Home » » Fenomena Hijabers

Fenomena Hijabers

Written By el_mlipaki on Jumat, 29 November 2013 | 15.39


Islam di Indonesia adalah agama pendatang, bukan agama asli. Namun kini mayoritas rakyat Indoneisa telah menjadi muslim. Ada budaya yang berbeda dalam perkembangan Islam di Indonesia, meskipun beragama Islam tetapi nampaknya hanya seberapa saja dari muslimah kini yang menutup aurat.
Factor itu selain pola fikir sekuler yang berlaku di negara ini, juga belum kuatnya pemahaman syari’at islam itu sendiri pada pemeluknya. Namun akhir-akhir ini kita cukup berbesar hati, karena semakin hari kita semakin banyak melihat muslimah-muslimah Indonesia yang mulai mengenakan kerudung. Bahkan mereka yang kami sebut sebagai pemakai awam telah menjadi semacam virus dengan pengikut yang lumayan banyak hingga ke penjuru nusantara. Bahkan kini eksistensi merekapun kian terakui oleh khalayak public dengan membentuk diri menjadi sebuah komunitas yang mereka namakan ‘hijabers’
Kelompok ini adalah sekelompok muslimah berkerudung yang tidak seperti biasanya seorang muslimah berhijab/ berjilbab. Karena kerudung yang mereka kenakan lebih merujuk pada fashion, bukan pada jilbab sebagai mana arti dan maknanya. Itulah mengepa kami sebut sebagai kerudung, bukan jilbab meskipun mereka lebih suka menemakan diri dengan istilah ‘hijabaers’ atau kelompok berhijab.
      Secara istilah, komunitas Hijabers adalah komunitas jilbab  kontemporer yang terdiri atas sekumpulan orang yang ingin terlihat sama dalam bergaya dan berbusana. Komunitas ini menginisiasi dan mengembangkan tren baru berkerudung bagi wanita  muslim Indonesia. Perkembangan komunitas ini begitu cepat dan menjamur di beberapa kota besar di Indonesia. Seorang anggota komunitas hijabers membangun identitas baru seorang wanita muslim yang mengenakan jilbab namun tetap dapat tampil cantik, stylish, chic, modis serta masih sesuai dengan kewajiban menutup aurat bagi wanita muslim. Komunitas ini lahir dan berkembang karena ditopang oleh anggota-anggota yang memiliki interest yang sama dan identitas yang mereka yakini. Selain itu, bergaul dalam sebuah kelompok atau komunitas mempermudah manusia mengenal jati diri dan memperkuat identitas dirinya di dalam masyarakat.
Pergeseran makna

            Kehadiran kelompok tersebut dalam masyarakat muslim Indonesia seakan membawa angin segar tersendiri bagi kuatnya agama Islam dengan busana-busana yang terlihat lebih Islami. Bahkan ada beberapa kalangan mengapresiasi adanya dan tumbuhnya minat muslimah untuk menutup aurat.
Namun secara busana sebenarnya ada yang berbeda dari komunitas ini, meskipun mereka menyebutnya dengan hijab tetapi sesungguhnya mereka jauh dari makna hijab itu sendiri. Misalnya penggunaan kerudung yang hanya menutupi bagian kepala saja dengan masih mengabaikan terlihatnya rambut ataupun masih terlihatnya dengan jelas bagian dada muslimah karena kain kerudung yang dikenakan relatif tidak lebar sampai ke bawah dada. Ada juga yang memadukan busana itu dengan pakaian yang mengurangi nilai dari menutup aurat itu sendiri, misalnya dengan mengenakan busana bawahan yang agak ketat, berbahan jeans atau celana ketat lainnya sehingga masih bisa terlihat jelas lekuk-lekuk tubuh seorang muslimah. Oleh sebagaian ulama hal yang seperti ini tergolong orang yang berpakaian tetapi telanjang. Bahkan secara cermat bisa kita saksikan dari berbagai aktifitas kelompok ini yang lebih mubadzir seperti kongkow-kongkow di mal, fashioan show yang sebenarnya tidak ada sama sekali tuntunannya dalam Islam.
            Jelas, dalam fenomena ini ada pergeseran nilai pemakaian jilbab masa kini yang telah bergeser dari sebuah manifestasi perilaku menjalankan tuntunan agama menuju mode atau fashion. Dalam kaitannya dengan budaya populer dan industri budaya, penulis menilai terjadi sebuah pergeseran dalam pemberlakuan nilai-nilai agama Islam masa kini terutama dalam perkembangan komunitas Hijabers.
            Padahal Allah SWT telah berfirman; “Hendaknya para wanita membentangkan kerudung-kerudung mereka di atas dada-dada mereka.” (QS. An-Nur: 31). “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang-orang mukmin : Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal dan oleh karenanya mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Qs. Al-Ahzab: 59).
Rasulullahpun juga bersabda; “Dari Aisyah r.a, bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai Rasulullah dengan pakaian yang tipis, lantas Rasulullah berpaling darinya dan berkata, “Hai Asma, sesungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haid (akil balig) maka tidak ada yang layak terlihat kecuali ini,” sambil beliau menunjuk wajah dan telapak tangan.” (HR Abu Daud dan Baihaqi).
Dari ayat tersebut telah jelas akan perintah menutup aurat dan mana-mana batasan aurat bagi seorang muslimah. Dari hal ini kita bisa mengambil beberapa hikmah diantaranya; Pertama, bahwa niat baik itu harus dilaksanakan dengan tindakan yang benar agar niatan itu bisa bernilai ibadah. Seperti halnya niatan ingin menutup aurat bagai para hijabers, tetapi karena cara yang digunakannya itu tidak sesuai dengan syariat maka sia-sialah amalan mereka. Kedua, kita jadi lebih mengerti bahwa perintah melaksanakan syariat islam itu sebuah ketundukan, ketundukan pada semua perintah Allah ta’ala, bukan suatu yang bisa dikompromikan dengan keinginan kita yang semaunya sendiri.
Rasulullah SAW bersabda dalam hadits shohih: “Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim)



Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Baris Iklan

BARIS IKLAN

BARIS IKLAN
Agen Tafsir Al Qur'an Al Ibriz Bahasa Jawa Tulisan Latin Semarang

Mengenai Saya

Foto saya
Semarang, Jawa Tengah, Indonesia

Arsip Blog

 
Support : Alfin | Alfin El-Mlipaki | Sciena Madani
Copyright © 2013. el_mlipaki - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Sciena Madani
Proudly powered by Wonder Ummi