Jaman sekarang kita sering jumpai berbagai alat keselamatan
yang kita gunakan secara tanpa sadar, seperti kalau kita memakai baju atau
celana. Termasuk juga parasut, selain digunakan sebagai sarana oleh raga,
parasut juga digunakan sebagai alat keselamatan terbang. Biasanya parasut
dibawa oleh pesawat sebagai antisipasi ketika terjadi kecelakaan.
Parasut
adalah suatu perangkat dari tekstil lembut yang digunakan untuk memperlambat
gerakan suatu objek di atmosfer dengan menciptakan seretan (drag). Parasut umumnya
digunakan untuk memperlambat gerak turun seseorang atau suatu objek ke bumi.
Parasut drogue juga kadang digunakan untuk membantu penurunan percepatan
horizontal suatu kendaraan (pesawat terbang atau pesawat ulang alik sewaktu
mendarat atau suatu drag racer). Kebanyakan parasut modern berbentuk sayap semi
kaku, mudah bermanuver, dan dapat diterbangkan sebagai glider. Parasut dulu
terbuat dari sutra, tapi kini hampir selalu dibuat dari tekstil nilon, kadang
dilapisi dengan silikon untuk meningkatkan kinerja dan konsistensi. Awalnya,
sutra digunakan untuk tali parasut, tapi kemudian digantikan oleh nilon pada
Perang Dunia II. Sewaktu parasut model persegi diperkenalkan, para produsen
berganti ke bahan beregangan rendah seperti Dacron atau bahan tanpa regangan
seperti Spectra, Kevlar, dan Vectran. Kata parasut berasal dari kata bahasa
Perancis "para" (melindungi) dan "chute" (jatuh).
Karenanya, parasut sebenarnya berarti "perlindungan waktu jatuh".
Orang yang melakukan penerjunan dengan parasut sering diistilahkan dengan
"penerjun".
Klaim barat
Adalah André-Jacques
Garnerin (lahir di Paris, 31 Januari 1769 – meninggal di Paris, 18 Agustus 1823
pada umur 54 tahun) yang mengakui dirinya atas penemuan parasut. Ia melakukan
penerjunan pertama dengan parasut sutra dari sebuah balon udara panas di Parc
Monceau, Paris, pada 22 Oktober 1797. Percobaan awal Garnerin didasarkan pada
payung berbentuk perangkat. Parasut pertama Garnerin menyerupai payung tertutup
sebelum ia naik, dengan tiang mengalir di tengahnya dan tali berjalan melalui
tabung dalam. kutub, yang terhubung ke balon.
Namun
tahukah anda bahwa jauh sebelum Andre Jacques mengklaim dirinya sebagai penemu
pertama parasut, adalah ilmuan Islam abad pertengahan yang pertama kali
mengawalinya di dunia ini. Salah satu periode yang tidak banyak diketahui oleh
para pelajar muslim di tanah air adalah periode kemajuan sains islam dari abad
VII sampai abad XIV yang dikenal dengan abad pertengahan . Ketika itu para
penguasa muslim membuka perbagai pusat kegiatan keilmuan mulai dari Baghdad,
Mesir, sampai ke Andalusia Spanyol. Baghdad menjadi kiblat ilmu pengetahun bagi
ilmuan-ilmuan di Asia dan Cordoba memainkan peranan sebagai pusat intelektual
di Eropa. Di masa itu Ibnu Firnas telah menemukan teori-teori sederhana tentang
teknik penerbangan.
Langkah-langkah
nyata untuk menguji alat terbang pun telah dilakukan pada masa itu. Jika di
barat kita kenal tokoh-tokoh semacam Sir George cayley, Otto Lilienthal dan
Wright Bersaudara yang telah berjasa merintis ilmu penerbangan menjadi industri
modern seperti yang kita rasakan sekarang, rasanya pun bukan hal yang
berlebihan jika kita mengenal juga ilmuan-ilmuan muslim yang justru telah
melakukan eksperimen terbang 1.000 tahun mendahului Wright Bersaudara ini.
Ibnu Firnas lebih dulu
Dia
bernama lengkap Abbas Qasim Ibnu Firnas ( di barat dikenal dengan nama Armen
Firman). Dilahirkan pada tahun 810 M di Korah takrna, Izn-Rand Onda, Al-Andalus
( kini Ronda, Spanyol) dari orang tuanya yang keturunan Maroko. Ia lahir pada
masa pemerintahan dinasti Umayyah, antara lain Hakam I, anakknya, Abdulrahman
II dan Muhammad I atau yang dijuluki dengan Amir Muhammad Amir Bin
Abdulrahman.
Ribuan
tahun sebelum masa Wright bersaudara, seorang penyair, astronomer, musisi dan
teknisi muslim bernama Abbas ibn Firnas telah membuat beberapa percobaan untuk
membuat mesin terbang. Pada tahun 852, dia melompat dari menara Masjid Agung di
Cordoba dengan menggunakan mantel/jubah longgar yang dikeraskan dengan kayu
penopang. Dia berharap dapat meluncur seperti burung. Tapi ternyata tidak.
Tetapi jubah yang dia pakai memperlambat dia jatuh, yang menjadi ide pertama di
dunia adanya parasut, sehingga dia hanya sedikit terluka. Pada tahun 875, dalam
usia 70 tahun, dengan menggunakan bulu-bulu elang dan sutera yang sudah
disempurnakan, dia mencoba lagi, melompat dari sebuah gunung. Dia berhasil
terbang pada ketinggian dan bertahan di udara selama sekitar 10 menit tetapi
mengalami kecelakaan sewaktu mendarat, hal ini disebabkan dia tidak melengkapi
peralatannya dengan ekor sehingga tidak dapat berhenti ketika mendarat.
Fakta
ini juga diakui oleh ilmuan barat tentang cikal bakal parasut yang ditemukan
ilmuwan Muslim serba bisa Abbas Ibnu Firnas pada abad ke-9M. John H Lienhard
dalam bukunya berjudul The Engines of Our Ingenuity menggambarkan
uji coba terbang pertama dalam sejarah peradaban manusia yang terjadi pada
tahun 852 M. ”Seorang lelaki
bernama Armen Firman (Ibnu Firnas) memutuskan untuk terjun dari sebuah menara
Masjid Agung Cordova,” tutur Lienhard.
Dengan
satu set sayap yang terbuat dari kain yang dikeraskan dengan kayu, Ibnu Firnas
loncat dari ketinggian. Pada uji coba pertama itu, dia tentunya tak bisa
terbang. Namun, peralatan yang digunakannya mampu memperlambat jatuhnya Ibnu
Firnas. Ia mendarat dengan selamat dengan luka-luka kecil. Inilah awal mula
parasut.
Sejarah
juga mencatat Abbas Ibnu Firnas sebagai orang pertama di dunia yang melakukan
uji coba penerbangan terkendali. Dengan semacam alat kendali terbang yang
digunakan pada dua set sayap, Ibnu Firnas bisa mengontrol serta mengatur
ketinggian terbangnya. Selain itu, dia juga bisa mengubah arah terbang.
Hal itu dibuktikan dengan keberhasilannya kembali ke arah di mana ia meluncur.
Meski begitu, dia mengalami luka-luka saat mendarat.
Sayap
buatan pun pertama kali diperkenalkan oleh Peradaban Islam. Adalah Ibnu Firnas
yang kali pertama membuat dan mencoba sayap buatan itu. Meski tak terlalu
berhasil, inovasi yang digulirkannya menjadi inspirasi bagi ilmuwan dan
penerbang di abad berikutnya. Seorang penjelajah di abad ke-17 M, Evliya Celebi
menyebutkan Hezarfen Ahmet Celebi adalah penerbang pertama yang sukses
melakukan penerbangan dengan menggunakan sayap buatan pada tahun 1630 M – 1632
M.
Pesawat
Itulah
cikal bakal penemuan parasut yang selanjutnya dikembangkan oleh beberapa ilmuan
barat hingga menjadi parasut yang sering kita lihat. Bahkan dari teori dasar
itu juga terjadi penyempurnaan untuk terciptanya pesawat terbang, maka Ibnu
firnaspun juga dikenal sebagai bapak penerbangan atau bapak kedirgantaraan.
Para
ahli penerbangan dan sejarah Baratpun mengakui pencapaian peradaban Islam dalam
dunia penerbangan yang sebelumnya tak pernah terpikirkan. ”Ibnu Firnas adalah manusia pertama dalam sejarah yang melakukan
percobaan ilmiah untuk melakukan penerbangan,” ujar Sejarawan
Barat, Philip K Hitti, dalam bukunya yang bertajuk History of the
Arabs.
Pencapaian
yang berhasil ditorehkan ilmuwan Muslim di era kejayaan Kekhalifahan Islam di
Andalusia itu juga mendapat pengakuan dari pakar kedirgantaraan Amerika Serikat
(AS), Richard P Hallion. Dalam sebuah kesempatan, Hallion menyatakan,
sejarah penerbangan dunia tak boleh melupakan pencapaian Ibnu Firnas.
0 komentar:
Posting Komentar