Dalam dua – tiga bulan terakhir ini masyarakat bawah
merasakan beban kebutuhan hidup yang makin berat. Sejak kenaikan bahan bakar
minyak bulan Juni lalu, yang berdampak naiknya beaya transportasi, dan terutama
naiknya harga sembako, membuat masyarakat harus mengeluarkan uang lebih banyak
lagi dalam setiap harinya. Untuk makan keseharian dengan harga beras naik jadi
terasa berat. Untuk merasakan daging (sapi) harganya bahkan naik demikian
tajam, sehingga kurang terjangkau masyarakat bawah. Untuk mendapatkan tahu tempe
saja pun agak sulit karena kelangkaan barang tersebut. Produsen tahu tempe
mengurangi produksinya akibat harga bahan baku yaitu kedelai yang harganya
meroket.
Kenapa ini semua terjadi? Naiknya harga daging dan
kedelai karena Indonesia harus melakukan import barang-barang tersebut. Sektor
peternakan dan pertanian kita tidak mampu menghasilkan produksi sapi atau
kedelai yang mampu memenuhi kebutuhan di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut Indonesia harus import dari luar negeri. Daging sapi dari Australia
dan Kedelai dari Amerika dan Brazil. Maka harga barang-barang import tersebut dikuasai para importer dan harga
pasar. Dampak dari pasar bebas di Indonesia, membuat kenaikan barang-barang
kebutuhan sehari-hari tidak dapat dikendalikan, bahkan pemerintah sendiri tidak
bisa berperan banyak.
Pengaruh Sistem Kapitalisme
Disadari atau tidak, semua kondisi tersebut disebabkan
oleh system ekonomi Indonesia yang berorientasi pada system kapitalisme, meski
sering dipungkiri. Konsep ekonomi kerakyatan yang sering didisuksikan atau
diseminarkan tidak bisa terealisasikan dalam praktek ekonomi kita. Sebagaimana
kita ketahui, system perekonomian dunia lebih dipengaruhi konsep kapitalisme.
Dan Indonesia, yang juga merupakan anggota dari WTO (World Trade Organisation)
harus melakukan ratifikasi kebijakan-kebijakan WTO yang cenderung merugikan
masyarakat ekonomi bawah.
Sistem kapitalisme dalam aktivitas perekonomian
ditandai dengan konsep pasar bebas, investasi asing dan hutang luar negeri.
Liberalisasi ekonomi dalam system kapitalisme ini menciptakan pengelompokan
kelas ekonomi dalam masyarakat, yaitu kelompok pemilik modal (capital) atau
konglomerat dan kaum pekerja, buruh dan masyarakat kecil. Investasi asing dalam
suatu Negara tidak bisa dihindarkan yang mengakibatkan masuknya
Perusahaan-perusahaan Multintional (MNC) yang selanjutnya menguasai berbagai sektor aktivitas ekonomi. Demikian
pula, untuk pembiayaan pembangunan nasional suatu Negara sangat bergantung
dengan hutang luar negeri.
Krisis ekonomi global yang terjadi di Negara Industri
maju seperti Eropa, Amerika Serikat dan Jepang akan berdampak pada kondisi
ekonomi Indonesia. Krisis ekonomi global akan memperbesar deficit neraca
pembayaran luar negeri Indonesia yang pada gilirannya menurunkan tingkat laju
pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja. Defisit neraca berjalan itu harus
ditutup dengan menggunakan cadangan devisa luar negeri. Kenaikan laju
inflasipun tak terhindar. Akibatnya kian melemahnya kurs rupiah yang menaikkan
harga barang import, kenaikan harga BBM dan kenaikan harga sembako tak
terhindarkan lagi. Demikian seterusnya, system ekonomi kapitalisme telah
memberikan dampak buruk perekonomian dan menyengsarakan masyarakat bawah.
Ekonomi Syariah sebagai
Alternatif
Kita sebagai umat Islam sudah ada system ekonomi
dengan konsep yang adil yaitu sistem
ekonomi yang diatur dan berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunah yang dikenal dengan
system ekonomi syariah. Sistem ekonomi
syariah harus mampu memberikan
kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan dan
kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap
pelaku usaha. Sistem ekonomi syariah paling tidak memiliki tiga tujuan utama.
Pertama, menyediakan dan menciptakan
peluang-peluang yang sama dan luas bagi semua orang untuk berperan serta dalam
kegiatan-kegiatan ekonomi. Kedua, memberantas
kemiskinan absolut dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar bagi semua individu
dalam masyarakat. Dan Ketiga, mempertahankan
stabilitas ekonomi dan pertumbuhan, dan
meningkatkan kesejahteraan ekonomi.
Di Indonesia, upaya menerapkan sistem ekonomi syariah
telah dimulai dengan memberikan alternatif perbankan dan lembaga keuangan
syariah. Berdirinya Bank Muamalat Indonesia beberapa tahun yang lalu cukup
menggemberikan. Tahun-tahun berikutnya diikuti berdirinya Lembaga Keuangan
Syariah (LKS), BMT dan BPR Syariah memfasilitasi aktivitas keuangan secara
Syariah sebagai penerapan ekonomi Islam. Saat ini telah banyak berdiri Bank
Syariah yang menjadi alternatif masyarakat muslim melakukan transaksi keuangan
secara syariah.
Dalam sektor produksi, distribusi dan pemasaran
barang-barang kebutuhan pokok perlu adanya pemikiran untuk bisa dijalankan
secara syariah pula sebagai bentuk penerapan ekonomi Islam, dengan landasan
nilai-nilai tauhid, adil, jujur, amanah, syukur dan taqwa serta nilai islam
lainnya.
Kemandirian Ekonomi Umat
Dengan menjalankan sistem ekonomi Islam, maka masyarakat
muslim Indonesia bisa lebih mandiri, tidak bergantung kepada negara kapitalis
barat. Kemandirian ekonomi Islam disini dengan merintis jaringan ekonomi Islam,
yakni para pelaku ekonomi baik pengusaha, karyawan atau konsumen berbagai
sektor produksi, distribusi, pemasaran, keuangan dan sumber daya manusia untuk
saling bekerja sama dalam ikatan persaudaraan muslim dalam rangka menerapkan
ekonomi syariah pada masyarakat muslim Indonesia.
Dalam upaya membangun kemandirian ekonomi umat, perlunya
mengubah mindset atau pola pikir kaum muslimin dalam memandang agama Islam
dengan nilai-nilai syariahnya. Pertama,
umat Islam harus meningkatkan dan menguatkan aqidahnya. Memperbaiki konsep
tauhidnya, bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dengan makna bahwa untuk dapat
mencapai kebahagian dan kesuksesan hanya dengan mengikuti system syariah Islam
yang telah diatur oleh Allah, termasuk dalam aktivitas perekonomian. Kedua, umat Islam harus meningkatkan
amal ibadahnya dalam membangun hubungan kepada Allah swt, dengan melaksanakan
sholatnya secara khusuk, tadarus Al-Qur’an, dzikir, serta amal ibadah yang
lainnya, karena dengan amalan-amalan ini akan menguatkan mental sebagai seorang
muslim dalam menghadapi situasi dan kondisi kehidupan termasuk dalam bidang
ekonomi. Ketiga, umat Islam harus
membangun karakter islami dalam hubungan muamalah dengan sesama muslim untuk
bekerja sama secara adil, amanah, jujur, kasih sayang dalam rangka untuk
membangun jaringan (networking)
ekonomi maupun non ekonomi dalam dunia Islam.
Jika ketiga hal ini bisa dijalankan umat Islam, maka
membangun kemandirian ekonomi umat akan sangat dimungkinkan. Hal ini karena
masyarakat Islam sesungguhnya memiliki potensi yang besar dalam masalah sumber
daya ekonomi maupun sumber daya manusia, yang bisa disinergikan dalam membangun
ekonomi umat. (Wallahu a’lam Bishowab)
0 komentar:
Posting Komentar