggur dan cara
mencegah wabah tersebut."
Nama
Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut terletak di lembah selatan
jajaran Dataran Tinggi Alborz yang berada di dekat Teheran, Iran. Ar-Razi
dikenal di Barat dengan panggilan Rhazes. Dia salah seorang pakar sains Iran
yang sejak muda telah mempelajari kimia, matematika, dan kesastraan. Dalam
bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya
ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya
ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad.
Saat
masih kecil, ar-Razi ingin menjadi penyanyi atau musisi. Namun, dia kemudian
lebih tertarik pada bidang alkemi (kimia). Pada usia 30 tahun, dia memutuskan
untuk berhenti menekuni bidang alkemi karena berbagai eksperimen yang
menyebabkan matanya menjadi cacat. Ia lalu mencari dokter untuk menyembuhkan matanya.
Dari sinilah ar-Razi mulai mempelajari ilmu kedokteran.
Gurunya
adalah Ali ibnu Sahal at-Tabari, seorang dokter yang lahir di Merv. Dahulu,
gurunya merupakan seorang Yahudi yang kemudian berpindah agama menjadi Islam
setelah mengambil sumpah untuk menjadi pegawai kerajaan di bawah kekuasaan
khalifah Abbasiyah, al-Mu'tashim.
Razi
kembali ke kampung halamannya dan terkenal sebagai seorang dokter di sana.
Kemudian dia menjadi kepala Rumah Sakit di Rayy pada masa kekuasaan Mansur ibnu
Ishaq, penguasa Samania. Ar-Razi juga menulis at-Tibb al-Mansur yang khusus
dipersembahkan untuk Mansur ibnu Ishaq. Beberapa tahun kemudian, ar-Razi pindah
ke Baghdad pada masa kekuasaan al-Muktafi dan menjadi kepala sebuah rumah sakit
di Baghdad.
Setelah
kematian Khalifah al-Muktafi pada tahun 907 M, ar-Razi memutuskan untuk kembali
ke kota kelahirannya di Rayy. Di kota ini dia mengumpulkan murid-muridnya.
Dalam buku Ibnu Nadim yang berjudul Fihrist, ar-Razi diberikan gelar Syaikh
karena dia memiliki banyak murid. Selain itu, ar-Razi dikenal sebagai dokter
yang baik dan tidak membebani biaya pada pasiennya saat berobat kepadanya.
Buku Cacar Pertama
Buku
ar-Razi yaitu Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak) adalah buku pertama yang
membahas tentang cacar dan campak sebagai dua wabah yang berbeda. Buku ini
kemudian diterjemahkan belasan kali ke dalam bahasa Latin dan bahasa Eropa
lainnya. Cara penjelasan yang tidak dogmatis dan kepatuhan pada prinsip
Hipokrates dalam pengamatan klinis memperlihatkan cara berpikir ar-Razi dalam
buku ini.
Simak
penjelasan lanjutan ar-Razi tentang cacar, "Kemunculan
cacar ditandai oleh demam yang berkelanjutan, rasa sakit pada punggung, gatal
pada hidung dan mimpi yang buruk ketika tidur. Penyakit menjadi semakin parah
ketika semua gejala tersebut bergabung dan terasa gatal di seluruh bagian
tubuh. Bintik-bintik di muka mulai bermunculan dan terjadi perubahan warna
merah pada muka dan kantung mata. Salah satu gejala lainnya adalah perasaan
berat pada seluruh tubuh dan sakit pada tenggorokan."
Razi
juga dikenal sebagai ilmuwan yang menemukan penyakit "alergi asma".
Ia cendekiawan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi. Pada salah
satu tulisannya, dia menjelaskan timbulnya penyakit rhintis setelah mencium
bunga mawar pada musim panas. Razi juga merupakan ilmuwan pertama yang
menjelaskan demam sebagai mekanisme tubuh untuk melindungi diri.
Pada
bidang farmasi, ar-Razi juga berkontribusi membuat peralatan seperti tabung,
spatula dan mortar. Ia juga mengembangkan obat-obatan yang berasal dari
merkuri.
Sumbangan
penting ar-Razi lainnya adalah etika kedokteran. Dia mengkritik dokter jalanan
palsu dan tukang obat yang berkeliling di kota dan desa untuk menjual ramuan.
Pada saat yang sama dia juga menyatakan bahwa dokter tidak mungkin mengetahui
jawaban atas segala penyakit dan tidak mungkin bisa menyembuhkan semua penyaki,
yang secara manusiawi sangatlah tidak mungkin.
Ia
kemudian menyarankan, untuk meningkatkan mutu, para dokter untuk tetap belajar
dan terus mencari informasi baru. Dia juga membuat perbedaan antara penyakit
yang bisa disembuhkan dan yang tidak bisa disembuhkan. Ar-Razi kemudian
menyatakan bahwa seorang dokter tidak bisa disalahkan karena tidak bisa
menyembuhkan penyakit kanker dan kusta yang sangat berat.
Ar-Razi
menyatakan bahwa dia merasa kasihan pada dokter yang bekerja di kerajaan,
karena biasanya anggota kerajaan tidak mematuhi perintah sang dokter. Tujuan
menjadi dokter, katanya, untuk berbuat baik, bahkan sekalipun kepada musuh dan
juga bermanfaat untuk masyarakat sekitar.
Selain
Cacar dan Campak, buku-buku karya Ar-Razi lainnya adalah: Hidup yang Luhur,
Petunjuk Kedokteran untuk Masyarakat Umum, Keraguan pada Galen, dan Penyakit
pada Anak.
0 komentar:
Posting Komentar