“Sabar memiliki dua sisi, sisi yang satu adalah sabar,
sisi yang lain adalah bersyukur kepada Allah.” Ibnu Mas’ud
Kehidupan
di dunia ini bagaikan roda yang berputar silih berganti, begitupula dengan
kehidupan manusia yang selalu dinamis. Ada kalahnya bahagia, ada kalanya merasa
sedih ketika musibah datang melanda, maka disaat itulah kita harus sabar, namun
juga ada yang mengatakan perlu juga bersyukur atas hikmah yang bisa kita petik
atas sebuah permasalahan. Syukur dan sabar adalah merupakan dua sisi mata uang
yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Sebagaimana kehidupan kita yang
terkadang senang atau susah, lapang atau sempit, kaya atau miskin dan
lain-lain. Disinilah letak pentingnya sabar dan syukur seperti dalam ucapan
Ibnu Mas’ud di atas yang dinukil oleh Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah dalam kitab `Uddatush
shabirin wa Dakhiratusy Syakirin halaman 88.
Dalam
kitab Fathul Baari Imam ibnu Hajar menjelaskan kepada kita hubungan antara
syukur dengan sabar dengan menyatakan: syukur terkandung didalamnya sabar untuk
taat kepada Allah dan sabar menahan dari kemaksiatan. Sebagian ulama
menyatakan:
kesabaran menuntut rasa syukur dan tidak sempurna tanpanya.
Sebaliknya bila salah satu dari keduanya hilang maka hilang semuanya. Siapa
yang berada dalam kenikmatan maka kewajibannya adalah syukur dan sabar. Kalau
syukur itu sudah jelas dan kalau sabar maka sabar menghindari kemaksiatan .
siapa yang terkena musibah bencana maka kewajibannya adalah sabar dan syukur.
Kalau sabar itu sudah jelas dan kalau syukur maka pada pelaksanaan hak Allah
dalam bencana musibah tersebut, karena Allah memiliki hak atas hambaNya untuk beribadah
dalam keadaan terkena musibah dan bencana tersebut, sebagaimana wajib bagi
seorang hamba beribadah dalam keadaan penuh kenikmatan.
Dalam
salah satu firmannya, Allah SWT menyebutkan munajat Nabi Ayub AS kepada-Nya, “(Ya Tuhanku), Sesungguhnya Aku Telah
ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua
penyayang”. (QS. Al-Anbiya: 83). Allah SWT kemudian memuji dan mengakui
ketabahan Nabi Ayub A.S, “Sesungguhnya
kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar.” (QS. Shaad: 44). Kedua ayat
tersebut mengilustrasikan bahwa Allah SWT memberikan cobaan kepada makhluk yang
dicintai-Nya karena Ia memang ingin mendengar aduannya, hanya kepada-Nya.
Ada
begitu banyak faedah kesabaran. Ayat-ayat suci serta hadis nabawi berulang kali
menyebutkan keutamaan sabar. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala
mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)
Sabar
adalah investasi akhirat, mengenai keistimewaan sikap sabar, Rasulullah SAW
menyabdakan, “Sabar adalah separo iman.”
(HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi).
Hikmah
Untuk
sebagian orang, musibah tak ubahnya suatu kenikmatan, dan karena itu, ia
mensyukurinya. Betapa tidak. Musibah adalah azab yang ditimpakan lebih cepat di
dunia. Dan itu berarti anugerah. Sebab kelak ia akan terbebas dari siksa
akhirat, yang sejatinya lebih pedih dan lebih abadi. Musibah juga merupakan
wujud tarbiyah Allah SWT kepada hamba-Nya yang beriman. Seakan-akan, dengan
musibah itu, Allah SWT mengingatkan manusia: untuk apa kau mencintai dunia? Apa
yang bisa diharap dari kesenangan dunia? Kenapa hatimu merasa nyaman dengan
dunia? Inilah perhatian dari-Nya. Tiada bimbingan yang lebih indah dari
bimbingan-Nya. Karenanya, tiap insan patut mensyukuri. Di balik bencana yang
tampak oleh mata, tersimpan serpihan-serpihan hikmah yang luhur dari-Nya.
Dari
Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh
menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik
baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang
mu’min: Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia
mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia
tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut
merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR. Muslim)
0 komentar:
Posting Komentar