Dalam
satu mushaf al Qur’an, semua surat akan diawali dengan lafadz basmallah kecuali
satu yaitu surat At Taubah atau yang sering dikenal dengan surat baro’ah. Disebut
dengan Baro'ah yang bermakna pemutusan hubungan, karena isinya merupakan bentuk
pemutusan hubungan dengan musuh-musuh Islam saat itu. Pada penulisan surat
At-Taubah dalam mushaf Al-Qur’an, lafadz basmalah tidak dicantumkan dipermulaan
surat tersebut. Hal tersebut berbeda dengan surat-surat yang lainnya yang
mencantumkan basmalah di permulaan ayat.
Dalam
hal ini ada beberapa penjelasan dari para ulama mengapa basmalah tersebut tidak
dicantumkan di permulaan surat At-Taubah.
1.
Pendapat Pertama Al-Mubarrid berpendapat
bahwa merupakan kebiasaan orang Arab apabila mengadakan suatu perjanjian dengan
suatu kaum kemudian bermaksud membatalkan perjanjian tersebut, maka mereka
menulis surat dengan tidak mencantumkan basmalah di dalamnya. Maka ketika turun
surat baro’ah (At-taubah) yang memutuskan perjanjian antara Nabi SAW dengan
orang-orang musyrik, beliau mengutus Ali bin Abi Thalib ra. kemudian membacakan
surat tersebut tanpa mengucapkan Basmalah di permulaannya. Hal ini sebagaimana
kebiasan yang berlaku di bangsa Arab.
2.
Pendapat Kedua
Riwayat Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Mardawaih dari Ibnu Abbas ra. bahwa ia pernah
bertanya kepada Ali bin Abi Thalib ra tentang sebab basmalah tidak ditulis di
permulaan surat Baro’ah. Ali bin Abi Thalib ra. menjawab, "Basmalah adalah aman (mengandung rasa aman) sedangkan Baro’ah
turun dengan pedang (berkaitan dengan peperangan)."
Sebagaimana
yang sudah sama-sama kita ketahui, bahwa surah Al-Taubah atau al-Baro’ah,
penulisannya dalam mushaf tidak diawali dengan Basmalah. Sebabnya adalah para
sahabat radhiyallahu 'anhum tidak
menuliskannya di awalnya dalam mushaf. Mereka mengikuti Amirul Mukminin Utsman
bin Affan ra. Al-Tirmidzi
mengeluarkan satu riwayat dalam sunannya dengan sanad yang sampai kepada Ibnu
Abbas ra, yang
mempertanyakan kepada Utsman bin Affan tentang latar belakang
keputusannyamenggandengkan Al-Anfal (padahal ia termasuk jenis al-Matsani,
-ayatnya kurang dari seratus-) dan mempelakukan Baro'ah (padahal ia bagian dari
Mi-uun, -jumlah ayatnya seratus lebih-) tanpa memberikan pembatas "Bismillahirrahmanirrahim" pada
keduanya, dan meletakkannya pada Sab'un Thiwal (tujuh surat yang paling
panjang). "Apa yang sebab kalian melakukan itu?" tanyanya.
Lalu
Utsman menjawab, "Adalah Rasulullah SAW pada suatu masa
turun kepada beliau beberapa surat yang ayatnya banyak, maka apabila turun
sesuatu kepada beliau maka beliau memanggil sebagian orang yang bertugas
menuliskan wahyu, lalu beliau bersabda: "Letakkan ayat-ayat itu dalam
surat yang disebutkan di dalamnya begini dan begitu." Apabila turun satu
ayat kepada beliau maka bersabda, "Letakkan ayat ini di dalam surat yang
di dalamnya disebutkan begini dan begitu." Dan adalah Al-Anfal termasuk
bagian surat yang pertama-tama diturunkan di Madinah. Sedangkan Bara'ah
termasuk Al-Qur'an yang terakhir turun (di sana). Isinya (Baro'ah) mirip dengan
isi Al-Anfal, maka aku mengira bahwa Bara'ah bagian dari Anfal. Kemudian
Rasulullah SAW wafat dan belum sempat menjelaskan hal itu
kepada kami. Oleh karena itu aku menggandengkan antara keduanya dan tidak
menuliskan di antara keduanya Bismillahirrahmanirrahim. Lalu aku
meletakkannya dalam bagian Sab' Thiwal." (Dinukil dari Fatawa Lajnah
Daimah: 4/225)
Syaikh
Ibnu Utsaimin berkata: " . . . Dan pendapat yang shahih, tidak ada
Basmalah di antara ia (Al-Taubah) dan Al-Anfal. Karena Basmalah adalah satu
ayat dalam kitabullah 'Azza wa Jalla. Maka apabila Rasulullah SAW tidak
mengatakan: "Letakkan basmalah antara dua surat," Maka mereka tidak
akan meletakkan Basmalah di antara keduanya. Maka Nabi SAW itu
yang menetapkan dan bersabda, "Letakkan Basmalah," dan beliau tidak
menetapkan Basmalah di antara al-Anfal dan Baro’ah, sehingga mereka tidak
menuliskannya. Tetapi ini masih menyisakan pertanyaan, "Jika beliau tidak
menetapkan, lalu kenapa ia dipisah dari surat Al-Anfal? Kenapa tidak dijadikan
satu surat saja?." Kami jawab, "Ya. Mereka tidak menjadikan keduanya
sebagai satu surat. Karena mereka ragu, apakah Baro'ah itu satu surat dengan
Al-Anfal atau dua surat yang saling menjelaskan?" Kemudian mereka berkata:
"Kami jadikan pemisah antara dua surat, dan tidak kami adakan Basmalah.
Inilah pendapat yang shahih tentang tidak adanya penyebutan Basmalah di antara
surat Bara'ah dan Al-Anfal." (Dinutip dari Liqa' al-Bab al-Maftuh, no. 18)
Syaikh Shalih Fauzan bin Abdullah
Al Fauzan berpendapat bahwa sesungguhnya surat At Taubah merupakan lanjutan dari surat Al Anfal,
oleh karena itu tidak diawali dengan basmalah, karena ia menyempurnakan surat
Al Anfal. Dan alasan surat At Taubah tidak diawali dengan basmalah karena isi
surat At Taubah tentang jihad dan memerangi orang-orang kafir. Disana juga
disebutkan ancaman yang keras terhadap orang-orang munafiq serta penjelasan
akan tipu daya mereka. Adapun bacaan basmalah disebutkan untuk sesuatu yang
mengandung rahmat. Sedangkan isi surat At taubah yang menyebutkan jihad dan
sifat-sifat orang munafiq bukanlah tempat untuk menyebutkan rahmat namun tempat
menyebutkan ancaman dan untuk membuat orang takut. Oleh karena itu tidak
disebutkan basmalah diawal surat At taubah.
Sehingga
dari sini hadir hukum membaca Basmalah di awal surat Al-Taubah. Pendapat paling
kuat yang hampir tidak ada perbedaan di antara ulama adalah dimakruhkan.
Sehingga tidak dianjurkan memulai membaca surat Al-Taubah dengan membaca
Basmalah, yakni Bismillahirrahmanirrahim.
Shalih
dalam Masail-nya menuturkan dari bapaknya, Ahmad : "Aku bertanya
kepadanya tentang surat Al-Anfal dan surat al-Taubah, apakah boleh bagi
seseorang memisahkan keduanya dengan Bismillahirrahmanirrahim. Bapakku
menjawab, "Urusan Al-Qur'an itu dikembalikan kepada ijma' para sahabat
Rasulillah SAW, tidak boleh ditambahi dan tidak boleh
dikurangi."
Oleh
karena itu jika kita membaca surat tersebut dari permulaannya, maka kita hanya
disunahkan mengucapkan ta’awudz saja tanpa basmalah. Demikian halnya jika kita
membaca dari pertengahannya. Kita juga cukup membaca ta’awudz saja. Hal ini
didasarkan pada firman Allah SWT;
#sÎ*sù |Nù&ts% tb#uäöà)ø9$# õÏètGó$$sù «!$$Î/ z`ÏB Ç`»sÜø¤±9$# ÉOÅ_§9$# ÇÒÑÈ
“Apabila kamu membaca Al Qur’an
hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.”. (QS.
An-Nahl: 98)
0 komentar:
Posting Komentar