“Barangsiapa menghendaki akhirat wajib baginya ikhlas
pada ilmu”. Imam Syafi’i
Menuntut
ilmu adalah sebuah kemulayaan, menuntut ilmu sebab akan diangkatnya derajat
seseorang, bahkan menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban bagi seorang muslim.
Tapi ada pula sesuatu yang penting dalam menuntut ilmu, yaitu ikhlas. Senada
pada ungkapan Imam Syafi’i di atas, dalam bukunya Adab Thoolibul ‘Ilmi Dr. Anas Ahmad Karzoun menyebutkan bahwa
Ikhlas adalah etika pertama bagi seseorang dalam menuntut ilmu.
Ini
merupakan hal pertama yang harus dimiliki oleh seorang penuntut ilmu apabila ia
menghendaki segala kebaikan di akhirat. Karena ikhlas adalah menjadi sebab
diterimanya amal seseorang oleh Allah. Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niat, dan setiap orang itu
tergantung pada apa yang ia niatkan” (Hr.
Bukhari Muslim).
Apabila
ilmu tidak didasari dengan keikhlasan niat, maka bisa ia berubah dari ibadah
yang paling mulia menjadi kemaksiatan yang paling hina. Dan tidak ada
sesuatupun yang paling bisa menghancurkan ilmu semisal riya’, baik riya’ yang
menjerumuskan kepada kesyirikan ataupun riya’ yang menghilangkan keikhlasan. Misalnya
ada sebuah niatan dalam menuntut ilmu untuk berdebat, popularitas, ataupun harapan
dunia yang lainnya.
Ada
sebuah pertanyaan yang menarik dari shahabat Ali ibn Abi Thalib tentang
keikhlasan dalam menuntut ilmu, dia berkata:
“Wahai para pembawa ilmu,
beramallah dengan ilmu kalian. Karena yang disebut alim adalah orang yang
mengamalkan apa yang ia ketahui dan ilmunya sesuai dengan amalnya. Akan ada
suatu kaum yang membawa ilmu tidak melebihi kerongkongan mereka. Ilmu mereka
bertentangan dengan amal mereka. Mereka duduk dalam halaqoh untuk saling
berdebat antara satu dengan yang lainnya, lalu berpindah dengan yang lain dan
meninggalkan rekannya. Amalan mereka dalam mejlis itu tidak akan naik kepada
Allah SWT.
Lantas
bagaimanakah cara agarnya bisa ikhlas dalam menuntut ilmu. Berikut adalah 4
kiat dari Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin dalam menggapai ikhlas ketika
menuntut ilmu.
1.
Adanya berniat bahawa menuntut ilmu itu untuk
menjalankan perintah Allah. Kerana, memang Allah memerintahkanNya sebagaimana
firmanNya, “Maka ketahuilah bahawa tidak
ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah…” (QS. Muhammad: 19)
Dalam ayat ini Allah menganjurkan untuk
menuntut ilmu dan anjuran untuk melakukan sebuah perbuatan yang diridhai
dan diperintahkan olehNya.
2.
Harus juga berniat untuk menjaga syariat
Allah, karana menjaga syariat Allah itu bisa dilakukan dengan belajar; baik
dengan cara menghafal, menulis, juga mengarang kitab.
3.
Berniat untuk membela syariat Allah. Karana
seandainya tidak ada ulama maka syariat ini tidak akan terjamin kebenarannya,
juga tidak ada seorang pun yang akan membelanya. Oleh kerana itu, Shaikhul
Islam Ibn Taimiyyah dan para ulama lainnya yang membantah ahli bid’ah dan
menjelaskan kesesatannya, kita dapati mereka mendapatkan banyak kebaikan.
4.
Berniat untuk mengikuti ajaran Rasulullah
SAW. Karana tidak mungkin bisa mengikuti ajaran beliau kecuali jika kita tidak mengetahuinya
terlebih dahulu.
Dan
disini ada titik tekan tentang ilmu apa yang wajib dipelajari yaitu ilmu agama
tentang aqidah yang membahas ketauhidan. Pemahaman akan tauhid yang benar akan
menjadi landasan dalam menerima segala ilmu lain yang kemudian dipelajari.
Semoga Allah
selalu memberi hidayah pada kita semua dalam menuntut ilmu dan beramal dalam
keikhlasan.
0 komentar:
Posting Komentar