“Takutlah kamu akan perbuatan dosa di saat sendirian, di
saat inilah saksimu adalah juga hakimmu.”
Ali ibn Abu Thalib
Melakukan
sebuah kebaikan terkadang sering kita perlihatkan kepada orang lain agar mereka
juga tahu bahwa kita adalah orang yang baik. Maka berlaku sebuah keburuhan pastilah
akan ditutup rapat-rapat agar orang lain tidak mengetahui. Itu karakter satu
hal, ada pula yang melakukan kebaikan yang tidak ingin orang lain tahu, dengan
alasan menjauhi riya’. Pastinya juga akan sama dengan dosa, semua orang tidak
ingin yang lain tahu akan perbuatan dosanya.
Ada
sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa ketika orang lain memandang buruk kita
maka sesungguhnya itu adalah bagian dari kemurahan Allah SWT. Karena apa yang
diketahui orang lain tentang kita adalah sebagaian kecil dari rahasia hidup
kita dan hanya kita yang tahu. Padahal sebagaian besar dari ‘rahasia’ hidup
kita bisa jadi berisikan dosa-dosa ataupun keburukan kita sendiri. Artinya
bahwa dalam hal ini Allah SWT telah menutup tabir keburukan kita dihadapan
manusia yang lain, maka ketika Allah tidak menutupnya niscaya orang lain tidak
akan percaya.
Keburukan
ataupun dosa yang akan kita lakukan akan menjadi efek jera ketika ada orang
lain yang mengetahuinya karena kemudian kita akan malu dengan apa yang kita
lakukan. Namun bagaimana ketika kita berbuat dosa tanpa ada satu orangpun yang
tahu tentang apa yang kita lakukan. Bagi orang yang belum mendapatkan hidayah,
maka keburukan itu akan terus berlangsung sampai orang itu sadar dan bertaubat
dan tidak mengulanginya lagi. Parahnya bagi orang yang mendapatkan petunjuk
namun dia sendiri tidak sadar akan datangnya petunjuk itu, maka keburukan yang
ia lakukan pun akan menjadi langgeng.
Hal itu
akan menjadi tragis ketika dia tahu bahwa itu salah namun dia tetap melakukan
sebuah kesalahan. Contohnya adalah korupsi, perampokan, ataupun perbuatan
maksiat lainnya yang sudah jelas akan hukum dosanya. Mereka tahu bahwa hal itu
tidak baik dan berdosa ketika melakukan keburukan tersebut. Maka dalam hal ini Ali
ibn Abu Thalib mangatakan bahwa kita akan menjadi saksi dan hakim bagi diri
kita sendiri ketika kita melakukan sebuah keburukan di saat sendirian. Saksi di
akhirat kelak untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah kita lakukan semasa
hidup di dunia, dan mengetahui benar hukuman apa yang akan kita terima.
Maka
jangan dikira bahwa hanya diri kita saja yang tahu meskipun satu orang lainpun
tak menyaksikannya. Dan sesungguhnya kita telah lupa bahwa Allah SWT Maha Tahu
apa yang kita perbuat, meskipun kita di lubang semut sekalipun. Allah SWT
berfirman; “Tidakkah
mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan
segala yang mereka tampakkan?” [QS.
Al-Baqarah : 77].
Jangankan yang Nampak oleh mata, bahkan Allah mengetahui apa
yang terbesit dalam pikiran kita, Allah berfirman; “Tidakkah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan
mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang ghaib?” [QS.
At-Taubah: 78]
Malu kepada Allah SWT
Dosa
yang kita dilakukan saat sendiri telah mematikan nurani dan tak sadar
telah menyuburkan nestapa, bukankah Allah SWT telah menjanjikan ampunan dan
pahala sebagai balasannya jikalau kita menahan diri dari berbuat dosa disaat
sendiri disaat manusia lain tidak melihat. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada
Tuhan mereka dalam keadaan tersembunyi akan memperoleh ampunan dan pahala yang
besar”. [QS. Al-Mulk: 12].
Dengan
mengingat dan memahami dengan sungguh-sungguh sifat-sifat Allah SWT Yang Maha
Melihat, Maha Mengetahu, Maha Mendengar maka bagaimana mungkin kita dapat
berbuat maksiat disaat manusia lain tidak melihat, karena telah hadir rasa malu
kepada Allah, malu jika Allah akan melihat dan mendengar perbuatan yang kita
lakukan padahal perbuatan itu adalah perbuatan yang paling dibenci Allah, malu
jika menyimpan sesuatu dalam hati yang mana sesuatu itu dibenci oleh Allah. Sungguh
bila semua ini ada dalam diri kita pastilah perkataan, pikiran dan gerakan kita
akan selalu disandarkan pada syariat dan tidak memberi tempat sedikitpun untuk
dikuasai oleh hawa nafsu dan naluri biologis semata.
0 komentar:
Posting Komentar