Ramadhan
memang luar biasa, Karena Ramadhan telah mentarbiyah/mentraining hamba-hamba
Allah swt untuk merasakan penderitaan dan kesulitan hidup orang yang tidak
berpunya. Dengan training itu muncul sikap kepedulian dan kebersamaan. Mungkin
sebagian orang kaya akan merenung, ”ternyata saudara saya yang belum ketemu nasi
dalam sehari sangat menderita”.
Kepedulian
adalah sikap yang tepat sebagai seorang muslim sebagai upaya merefleksikan
bulan Ramadhan ini. Ith’amuth tho’am atau memberi makan orang yang membutuhkan
adalah lambang sikap kepedulian. Sikap peduli ini sangat penting sehingga Allah
swt pun mengecam keras orang yang tidak memiliki rasa kepedulian padahal ia
berkecukupan. Bahkan Allah swt mengkatagorikan mereka sebagai pendusta agama.
Allah swt berfirman dalam sura Al Ma’un : 1-3.
أَرَأَيْتَ الَّذِي
يُكَذِّبُ بِالدِّينِ (1) فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ (2) وَلَا يَحُضُّ عَلَى
طَعَامِ الْمِسْكِينِ
”Tahukah kamu (orang) yang mendustakan
agama?. Itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi
makan orang miskin.”
Kalau umat
Islam secara umum mampu menghayati pesan ini, wabil khusus para pemimpin yang
diberi amanah untuk melayani rakyatnya, maka tidak ada lagi yang akhirnya mati
kelaparan, yang putus sekolah dan menderita sakit dan akhirnya meninggal karena
tidak punya biaya berobat,
Memutus Rantai kemiskinan
Bicara
kemiskinan seakan tidak ada selesai- selesainya ibarat benang kusut yang susah
untuk diurai, memutus rantai kemiskinan berarti bagaimana mengelola sumber daya
yang ada, Rasulullah SAW bersabda : “Kemiskinan bukan karena seseorang
tidak memiliki satu atau dua buah kurma, melainkan karena ketidakmampuan
mengelola sumber daya” (HR. Abu Dawud). Hal tersebut dapat kita
lihat di Arab Saudi sebagai contohnya, Negara yang sebagaian besar wilayahnya
di dominasi gurun pasir dan bebatuan. Tanahnya yang sangat tandus membuat
tanaman enggan untuk tumbuh apalagi berbuah. Tapi kenyataan berkata lain,
Negara arab Saudi merupakan Negara yang kaya raya, apa-apa gratis, mulai dari rumah sakit, fasilitas umum, sampai
pendidikan digratiskan bahkan siswanya mendapatkan gaji dari Negara inilah
bukti bagaimana Negara mempunyai kemampuan mengelola sumber daya yang ada.
Berbalik dengan kondisi di Negara yang kita cintai, jangankan untuk gratis,
bahkan apa-apa serba mahal, mulai dari biaya hidup, pengobatan, pendidikan
semuanya serba mahal. Sungguh ironi, Negara yang terbentang luas, tanah yang
subur, sumber daya alam yang melimpah tapi seperti ayam yang mati dalam lumbung
padi,
Inilah fakta, Negara
yang mustinya kaya raya tapi salah dalam mengurusnya. Maka terlalu naïf bila sampai dikatakan sebagai Negara gagal (
soft state ) karena salah satu ciri soft state adalah bila korupsi semakin
merajalela, angka kemiskinan semakin tak terkendali, miskin opini/ advokasi dan
advokasi tidak masuk dalam pembenaran Negara.
Mengurai kemiskinan dengan zakat
Masih ingatkah
kejayaan islam pada masa kholifah Umar bin Abdul Azis, diceritakan bahwa pada
masa itu islam mencapai puncak kejayaan,Negara yang makmur, kaya raya, tentram
dan aman sehingga pada saat itu hampir tidak dijumpai lagi rakyat yang miskin,
digambarkan pada masa itu orang sampai bingung
untuk menyalurkan zakatnya karena sulitnya mencari mustahik yang layak untuk
diberi zakat.
Zakat memang
dahsyat karena dengan zakat ( juga infaq, shadaqoh dan wakaf ) mampu membuat
peradaban suatu Negara. Potensi zakat yang sangat besar merupakan cara
strategis untuk mengentaskan kemiskinan. Sayangnya, kesadaran umat masih belum
tumbuh, umat islam masih terlalu mencintai hartanya, kebakhilan orang islam
ditambah lagi egoisme dan keserakahan begitu nyata sehingga kemiskinanpun
melaju membabi buta. Padahal Allah SWT telah berfirman :
وَالَّذِينَ
يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ
بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
“Dan
orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfaqkan di jalan
Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka bahwa mereka akan mendapat
azab yang pedih” (QS. At taubah : 34 )
Ramadhan momentum sadar zakat
Bulan Ramadhan
sebagai Syahrut Tarbiyah ( Bulan Latihan ) adalah momentum emas untuk latihan
menumbuhkan sikap kepedulian antar sesama.
zakat, infaq, shadqoh dan wakaf mari kita gerakkan sebagai wujud
ketaqwaan kita kepada Allah SWT yang mempunyai dimensi social. Mari sedikit-demi
sedikit kita berupaya untuk membantu mengurai kemiskinan di tengah-tengah
masyarakat kita.
Bergerak
adalah kata kunci karena dengan bergerak suatu yang tidak mungkin akan bisa
terjadi, , sedangkan hasil kita serahkan kepada Allah SWT sebagai pengatur
kehidupan ini. Kita yakin sejarah pasti akan berulang, kejayaan islam yakinlah
akan bisa kita capai manakala nilai-nilai islam disertai dengan akidah yang
lurus mampu kita bumikan ditengah-tengah masyarakat ini.
Potensi Zakat Indonesia Capai Rp. 100 T
Wakil Presiden Boediono mengatakan
berdasarkan perhitungan yang dibuat Asian Development Bank (ADB), potensi zakat
di Indonesia bisa mencapai Rp 100 triliun. Angka itu pun dianggap sangat besar dan bisa
menjadi kekuatan ekonomi masyarakat yang nyata. "Menurut perhitungan yang dibuat oleh Asian Development Bank
potensi zakat di Indonesia bisa mencapai Rp 100 Triliun. Sebuah angka yang
sangat besar," ungkap Boediono saat membuka Konferensi Zakat
Internasional (IZC) di IPB International Convention Center, Bogor, Jawa
Barat, Selasa (19/7/2011).
0 komentar:
Posting Komentar