“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda
(kekuasaan Allah) di tempat kediaman mereka, yaitu: dua buah kebun di sebelah
kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan), ‘Makanlah olehmu dari
rezki yang (dianugerahkan) Rabbmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya!’ (Negerimu)
adalah negeri yang baik dan (Rabbmu) adalah Rabb Yang Maha Pengampun. Tetapi
mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar. Dan Kami
ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang
berbuah pahit, pohon atsl dan sedikit dari pohon sidr. Demikianlah Kami memberi
balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan adzab
(yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat
kafir.” (QS. Saba’: 15-17)
Belajar
pada sejarah akan memupuk kearifan pada pola kehidupan yang sekarang kita
jalani. Dan salah satu pembelajaran sejarah yang bagus adalah belajar dari
kisah kaum Saba’. Saba’ adalah
sebuah kerajaan di abad klasik yang berdiri sejak 1300 SM, terletak di wilayah
Yaman saat ini. Kemasyhuran negeri Saba’ benar-benar sesuatu yang
fenomenal dan menakjubkan bagi siapa saja yang mengetahui kisahnya.
Siapakah Saba’ Itu?
Dijelaskan
pada hadits yang terangkum dalam hadis Farwah bin Musaik, Rasulullah SAW pernah
ditanya oleh seorang laki-laki, “Ya
Rasulullah, kabarkanlah kepadaku tentang Saba’? Apakah Saba’ itu? Apakah ia
adalah nama sebuah tempat ataukah nama dari seorang wanita?” Beliau pun menjawab, “Dia bukanlah nama suatu tempat dan bukan
pula nama wanita, tetapi ia adalah seorang laki-laki yang memiliki sepuluh
orang anak dari bangsa Arab. Enam orang dari anak-anaknya menempati wilayah
Yaman dan empat orang menempati wilayah Syam.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Dalam
riwayat Ibnu Abbas ra ada tambahan nama-nama dari anak Saba, “Adapun yang menempati wilayah Yaman, mereka
adalah: Madzhij, Kindah, al-Azd, al-Asy’ariyun, Anmar, dan Himyar. Dan yang
menempati wilayah Syam adalah Lakhm, Judzam, Amilah, dan Ghassan” (HR.
Ahmad). Para sejarawan juga mencatat bahwa nama asli dari Saba’ adalah Abdu
asy-Syams. Dan sebagaimana kita ketahui, nama-nama kabilah Arab terambil dari
nama anak-anak Saba’.
Kerajaan Saba’
Awalnya
kerajaan Saba’ dikenal dengan dengan Dinasti Mu’iinah sedangkan raja-raja
mereka dijuluki sebagai Mukrib Saba’. Ibu kotanya Sharwah, yang puing-puingnya
terletak 50 km ke arah barat laut dari kota Ma’rib. Pada periode inilah
bendungan Ma’rib mulai dibangun. Periode ini antara tahun 1300 SM hingga 620
SM. Pada periode berikutnya, antara tahun 620 SM - 115 SM, barulah mereka
dikenal dengan nama Saba’. Mereka menjadikan Ma’rib sebagai ibu kotanya.
Letak Geografi
Dahulu,
secara garis besar wilayah Jazirah Arab dibagi menjadi dua bagian, bagian Utara
dan bagian Selatan. Arab bagian Selatan lebih maju dibandingkan Arab bagian
Utara. Masyarakat Arab bagian Selatan adalah masyarakat yang dinamis dan
memiliki peradaban, mereka telah mengenal kontak dengan dunia internasional
karena pelabuhan mereka terbuka bagi pedagang-pedagang asing yang hendak
berniaga ke sana. Sementara orang-orang Arab Utara adalah mereka yang terbiasa
dengan kerasnya kehidupan padang pasir, mereka kaku dan lugu karena kurangnya
kontak dengan dunia luar. Tentu saja geografi kerajaan Saba’ sangat
mempengaruhi bagi kemajuan peradaban mereka.
Kemakmuran Kaum Saba’
Kerajaan
Saba’ terkenal dengan hasil alamnya yang melimpah, orang-orang pun banyak
berhijrah dan bermitra dengan mereka. Perekonomian mereka begitu menggeliat
hidup dan sangat dinamis. Allah SWT berfiman mengabarkan tentang
kemakmuran kaum Saba’ “Sesungguhnya bagi
kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Allah) di tempat kediaman mereka, yaitu dua
buah kebun, di sebelah kanan dan di sebelah kiri.” (QS. Saba’: 15)
Dalam tafsir
ath-Thabari disebutkan bahwa kedua kebun tersebut sangat luas dan diapit oleh
dua gunung di wilayah Ma’rib. Tanahnya pun sangat subur, menghasilkan berbagai
macam buah dan sayuran. Qatadah dan Abdurrahman bin Zaid mengisahkan,
apabila ada seseorang yang masuk ke dalam kebun tersebut dengan membawa keranjang
di atas kepalanya, ketika keluar dari kebun itu keranjang tersebut akan penuh
dengan buah-buahan tanpa harus memetik buah tersebut. Abdurrahman bin Zaid
menambahkan, di sana tidak ditemukan nyamuk, lalat, serangga, kalajengking, dan
ular.
Literatur sejarah menyebutkan
bahwa yang membangun bendungan ini adalah Raja Saba’ bin Yasyjub sedangkan
buku-buku tafsir mencatumkan nama Ratu Bilqis sebagai pemrakarsa dibangunnya
bendungan ini. Ratu Bilqis berinisiatif mendirikan bendungan tersebut lantaran
terjadi perebutan sumber air di antara rakyatnya yang mengakibatkan mereka
saling bertikai bahkan saling membunuh. Dengan dibangunnya bendungan ini,
orang-orang Saba’ tidak perlu lagi khawatir akan kehabisan air dan memperebutkan
sumber air, karena bendungan tersebut sudah menjamin kebutuhan air mereka,
mengairi kebun-kebun dan memberi minum ternak mereka.
Kehancuran Kaum Saba ’
Sebelum
Ratu Bilqis masuk Islam, kaum Saba’ menyembah matahari dan bintang-bintang.
Setelah ia memeluk Islam, maka kaumnya pun berbondong-bondong memeluk agama
Islam yang didakwahkan oleh Nabi Sulaiman AS.
Sampai
kurun waktu tertentu, kaum Saba’ tetap mentauhidkan Allah SWT. Namun
kemudian, mereka kembali ke agama nenek moyang mereka, menyembah matahari dan
bintang-bintang. Dalam keterangan tafsir Ibnu Katsir Allah SWT telah
mengutus tiga belas orang rasul kepada mereka, akan tetapi mereka tetap tidak
mau kembali ke agama monotheisme, yaitu mentauhidkan Allah dan tidak
menyekutukannya dengan sesuatu apa pun. Allah pun mencabut kenikmatan yang
telah Dia anugerahkan kepada mereka, “Tetapi
mereka berpaling, maka kami datangkan kepada mereka banjir al-‘arim.” (QS.
Saba’: 16)
Penyebab Hancurnya Bendungan Ma’rib
Penyebab
kehancuran bendungan tersebut tentu saja adalah takdir Allah SWT dan
akibat dari kaum Saba’ yang kufur akan nikmat Allah terhadap mereka. Namun,
Allah menciptakan suatu perantara yang bisa diterima oleh logika manusia agar
manusia lebih mudah untuk merenungi dan mengambil pelajaran. Di dalam kitab-kitab
tafsir disebutkan, seekor tikus yang lebih besar dari kucing sebagai penyebab
runtuhnya bendungan Ma’rib. Subhanallah! Betapa mudahnya Allah menghancurkan
bendungan tersebut, meskipun dengan seekor makhluk kecil yang dianggap remeh,
tikus.
Sebab
lain yang disebutkan oleh sejarawan dalam at-Tahrir wa at-Tanwir adalah
terjadinya perang saudara di kalangan rakyat Saba’ sementara bendungan mereka
butuh pemugaran karena dirusak oleh musuh-musuh mereka, perang saudara tersebut
mengalihkan mereka dari memperbaiki bendungan Ma’rib. Wallahu a’lam mana yang
lebih benar mengenai berita-berita tersebut.
Bendungan
ini hancur sekitara tahun 542 M. Setelah itu, mereka hidup dalam kesulitan,
tumbuhan-tumbuhan yang tumbuh subur di tanah mereka tidak lagi menghasilkan
buah seperti sebelum-sebelumnya dan Yaman saat ini termasuk salah satu negeri
termiskin dan terkering di Jazirah Arab. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman, “Tetapi mereka
berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti
kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi pohon-pohon yang
berbuah pahit,
pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. Demikianlah Kami
memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak
menjatuhkan azab yang demikian itu, melainkan hanya kepada orang-orang yang
sangat kafir.” (QS. Saba’: 16-17)
Kalau
kita renungkan kisah kaum Saba’ dengan perenungan yang mendalam, tentu saja
kita menemukan suatu kengerian, bagaimana sebuah negeri yang teramat sangat
subur, lalu menjadi negeri yang kering dan tandus. Allah mengabadikan kisah
kaum Saba’ ini di dalam Al qur’an dan memberi nama surat yang memuat kisah
mereka dengan surat Saba’. Hal ini tentu saja dimaksudkan agar manusia
senantiasa mengingat-ingat apa yang terjadi kepada kaum ini, khususnya orang
Indonesia. Demikian pula negeri kita yang disebut sebagai jamrud katulistiwa,
tongkat yang dibuang ke tanah akan menjadi pohon, sebagai gambaran
kesuburannya, hendaknya kita merenungi apa yang terjadi pada kaum Saba’ agar
kita tidak mengulang kisah perjalan mereka. Tapi mengapa pada faktanya banyak
rakyat Indonesia yang masih miskin, kekurangan, dan kelaparan?
Allah
berfirman, “Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi setiap
orang yang sabar lagi bersyukur.” (QS. Saba’: 19)
0 komentar:
Posting Komentar