Home » » Membaca Surat At Tubah Tidak Didahului Basmalah

Membaca Surat At Tubah Tidak Didahului Basmalah

Written By el_mlipaki on Rabu, 20 November 2013 | 10.34



Dalam satu mushaf al Qur’an, semua surat akan diawali dengan lafadz basmallah kecuali satu yaitu surat At Taubah atau yang sering dikenal dengan surat baro’ah. Disebut dengan Baro'ah yang bermakna pemutusan hubungan, karena isinya merupakan bentuk pemutusan hubungan dengan musuh-musuh Islam saat itu. Pada penulisan surat At-Taubah dalam mushaf Al-Qur’an, lafadz basmalah tidak dicantumkan dipermulaan surat tersebut. Hal tersebut berbeda dengan surat-surat yang lainnya yang mencantumkan basmalah di permulaan ayat.
Dalam hal ini ada beberapa penjelasan dari para ulama mengapa basmalah tersebut tidak dicantumkan di permulaan surat At-Taubah.


1.         Pendapat Pertama Al-Mubarrid berpendapat bahwa merupakan kebiasaan orang Arab apabila mengadakan suatu perjanjian dengan suatu kaum kemudian bermaksud membatalkan perjanjian tersebut, maka mereka menulis surat dengan tidak mencantumkan basmalah di dalamnya. Maka ketika turun surat baro’ah (At-taubah) yang memutuskan perjanjian antara Nabi SAW dengan orang-orang musyrik, beliau mengutus Ali bin Abi Thalib ra. kemudian membacakan surat tersebut tanpa mengucapkan Basmalah di permulaannya. Hal ini sebagaimana kebiasan yang berlaku di bangsa Arab.
2.         Pendapat Kedua Riwayat Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Mardawaih dari Ibnu Abbas ra. bahwa ia pernah bertanya kepada Ali bin Abi Thalib ra tentang sebab basmalah tidak ditulis di permulaan surat Baro’ah. Ali bin Abi Thalib ra. menjawab, "Basmalah adalah aman (mengandung rasa aman) sedangkan Baro’ah turun dengan pedang (berkaitan dengan peperangan)."
Sebagaimana yang sudah sama-sama kita ketahui, bahwa surah Al-Taubah atau al-Baro’ah, penulisannya dalam mushaf tidak diawali dengan Basmalah. Sebabnya adalah para sahabat radhiyallahu 'anhum tidak menuliskannya di awalnya dalam mushaf. Mereka mengikuti Amirul Mukminin Utsman bin Affan ra. Al-Tirmidzi mengeluarkan satu riwayat dalam sunannya dengan sanad yang sampai kepada Ibnu Abbas ra, yang mempertanyakan kepada Utsman bin Affan tentang latar belakang keputusannyamenggandengkan Al-Anfal (padahal ia termasuk jenis al-Matsani, -ayatnya kurang dari seratus-) dan mempelakukan Baro'ah (padahal ia bagian dari Mi-uun, -jumlah ayatnya seratus lebih-) tanpa memberikan pembatas "Bismillahirrahmanirrahim" pada keduanya, dan meletakkannya pada Sab'un Thiwal (tujuh surat yang paling panjang). "Apa yang sebab kalian melakukan itu?" tanyanya.
Lalu Utsman menjawab, "Adalah Rasulullah SAW pada suatu masa turun kepada beliau beberapa surat yang ayatnya banyak, maka apabila turun sesuatu kepada beliau maka beliau memanggil sebagian orang yang bertugas menuliskan wahyu, lalu beliau bersabda: "Letakkan ayat-ayat itu dalam surat yang disebutkan di dalamnya begini dan begitu." Apabila turun satu ayat kepada beliau maka bersabda, "Letakkan ayat ini di dalam surat yang di dalamnya disebutkan begini dan begitu." Dan adalah Al-Anfal termasuk bagian surat yang pertama-tama diturunkan di Madinah. Sedangkan Bara'ah termasuk Al-Qur'an yang terakhir turun (di sana). Isinya (Baro'ah) mirip dengan isi Al-Anfal, maka aku mengira bahwa Bara'ah bagian dari Anfal. Kemudian Rasulullah SAW wafat dan belum sempat menjelaskan hal itu kepada kami. Oleh karena itu aku menggandengkan antara keduanya dan tidak menuliskan di antara keduanya Bismillahirrahmanirrahim. Lalu aku meletakkannya dalam bagian Sab' Thiwal." (Dinukil dari Fatawa Lajnah Daimah: 4/225)
Syaikh Ibnu Utsaimin  berkata: " . . . Dan pendapat yang shahih, tidak ada Basmalah di antara ia (Al-Taubah) dan Al-Anfal. Karena Basmalah adalah satu ayat dalam kitabullah 'Azza wa Jalla. Maka apabila Rasulullah SAW tidak mengatakan: "Letakkan basmalah antara dua surat," Maka mereka tidak akan meletakkan Basmalah di antara keduanya. Maka Nabi SAW itu yang menetapkan dan bersabda, "Letakkan Basmalah," dan beliau tidak menetapkan Basmalah di antara al-Anfal dan Baro’ah, sehingga mereka tidak menuliskannya. Tetapi ini masih menyisakan pertanyaan, "Jika beliau tidak menetapkan, lalu kenapa ia dipisah dari surat Al-Anfal? Kenapa tidak dijadikan satu surat saja?." Kami jawab, "Ya. Mereka tidak menjadikan keduanya sebagai satu surat. Karena mereka ragu, apakah Baro'ah itu satu surat dengan Al-Anfal atau dua surat yang saling menjelaskan?" Kemudian mereka berkata: "Kami jadikan pemisah antara dua surat, dan tidak kami adakan Basmalah. Inilah pendapat yang shahih tentang tidak adanya penyebutan Basmalah di antara surat Bara'ah dan Al-Anfal." (Dinutip dari Liqa' al-Bab al-Maftuh, no. 18)  
Syaikh Shalih Fauzan bin Abdullah Al Fauzan berpendapat bahwa sesungguhnya surat At Taubah merupakan lanjutan dari surat Al Anfal, oleh karena itu tidak diawali dengan basmalah, karena ia menyempurnakan surat Al Anfal. Dan alasan surat At Taubah tidak diawali dengan basmalah karena isi surat At Taubah tentang jihad dan memerangi orang-orang kafir. Disana juga disebutkan ancaman yang keras terhadap orang-orang munafiq serta penjelasan akan tipu daya mereka. Adapun bacaan basmalah disebutkan untuk sesuatu yang mengandung rahmat. Sedangkan isi surat At taubah yang menyebutkan jihad dan sifat-sifat orang munafiq bukanlah tempat untuk menyebutkan rahmat namun tempat menyebutkan ancaman dan untuk membuat orang takut. Oleh karena itu tidak disebutkan basmalah diawal surat At taubah.
Sehingga dari sini hadir hukum membaca Basmalah di awal surat Al-Taubah. Pendapat paling kuat yang hampir tidak ada perbedaan di antara ulama adalah dimakruhkan. Sehingga tidak dianjurkan memulai membaca surat Al-Taubah dengan membaca Basmalah, yakni Bismillahirrahmanirrahim.
Shalih dalam Masail-nya menuturkan dari bapaknya, Ahmad : "Aku bertanya kepadanya tentang surat Al-Anfal dan surat al-Taubah, apakah boleh bagi seseorang memisahkan keduanya dengan Bismillahirrahmanirrahim. Bapakku menjawab, "Urusan Al-Qur'an itu dikembalikan kepada ijma' para sahabat Rasulillah SAW, tidak boleh ditambahi dan tidak boleh dikurangi."
Oleh karena itu jika kita membaca surat tersebut dari permulaannya, maka kita hanya disunahkan mengucapkan ta’awudz saja tanpa basmalah. Demikian halnya jika kita membaca dari pertengahannya. Kita juga cukup membaca ta’awudz saja. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT;
#sŒÎ*sù |Nù&ts% tb#uäöà)ø9$# õÏètGó$$sù «!$$Î/ z`ÏB Ç`»sÜø¤±9$# ÉOŠÅ_§9$# ÇÒÑÈ
“Apabila kamu membaca Al Qur’an hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.”. (QS. An-Nahl: 98)




Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Baris Iklan

BARIS IKLAN

BARIS IKLAN
Agen Tafsir Al Qur'an Al Ibriz Bahasa Jawa Tulisan Latin Semarang

Mengenai Saya

Foto saya
Semarang, Jawa Tengah, Indonesia

Arsip Blog

 
Support : Alfin | Alfin El-Mlipaki | Sciena Madani
Copyright © 2013. el_mlipaki - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Sciena Madani
Proudly powered by Wonder Ummi